Alin:
Keluar kuy cari udara segarAndrea:
Kemana?Rivan:
Dingin, males.Meskipun waktu telah menunjukkan pukul dua siang, udara di luar tak kunjung menghangat. Entah karena matahari yang terlalu malu untuk menunjukkan sinarnya, atau kumulus nimbus yang kekeuh menyelimuti bumi.
Brian:
Nanti aja jam empat kita ke Malioboro belanjaVania:
Setuju!Sore harinya, sesuai dengan kesepakatan awal mereka pergi berbelanja ke pusat perbelanjaan terkenal di Yogyakarta, dimana lagi kalau bukan Malioboro. Yogyakarta memang terkenal dengan kehangatan kotanya yang bisa dirasakan oleh siapa pun yang berkunjung ke sana, tak terkecuali mereka, para insan muda yang tengah dimabuk asmara. Meskipun kini rasanya sedikit lembab karena hujan yang mengguyur kota istimewa itu sejak pagi hari tadi.
“Cha, mau pergi ke angkringan?” Resha tiba-tiba menawarkan, lebih tepatnya mengajak Cacha untuk pergi berdua mencoba makan di sebuah angkringan dekat Pasar Malioboro.
“Bentar, gue ajak temen-temen dulu,” inilah yang membuat Resha terkadang kesal akan tingkah Cacha yang tidak peka, atau lebih tepatnya sengaja tidak peka. Resha dapat melihat itu semua di mata Cacha yang selama ini berusaha menghindari perasaan tulusnya.
“Oke deh gapapa,”
Cacha mengajak beberapa temannya, Andrea, Alin, dan Vania untuk ikut bersama ia dan Resha. Tentunya mereka bertiga mengajak crush masing-masing, Rian dan Brian, kecuali Vania yang enggan mengajak Satya.
Sesampainya di tempat angkringan, mereka mulai mengambil makanan dan mencari tempat nyaman untuk berbincang. Mereka makan sambil berbincang mengenai rencana pendidikan mereka ke depannya. Mulai dari Andrea yang berkeinginan dan berpeluang mendapatkan beasiswa sekolah musik di Singapura, Rian yang akan kembali ke negara sang ibu berasal, Korea. Alin yang akan melanjutkan pendidikan di bidang manajemen bisnis bersama Brian, hingga Vania yang sedari awal berambisi melanjutkan jalannya di bidang politik.
Membicarakan bagaimana nasib mereka ke depannya, Vania teringat akan Satya yang berencana melanjutkan pendidikannya di luar negeri, tepatnya di Amerika.
“Sayang banget lo LDR an sama Satya,” timpal Alin seraya menyuap tusukan sate usus ke dalam mulutnya.
“Lo yakin sanggup? Padahal baru juga beberapa bulan pacaran,” kata Andrea dengan nada mengejek khasnya.
“Mulut lo ya Ndre,” komentar Cacha diselingi tawa khasnya.
“Sanggup.” Hanya kata itu yang mampu keluar dari mulut naif Vania.
“Lo gimana Cha? Mau lanjut kuliah dimana? Apa mau langsung nikah?” Tanya balik Vania pada temannya itu, Cacha.
“Sembarangan ya lo! Enak aja!” Bantah Cacha tak terima.
“Woi inget lah Resha masih belum lulus kali tahun ini,” ujar Brian.
Resha tersedak seketika mendengarnya. Bukan tak mau dengan Cacha, namun ia masih merasa terlalu jauh untuk memikirkan masa depan dengan perempuan idamannya itu. Ditambah lagi, Resha baru saja mendapat KTP bulan lalu.
“Santai bro santai,” kata Rian menenangkan Resha sambil menepuk bahunya.
Cacha masih menimbang apakah ia harus mengatakan yang sebenarnya atau tidak. Ia bimbang harus mengatakan sesuatu yang mungkin membuat Resha kecewa. Karena meskipun selama ini Cacha terlihat berusaha menghindar dari Resha, namun sebenarnya Cacha menaruh rasa yang cukup besar terhadap Resha.
KAMU SEDANG MEMBACA
KETOS vs KOMANDAN[✅]
RomantizmTentang kisah seorang komandan paskibra perempuan dengan ketua osis laki-laki. Keduanya baru menyadari perasaan masing-masing saat setelah memerankan sebuah pertunjukan drama putri tidur. Namun setelahnya, kisah mereka berjalan lebih rumit dari sebe...