31. Bukan akhir

228 28 1
                                    

Kamar yang ditempati Vina dan kawan-kawan sedang diteriaki oleh kakak penanggungjawab kamar. Terdengar sangat mengganggu dan bising oleh mereka yang masih sangat ingin tidur.

"Bangun woy! Udah pagi, ayo shalat tahajud."

Pintu pun digedor-gedor oleh dua kakak penanggungjawab. Seperti orang yang sedang marah-marah.

"Kakak itung sampe tiga ya. Kalo sampe tiga gak keluar juga, kalian bakal dapet seri."

Bisa terbayangkan bagaimana jadi mereka yang setelah bangun langsung sibuk mempersiapkan segalanya. Belum lagi yang memakai hijab dan mengganti baju tidur dengan dress code sesuai warna gugus.

"Cepetan woy cepetan."

"Sabar, gue lagi ganti baju dulu ini."

"Gilak, susah banget lagi buka celananya."

"Buruan woy, gue tunggu di bawah ya."

Setelah selesai, mereka turun ke bawah. Di sana sudah ada Kak Tiana dan Kak Dinza.

"Ayo, cepet turun. Langsung ke mesjid."

Udara dingin sangat menusuk ke dalam tubuh. Dinginnya sampai ke tulang-tulang.

"Dingin banget."

Di belakang Vina ternyata ada Kevin. "Gak bawa jaket, Na?"

"Bawa, Kak. Tapi gue tinggal di kamar."

"Kenapa gak dipake?"

"Gue kira gak boleh pake jaket."

"Mau gue ambilin?"

"Gak usah deh, Kak."

"Gue lagi gak pake jaket sih. Ya udah lo shalat aja dulu."

Vina mengangguk lalu berjalan mengikuti teman-temannya menuju mesjid yang ada di resort tersebut.

"Kebayang dong gimana dinginnya itu air."

"Huh, dingin banget gila."

"Yang sabar ya man-teman."

Dengan dipaksakan mereka mengambil air wudhu setelahnya masuk ke dalam mesjid untuk segera melaksanakan shalat tahajud.

Selesai shalat, Pak Huri menyuruh perempuannya mendekat ke arah depan di dekat laki-lakinya untuk mendengarkan ceramah.

"Ayo, sini yang perempuannya merapat."

"Iya, Pak."

"Ayo eh ke depan."

"Lo di depan gih, Na. Gue di belakang lo ya."

Vina hanya menjawabnya dengan dehaman saja. Ia duduk di depan dengan masih menggunakan mukena warna birunya.

"Ya udah, udah ditunggu kakak-kakaknya tuh." Ucap Pak Huri mengakhiri. "Nanti kita lanjut lagi abis shalat Subuh ya."

Vina membuka mukenanya. Lalu memakai kacamatanya. Setelahnya mereka keluar dari mesjid dan memakai sandalnya masing-masing.

"Ayo, baris dulu."

"Hadap mana nih?"

"Hadap sini, woy! Tadi udah dibilangin juga, gak denger?!" Teriak Rafael agak membentak.

"Selow aja keleus." Umpat salah satu dari peserta.

"Kakak pj nya tolong ambilin satu-satu alat shalat anak gugusnya abis itu ditaruh di aula."

Kevin mengambil alat shalat anak gugus ungu satu per satu. Lalu segera berjalan menuju aula untuk menyimpannya.

"Udah semua ya?"

DIFFERENTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang