Usai menemui anak-anak BS di kantin, saat di kelas Satya mencecar Vania dengan berbagai macam pertanyaan mengenai insiden yang terjadi di kantin tadi.
"Gue tanya sekali lagi, Bella ngomong apa aja sama lo, dan apa yang udah dia lakuin ke lo?" Tanya Satya tegas, dengan memandang wajah Vania dalam posisi teramat dekat dan tatapan mata yang lurus menembus manik mata Vania. Vania tidak merasa terintimidasi, ia malah memandang balik mata Satya, sehingga mereka sama-sama saling berpandangan dalam waktu yang cukup lama.
"Woy zina mata woy!" Hingga Andrea yang melihat hal itu menyadarkan keduanya.
"Jawab gue Van." Tegas Satya sekali lagi. Dan memang tadi anak-anak BS sengaja tidak memberi tahu Satya mengenai detail Bella yang menyatakan bahwa ia akan bertunangan dengan Satya, mereka menyuruh Satya untuk bertanya langsung pada Vania.
"Apaan sih, gue gak di apa-apain juga. Lagian lo pikir gue lemah apa?" Jawab Vania.
"Bukan gitu, gue bukan takut lo di apa-apain sama Bella. Gue cuma kepo aja sih," kata Satya dengan cengiran lebarnya.
"Dasar gorila."
"Emang lo mau gue khawatirin?" Tanya Satya dengan nada jahil.
"Ogah!"
"Emang kenapa sih Bella bisa datengin lo tadi?" Tanya Satya hati-hati kali ini dan juga sesantai mungkin, karena ia tahu Vania tidak suka jika ada yang terlalu perhatian berlebih terhadapnya, Vania malah akan merasa diremehkan, aneh memang.
"Gak waras tuh anak pulang dari Kanada. Masa iya gue ditumpahin jus satu nampan sekaligus yang gue bawa. Udah gitu dia ngomel-ngomelin gue lagi. Dikira gue takut apa, yang ada gue malah pengen cabik-cabik tuh muka dia. Untung aja gue gak kepancing emosi sama dia, kalo iya udah heboh tuh pasti satu kantin, bahkan satu sekolah." Jelas Vania menggebu-gebu menceritakan kejadian tadi pada Satya secara tidak sadar.
Satya mendengarkan penjelasan Vania tersebut sambil menahan emosi dalam hatinya, terutama pada sang papa. Entah mengapa amarah Satya kali ini langsung tertuju pada papanya.
"Woy, lo dengerin gue gak sih?" Tanya Vania melambai-lambaikan tangannya di depan wajah Satya yang terlihat sedang melamun.
"Iya gue denger,"
"Gak jelas banget kan tuh anak emang."
"Iya,"
Tak lama, guru pengajar kelas mereka pun datang, dan suasana menjadi hening karena guru yang masuk ialah Bu Wilda, guru killer Biologi.
Sepulang sekolah, Satya mengajak Vania untuk pergi ke kafe kesukaannya, selain kafe Brian tentunya. Kafe pertama kali Satya dan Vania makan bersama dan Satya bernyanyi di depan para pengunjung kafe. Tidak ada maksud lain sebenarnya dari Satya, ia hanya ingin menghabiskan sisa sore bersama Vania saja, tidak lebih.
"Seneng deh gue kalo tiap hari lo giniin. Makan gratis, ojek gratis, kadang juga contekan biologi gratis, ah lo emang temen terbaik gue deh Satya." Kata Vania tiba-tiba saat mereka menunggu makanan mereka datang.
"Kenapa lo jujur banget sih Van, biasanya nih ya, kalo ada cewek yang gue ajak makan atau keluar dia bakal malu-malu, nah elo malah malu-maluin." Ejek Satya pada Vania.
"Berkatalah jujur meskipun itu pahit, sepahit wajah Satya." Vania mengucapkan sebuah pernyataan yang ia buat sendiri.
"Enak aja ngatain gue pahit!"
"Eh by the way, lo dulu pernah nyanyi di panggung itu kan?" Tanya Vania pada Satya sambil menunjuk panggung kecil di kafe tersebut.
"Emang, kenapa? Lo mau gue nyanyi lagi?" Satya menawarkan diri untuk bernyanyi.
KAMU SEDANG MEMBACA
KETOS vs KOMANDAN[✅]
RomanceTentang kisah seorang komandan paskibra perempuan dengan ketua osis laki-laki. Keduanya baru menyadari perasaan masing-masing saat setelah memerankan sebuah pertunjukan drama putri tidur. Namun setelahnya, kisah mereka berjalan lebih rumit dari sebe...