36. Meluruskan hubungan

232 24 0
                                    

"Kevin!"

Yang dipanggil menoleh ke arah samping kiri. Terlihat sahabatnya yang sedang duduk seorang diri di sana.

Kevin tersenyum sambil menatap cowok yang memanggilnya barusan. "Ada apa, Yan?"

Tangan Bian seolah mengajak Kevin untuk menghampirinya. "Sini, deh."

Kevin pun menurut dengan perintah Bian. Ia duduk di sebelah Bian.

"Kenapa, sih?"

"Kemaren Vina nanyain lo, tuh. Rindu katanya gak ketemu sama lo."

Kevin terkekeh mendengarnya. "Kebetulan lo nyebut nama Vina. Gue jadi inget mau ngomong something ke lo."

"Apaan tuh?"

Kevin memijat pelipisnya. Ia sedikit bingung mau darimana memulai percakapan ini.

"Lo tau gue suka Vina, 'kan?"

Bian mengangguk. "Terus?"

"Lo tau kalo kita gak bakal bisa jadian, 'kan?"

Bian berdecak, tak sabar apa yang sebenarnya ingin Kevin katakan kepadanya.

"To the point aja deh, Vin. Bentar lagi masuk nih." Kata Bian seraya melihat jam tangannya.

"Gue cuma mau nitipin Vina sama lo, Yan. Jagain dia. Gue gak bisa terus-terusan ada di sampingnya. Gantiin posisi gue di hati Vina. Biar dia gak berharap sama gue. Karna setelah lulus nanti, gue pasti bakal jarang banget ketemu dia. Mau ya, Yan? Gue percaya Vina sama lo kok. Lo sohib gue yang paling bisa dipercaya dan diandalkan."

Bian benar-benar dibuat terkejut oleh Kevin. Ia mengusap wajah dengan kasar. Tak habis pikir, mengapa harus dirinya?

"Setidaknya sekarang-sekarang ini lo kabarin dia atau temuin dia. Biar dia gak galau terus."

"Tapi lo mau, 'kan?"

Bian tersenyum sedikit terpaksa. "Gak janji."

"Gue yakin, lo pasti mau kok. Lo pasti bisa."

"Gue usahain."

Kevin tersenyum mantap. Ia berdiri. "Gue ke kelas duluan ya. Good luck!"

Sedangkan, Bian hanya bisa tersenyum sambil meratapi nasib dan berusaha mencerna atas ucapan Kevin tadi. Ia merasa kasihan terhadap sahabatnya itu karena tidak bisa memiliki padahal saling menyayangi.

Semangat, Vin. Gue tau lo cowok yang kuat. Gak boleh galau, karena bentar lagi ujian.

•••

"Eh, Na. Tadi gue liat Kak Kevin sama Kak Bian lagi ngobrol di kantin berdua." Ujar Tiar memberitahu teman sekelasnya itu.

Memang Tiar saja-lah yang pengertian. Tahu saja kalau Vina sedang butuh informasi tentang Kevin.

Mata Vina berbinar ketika mendengar nama Kevin. "Serius, Yar?!"

"Iya. Ngapain gue bohong."

"Ngobrol apaan, Yar? Lo denger gak?"

"Enggak-lah. Ngapain gue nguping."

Vina terkekeh. "Ngapain gue nanya ke lo. Mending langsung tanya ke Kak Bian."

"Mau ke mana lo? Bentar lagi guru dateng!"

"Sebentar! Gue mau temuin Kak Bian. Bilangin aja gue izin ke toilet." Teriak Vina.

Ia sedikit berlari untuk menuju kantin. Takut-takut kakak kelasnya itu sudah masuk ke kelas.

DIFFERENTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang