30. Berbincang

217 29 1
                                    

Tok tok tok.

Suara ketukan pintu terdengar dari luar. Niza, Zahra, Uthi, Fegi, dan Nurul seketika menghentikan aktivitas tertawanya. Vina dan Lubis lebih memilih untuk tidur lebih dulu karena hari benar-benar sudah larut malam. Zahra berjalan ke arah pintu, sebelum membuka pintu, ia mengintip dari jendela. Terlihat seorang cowok sedang berdiri di sana.

"Siapa, Ra?" Tanya Fegi.

"Gak tau, Gi. Cowok."

"Panitia?"

"Iya kayaknya."

"Coba buka dulu, Ra. Siapa tau penting." Ucap Niza.

Zahra mencoba untuk membuka pintu. Cowok itu berbalik badan menatap Zahra.

"Eh, Kak Kevin. Gue kira siapa ngetok-ngetok pintu." Zahra mulai merasa tenang setelah melihat siapa yang mengetuk pintu.

Kevin tersenyum tipis. "Sorry nih gue mau ganggu. Ada Vina gak?"

"Emm, Vina-nya udah tidur, Kak. Mau dibangunin?"

"Bangunin deh, maaf ya. Pelan-pelan banguninnya."

Zahra mengacungkan jempolnya. "Sip." Lalu segera berjalan ke atas untuk membangunkan Vina.

Bisikan-bisikan para netizen mulai terdengar walaupun Kevin tidak mendengar tapi cuap-cuap mereka mulai beraksi.

"Kak Kevin ya? Pasti mau ketemu Vina."

"Mereka ada hubungan apa sih?"

"Katanya belum pacaran."

"Berarti mau dong?"

"Emang Vina mau sama Kak Kevin? Kak Kevin 'kan nonis."

"Gak tau deh, itu biarin urusan mereka aja."

"Mending kita nguping yuk?"

"Heh, bukannya tidur udah malem juga. Gak baik nguping pembicaraan orang lain." Memang hanya Zahra yang benar di antara mereka semua.

Vina sudah dibangunkan oleh Zahra. Ia turun ke bawah untuk menemui Kevin.

"Ada apa, Kak?" Suara Vina khas orang yang masih ingin tidur.

"Gue ganggu banget ya? Lo pasti ngantuk berat ya, Na? Maaf banget ya. Tapi gue bener-bener pengen ngomong berdua sama lo. Mungkin agak lama juga. Gak pa-pa ya?"

Vina tersenyum kecil. Lalu duduk di lantai teras rumah kecil ini.

"Bentar gue tutup pintu dulu." Kevin menutup pintu lalu duduk di sebelah Vina.

"Mau ngomong apa sih, Kak? Kayaknya penting banget."

"Gue mau ngomongin tentang kita berdua aja sih. Awalnya gara-gara apa sih Na kita bisa sedeket ini?"

Vina tampak berpikir. Berusaha mengingat apa yang sudah terjadi sebelumnya dengan Kevin.

"Oh, pas temen gue minta izin mau nempel puisi di mading."

"Ternyata buatan temen lo, gue kira buatan lo Na. Eh, udah dibuat belum puisinya? Gue pengen baca puisi buatan lo, Na."

"Nanti gue cari yang bagus deh, gue bakal tempel di mading."

"Bener ya? Gue tunggu loh."

"Iya, Kak."

"Gue gak nyangka bisa sedeket ini sama lo, Na."

Vina mengangguk. "Gue juga, Kak. Lo tau gak sih, gue itu paling gak mau berurusan sama yang namanya kakak kelas. Tapi ujungnya malah deket sama Kak Kevin."

DIFFERENTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang