22. Masa lalu

244 33 0
                                    

"Kevin! Aku kangen banget sama kamu." Ucap cewek itu terdengar menggelikan di telinga Vina.

Cewek itu masih memeluk Kevin. Kevin membalas pelukan cewek itu membuat Vina membelalakkan matanya tak percaya. Sementara Bian, ia menatap kasihan dengan Vina. Tanpa persetujuan Kevin dan Vina sendiri, Bian menarik tangan Vina agar menjauh dari gerbang. Bian membawa Vina ke kantin.

"Kevin, kamu gak kangen sama aku?"

Kevin tak ingin berlama-lama dalam keadaan seperti ini. Suasana sekolah juga masih agak ramai, masih ada beberapa murid yang belum pulang. Kevin berusaha melepaskan pelukan itu.

"Hm, kangen kok. A-aku juga kangen sama kamu, Cha." Dengan terpaksa Kevin tersenyum.

"Kalo gitu, ayo kita ke rumah kamu. Aku gak sabar pengen ketemu Bunda. Kangen banget! Apalagi sama Lia." Cewek itu tersenyum bahagia.

Dengan berat hati, Kevin menyetujui permintaan cewek itu. Ia membawa cewek itu ke rumahnya. Namun, jauh dalam hati Kevin, ia memikirkan bagaimana pemikiran Vina saat melihat dirinya dipeluk cewek yang tidak dikenal sama sekali oleh adik kelasnya itu.

•••

Sementara dengan keadaan Bian dan Vina di kantin. Mereka duduk berhadapan di sana. Vina sedaritadi menunggu Bian agar bicara. Wajah Vina agak cemberut, Bian melihat jelas akan hal itu.

Bian menatap wajah Vina. Yang ditatap justru menunduk sambil memainkan jarinya.

"Na."

Vina mendongakkan kepalanya, menatap wajah Bian.

"Yang tadi itu..."

"Pacarnya Kak Kevin 'kan?" Suara Vina serak.

Bian menggeleng ragu. "Bukan, Na. Cewek itu cuma masa lalu Kevin."

Vina mengangkat salah satu alisnya ke atas. "Kak Bian? Kenapa geleng-geleng kepalanya kayak ragu gitu?"

Bian tersentak. "Mau gue jelasin?"

Vina melihat ke arah lain, dengan wajah acuh.

"Kak Kevinnya aja gak ada niatan mau jelasin ke gue 'kan? Masa gue denger semuanya dari elo? Bukan dari Kak Kevinnya langsung, ck."

"Kenapa gue berasa bersalah gini ya? Udah kayak lagi disidang sama pacar, anjir."

Terlihat jelas raut wajah Bian yang sedang ketakutan. Seperti tak tahu harus berbuat apa.

Lantas, Vina tertawa kencang melihat wajah Bian seperti itu.

"Santai aja kali, Kak. Kak Kevinnya aja gak tau kemana, menghilang ditelan bumi."

Bian menggaruk tengkuknya yang tak gatal itu lalu terkekeh.

"Tapi, serius, lo mau tau kronologisnya gak?"

"Gak mau, makasih. Gue mau denger dari mulut Kak -"

"Maaf, Na." Suara barusan terdengar seperti orang habis berlari dikejar anjing.

Vina dan Bian seketika menoleh ke asal suara tadi. Terlihat Kevin yang kelelahan dan langsung duduk di samping Vina.

Vina dan Bian saling tatap lalu Vina menghela napas pelan.

DIFFERENTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang