Selesai acara, semua pengisi drama berkumpul di belakang panggung. Semuanya saling melempar canda tawa serta pujian. Berbeda dengan Vania yang sedang terhanyut dalam pemikirannya atas kejadian di panggung tadi. Ia memilih untuk duduk di kursi dekat ruang kostum sendirian.
"Lo kenapa?" Satya datang tiba-tiba tepat di hadapan Vania. "Kenapa kenapa gundulmu!" Sentak Vania dengan logat jawanya karena memang sang ibu merupakan orang jawa.
"Aku gak gundul. Aku isih due rambut!" (Aku gak botak. Aku masih punya rambut) Balas Satya dengan dengkusan kasar.
"Tau ah! Lo ngapain sih disini?"
"Maafin gue." Satya duduk di bangku samping Vania dengan nada yang mendadak lesu.
Tidak ada jawaban yang keluar dari mulut Vania.
"Van?
Gue tau gue salah, untuk itu gu..-""Kalo ngerti salah ngapain lo lakuin?" Potong Vania saat Satya belum menyelesaikan kalimatnya.
"Tapi lo seneng kan?" Tanya Satya menggoda dengan nada jahil yang sontak membuat pipi Vania merona.
"Ishh!! Lo tuh nyebelin banget sih! Gue kan lagi marah ngapain lo becandain!" Entah sejak kapan Vania tidak bisa benar-benar marah jika berhadapan dengan Satya.
"Lucu ya lo, marah tapi bilang-bilang." Satya terkekeh di akhir kalimatnya.
"Pergi aja lo dari sini!" Kata Vania dengan nada tinggi sambil mendorong-dorong tubuh Satya dan memukul bahunya keras.
Satya mencekal lengan kanan Vania untuk ia ajak berdiri "Eh eh lo mau bawa gue kemana?" Tanya Vania bingung.
"Udah ikut gue aja," Satya terus menggandeng tangan Vania dan tak mempedulikan omelan-omelan Vania di sepanjang perjalanan.
Hingga mereka berdua sampai di roof top sekolah mereka, SMA Galaksi. Tempat yang sering digunakan para murid SMA Galaksi untuk mencari ketenangan serta sebagai tempat persembunyian bagi siswa yang berniat membolos.
"Ngapain lo ngajak gue kesini? Lo mau ngajak gue bolos?" Tanya Vania sinis sembari melepaskan cekalan tangan Satya di tangannya.
"Lo aneh ya," kekeh Satya merasa bahwa perempuan dihadapannya ini memiliki humor yang rendah, eh salah bukan Vania yang berhumor rendah melainkan dirinya sendiri.
"Lo yang aneh! Ngapain lo ngajak gue kesini?
Gue pikir lo mau ngajak gue ke taman kek atau beli es krim kek kayak dulu." Vania menyuarakan kalimat terakhirnya dengan sangat pelan, membuat Satya tertawa untuk kesekian kalinya."Berharap ya lo?" Vania hanya memutar bola matanya malas.
Satya melepaskan jas yang saat ini ia gunakan bekas tadi saat drama. "Mau ngapain lo?" Tanya Vania sinis. Satya menyampirkan jas tersebut di bahu mungil Vania yang terbuka di bagian punggungnya.
"Eh.."
"Udah pake aja. Sepet mata gue liat punggung lo yang gak tertutup."
"Sebenernya lo mau ngapain ngajak gue kesini?" Nada bicara Vania berubah menjadi serius, begitupun Satya.
"Gue mau kasih tau sesuatu sama lo. Tapi lo juga harus cerita siapa Angga itu sebenarnya. Gue bukannya mau maksa, tapi siapa tau kejujuran yang gue ungkapin ke elo ada hubungannya sama mantan lo itu."
"Dia bukan mantan."
"Makanya lo jelasin siapa dia."
"Untuk apa?"
"Supaya gak ada yang mengganjal diantara kita."
Kalimat yang dilontarkan Satya semacam kalimat ambiguitas yang memiliki banyak makna.
KAMU SEDANG MEMBACA
KETOS vs KOMANDAN[✅]
RomansaTentang kisah seorang komandan paskibra perempuan dengan ketua osis laki-laki. Keduanya baru menyadari perasaan masing-masing saat setelah memerankan sebuah pertunjukan drama putri tidur. Namun setelahnya, kisah mereka berjalan lebih rumit dari sebe...