BAB 45 [SALING MEMAHAMI]

1.3K 82 6
                                    

Di sepanjang jalan, Satya sama sekali tidak memiliki konsentrasi. Hampir saja Satya membelokkan mobil ke arah yang berlawanan. Alasan ketidakfokusan Satya tak lain karena masalah keluarga yang menimpanya saat ini.

Hingga akhirnya Satya sampai di depan pagar rumah Cacha. Kemudian ia memasuki gerbang rumah Cacha.

"Assalamualaikum,"

Tidak ada jawaban sama sekali dari dalam rumah tersebut. Tak kehilangan akal, Satya mencoba melihat ke samping rumah Cacha, tepatnya di area taman rumah Cacha. Disana nampak Vania dan Cicho tengah bergandeng tangan dengan begitu hangatnya, pikir Satya.

Terdengar sayup-sayup dari arah sana Susan, ibu Cacha tengah menggodai mereka berdua. Yang Satya heran, Vania tidak marah, justru ia tersipu malu. Entah karena menghargai Susan, atau memang itulah isi hatinya.

"Loh Satya?" Kata Cacha terkejut melihat kehadiran Satya yang tiba-tiba disebelah rumahnya.

Vania dengan santainya malah mengajak Satya untuk ikut bergabung dengannya, Cacha, Cicho, dan Susan.

"Elo Gar? Sini gih gabung sama kita," ajaknya.

"Dasar Vania begek," gumam Cacha seraya memberi kode pada Vania, namun yang dikode justru tidak peka.

"Itu teman kamu Van?" Tanya Susan.

"Saya pacarnya Te," ucap Satya datar tanpa ekspresi. Bukan bermaksud tidak sopan pada Susan, memang kondisi hati Satya saat ini sedang tidak baik.

Entah mengapa, Cicho tiba-tiba menunjukkan wajah terkejutnya. Begitupun Vania. Berbeda dengan Cacha yang sepertinya sudah menduga apa yang akan diucapkan Satya barusan.

"Loh, kamu pacarnya?" Tanya Susan tak percaya, karena memang Vania belum resmi menjadi kekasih Satya dan Vania pun tak pernah menjalin asmara hingga kini.

"Bukan Te, ngawur dia jangan percaya." Ucap Vania mengelak ucapan Satya. Dan hal itu justru membuat hati Satya semakin kacau.

"Tunggu dulu ya, nanti gue anterin dia pulang kok kalo udah selesai," kata Cicho tiba-tiba.

"Eh eh udah malem tau Bang ini, biarin lah Vania pulang." Kata Cacha yang menjadi penengah.

"Dicariin Bunda sama Mama."

"Emang iya gue dicariin nyokap gue? Terus kenapa ada Bunda juga?" Tanya Vania pada Satya.

"Gue suruh jemput lo." Mendengar nada Satya yang semakin dingin, Vania langsung saja menuruti perkataan Satya untuk pulang.

"Yaudah kalo gitu Vania pamit ya Te, Bang, Cha, assalamualaikum." Pamit Vania pada Cacha dan keluarganya.

"Iya sayang, hati-hati dijalan. Besok kesini lagi ya, Tante tunggu." Ujar Susan.

"Asyiap santuy." Balas Vania.

Sesampainya di mobil, tidak seperti biasa Satya yang selalu membukakan pintu untuk Vania, kali ini ia langsung masuk dan menduduki kursi kemudi. Lalu melajukan mobil yang mereka tumpangi.

"Gar? Lo kenapa?" Tanya Vania hati-hati. Ia bisa meraba bahwa kondisi hati Satya kali ini sedang tidak beres.

"Gapapa." Jawabnya singkat, semakin membuat Vania khawatir.

"Lo kenapa sih Gar? Jujur sama gue, ada masalah apa?" Tanya Vania seraya memegang wajah Satya dan mengarahkannya menghadap wajah Vania.

"Gue mau nginep di rumah lo."

"Hah?! Maksud lo?" Tanya Vania terkejut dan menghempas wajah Satya begitu saja. Ingin rasanya Satya tertawa, namun ia menahan untuk itu.

"Gak boleh?" Tanya Satya seraya melirik Vania sekilas.

KETOS vs KOMANDAN[✅]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang