20. Menyelesaikan masalah

269 31 0
                                    

Bian mengangguk. "Tama, Vin."

Setelah mendengar ucapan dari Bian, Kevin segera bangkit dari sana. Ia hendak membuka pintu ruang OSIS namun tangannya ditahan oleh Bian.

"Tapi, lo inget kata gue ya. Ngomong baik-baik sama dia, jangan sampe kalut dan gue gak mau denger lo sama Tama musuhan." Bian berdiri lalu menepuk bahu Kevin bersahabat. "Lo belum selesaiin masalah lo sama Ardan. Jangan nambah-nambahin masalah lagi."

"Lo lagi gak becanda 'kan, Yan? Lo serius 'kan? Omongan lo bener 'kan?"

Bian menatap wajah Kevin. "Emang muka gue keliatan lagi ngeboong, Vin? Kita dari kelas 10 loh temenan."

Kevin menimang-nimang ucapan Bian. Ia berjalan mondar-mandir di dalam ruang OSIS. Tak jadi keluar, karena masih ingin memastikan.

"Gue perlu bukti."

Bian mengeluarkan ponselnya dari kantung celana abunya. Lalu terdengar suara dari rekaman yang Bian rekam.

"Lo kenapa sih Tam, daritadi gue liatin senyum-senyum gak jelas gitu?"

"Gak pa-pa, Mal. Lagi seneng aja."

"Seneng kenapa lo? Berbagi kesenangan-lah sama sohib sendiri."

"Lo jangan kasih tau Kevin atau Vina ya. Sebenernya gue suka Vina."

"Jadi lo -"

"Asal lo tau aja, gue yang nyeritain tentang Kevin sama Vina ke Ardan."

"Serius lo?! Wah, ternyata lo diem-diem jahat ya. Gak abis pikir gue."

"Tenang aja, gue gak sejahat yang lo kira kok. Lagian masalah mereka juga udah clear 'kan? Gue juga cuma sekedar kagum aja sama Vina, gak seobsesi Kevin. Santai dong, boi mukanya. Gue bukan psikopat kok hahaha."

Bian memasukkan ponselnya ke dalam kantung celananya lagi. Ia melihat Kevin yang sedang mengusap wajahnya frustrasi.

"Gue sempet denger pembicaraan Tama sama Akmal waktu lo lagi sibuk-sibuknya praktek. Waktu itu di kantin posisinya gue ngebelakangin mereka berdua. Gue denger nama lo sama Vina, langsung gue rekam dan gue kaget banget dong. Ya udah, jadi begitu ceritanya."

Bian berdiri. "Sekarang, lo temuin Tama. Ajak ngomong baik-baik, jangan emosi. Kalo lo masih gak percaya sama rekaman tadi, lo bisa tanya langsung ke Akmal."

Bian membuka knop pintu. "Gue percaya kok. Thanks, Yan. Rekaman lo sangat bermanfaat. Lo emang sahabat terbaik gue." Kevin ikut keluar dari ruang OSIS lalu segera mencari keberadaan Tama.

•••

Kevin menemukan Tama di kantin sedang sendirian. Ia langsung menghampiri Tama dan duduk di sebelahnya.

"Tam." Panggil Kevin membuat Tama yang sedang bermain ponsel menengok seketika.

"Kevin. Kenapa, Vin?"

Kevin membasahi bibirnya sebelum memulai pembicaraan yang serius ini.

"Kenapa lo cerita ke Ardan?" Kevin suka dengan to the point daripada harus basa-basi dulu.

Wajah Tama terlihat santai. "Gue pikir, lo sama Ardan udah baik. Jadi gak ada salahnya dong gue cer -"

"Lo salah, Tam. Gue sama Ardan itu masih belum baikan. Apa lo se-gak-taunya masalah gue sama Ardan gimana? Dari kelas 10 kita barengan terus loh, Tam."

DIFFERENTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang