1. Sekolah

2.3K 94 9
                                    

Senin. Jam masih menunjukkan pukul setengah enam pagi. Kevina tengah berjalan menuruni anak tangga menuju ruang makan. Sesampainya di sana, ia membantu mamanya menyiapkan sarapan.

"Dek, abang kamu udah bangun belum?" Tanya Setia, mama Kevina.

"Belum kayaknya, Ma."

"Bangunin dulu sana. Ini biar Mama yang siapin."

"Okey!"

Kevina bergegas menuju kamar Kevino untuk membangunkan kakak laki-laki satu-satunya itu.

Ceklek.

Pintu kamar Kevino terbuka. Terlihat Kevino yang masih tertidur di atas ranjang. Kevina masuk ke dalam, lalu menarik selimut yang dipakai Kevino.

"ABANGGG, BANGUN WOYYY!!!" teriak Kevina sekencang-kencangnya.

Kevino merasa terganggu. Ia membuka kelopak matanya perlahan.

"Selow napa, Dek. Bolot kuping gue lama-lama." Kevino jengah.

Kevina berkacak pinggang.

"Cepetan mandi, udah setengah enam." Ketus Kevina.

"Iya, elah."

Kevino mengambil handuknya lalu masuk ke dalam kamar mandi yang ada di dalam kamarnya.

Kevina keluar dari kamar Kevino lalu turun ke ruang makan lagi.

Kevina dan Kevino tidak kembar. Hanya nama belakang saja yang membedakan. Na dan No. Padahal wajah dan sifat sungguh berbeda jauh. Kevina kelas 10 SMK dan Kevino baru saja masuk kuliah di semester pertama sambil bekerja untuk sampingan. Kevino juga lulusan SMK, makanya ia kuliah sambil bekerja. Hitung-hitung membantu orangtua, pikirnya.

"Udah bangun abangnya?" Tanya Rio, ayahnya.

"Udah, Pa. Susah banget dibanguninnya."

Kevina duduk di hadapan Rio. Di samping Rio sudah ada Setia. Dan di hadapan Setia sudah pasti akan ada Kevino.

"Vino itu mirip Papa, kalo dibangunin susahnya minta ampun." Ucap Setia.

"Sekarang enggak 'kan, Ma?" Goda Rio.

"Masih! Enak aja udah enggak."

Rio terkekeh dan Kevina tertawa.

Tak lama, Kevino datang.

"Pagi, Mama Papa yang baik hati." Sapa Kevino.

"Gue gak disapa nih? Oke." Ucap Kevina.

"Pagi, adek sableng." Ucap Kevino tak ikhlas.

"Pagi, abang jelek." Ucap Setia membuat Kevina tertawa.

"Pagi, abang kebo." Ucap Rio.

Kevino memutar bola mata kesal. "Tau ah pada ledekin Vino, marah ah Vino sama kalian semua."

"Yhaaa baperan anak kamu, Pa." Ledek Setia.

"Gitu-gitu Vino anak kamu juga, Ma. Bikinnya 'kan berdua, Mama lupa?"

Ucapan Rio membuat pipi Setia bersemu.

"Ah, Papa. Jadi malu dengernya."

"Udah ah Vina mau makan. Daritadi ngedengerin kalian ngomong mulu kapan makannya."

Kevina mengambil makanan yang sudah tersedia di atas meja makan. Lalu segera menyantapnya.

"Vino juga ah. Nanti telat nganter dedek kesayangan."

"Gue 'kan?" Tanya Kevina.

"Pacar gue, bukan lo."

"Mama, Bang Vino jahat gak mau anter Vina ke sekolah." Rengek Kevina kepada Setia.

DIFFERENTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang