"Karena gue suka sama Satya."
Kalimat itu bagai pedang yang menusuk hati Vania begitu dalam. Bukan apa-apa, Vania selalu merasa tidak enak jika apa yang orang lain inginkan ia rebut, apalagi sahabatnya sendiri. Meskipun ini semua juga bukan kesalahannya.
Sekuat apapun Vania, ia tetaplah manusia biasa yang mampu mengutarakan emosi kesedihannya. Satu tetes air mata keluar dari pelupuk matanya, membuat semua yang ada disitu hanya diam tak berkomentar, termasuk Satya. Ia masih terlalu terkejut untuk bisa memahami situasi saat ini.
"Tenang aja Van, gue udah dalam proses melupakan rasa gue kok. Jadi lo gak usah khawatir Satya bakal gue rebut. Lagian gue juga yakin Satya bakal pilih lo. Ya kan Sat?" Tanya Kiara pada Satya memastikan. Satya hanya diam, tak ingin menjawab.
Satya merasa menjadi laki-laki yang bodoh untuk saat ini. Jika dulu ia akan dengan sangat mudah mempermainkan perasaan perempuan, sekarang Satya bahkan tidak tega jika harus melihat persahabatan orang yang dia sayang akan hancur karenanya.
"Yaudah gue pamit duluan ya, gak usah dipikirin Van," Kiara tiba-tiba memilih pergi dan menyendiri untuk saat ini. Baginya, semua ini membutuhkan suatu keberanian yang tidak kecil. Mengungkapkan apa yang selama ini ia pendam kepada orang yang selama ini ia suka, tidak terlalu buruk baginya, patut pula diapresiasi. Ia merasa sangat lega, walaupun butuh waktu untuk menenangkan batinnya.
"Eh Kia, tunggu lo mau kemana?" Cacha yang memang paling dekat dengan Kiara mencoba mencegahnya. Namun, usahanya sia-sia, karena Kiara sudah lebih dulu meninggalkan mereka dengan senyuman.
"Gue gak nyangka," ujar Andrea.
"Sama, gue juga." Sahut Alin.
"Dia kuat banget selama ini," ucap Cacha.
"Gue gak tau mau komentar apa," sahut Rian.
"Gue juga, cewek emang susah buat dipahami." Kata Brian.
"Sebenernya gue udah mengamati dia dari dulu sih kalo dia ada rasa sama Satya," kata Revi tiba-tiba.
"Kok lo gak bilang?" Tanya Andrea.
"Karena akhir-akhir ini gue amati dia udah bahagia, ya gue pikir dia udah bisa lupain Satya, eh ternyata masih dalam proses." Jelas Revi.
Semua masih termenung dalam pikiran masing-masing. Hingga akhirnya Revi membuka suaranya kembali.
"Eh begek! Kenapa kita gak tanyain dia tau darimana?!" Teriak Revi kencang, membuat semua menoleh ke arah Revi.
"Ya ampun geblek! Gue lupa!" Sahut Rivan. Dasar dua bocah kepo.
"Kira-kira dia tau semua ini darimana dan dari siapa ya?" Tanya Revi berbisik menyelidik.
"Gue juga heran, Kiara tau darimana. Kenapa dia gak kasih tau kita? Apa ini semua karena dia suka sama Satya? Ya ampun gue gak nyangka Sat cowok kayak lo banyak juga yang doyan." Ujar Rivan mencoba mencairkan situasi yang cukup tegang kali ini.
"Sstt.. diem lu ah, lagi serius juga." Brian memperingatkan Rivan sambil berbisik.
"Kayaknya bahasan kali ini sampe sini aja dulu, besok kita kumpul lagi. Kalian bisa kan?" Tanya Satya pada yang lain. Nadanya jauh dari kata bercanda seperti biasa. Kali ini lebih terkesan serius dan dingin.
"Iya udah besok aja kita lanjut," sahut Gloria.
"Yuk Van pulang," Satya mengajak Vania dan segera berpamitan pada teman-temannya yang lain.
"Kita duluan." Pamit Vania juga mewakili Satya.
Sesampainya di parkiran, Satya segera menyalakan mesin motornya dan bergegas keluar dari lingkungan kafe. Ia mengendarai dengan kecepatan rata-rata, dan tidak ada satu kata pun keluar dari keduanya kali ini. Ada rasa canggung yang menyelimuti hati keduanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
KETOS vs KOMANDAN[✅]
Roman d'amourTentang kisah seorang komandan paskibra perempuan dengan ketua osis laki-laki. Keduanya baru menyadari perasaan masing-masing saat setelah memerankan sebuah pertunjukan drama putri tidur. Namun setelahnya, kisah mereka berjalan lebih rumit dari sebe...