24. Keseruan kelas

258 34 1
                                    

Pagi ini cuaca sangat cerah. Suasana sekolah sudah mulai ramai. Begitu juga dengan suasana di kelas 10 PH 2. Bisa terhitung ada berapa orang yang belum datang. Karena jam sudah menunjukkan pukul tujuh kurang lima, sebentar lagi bel berbunyi.

Lima menit berlalu. Suara speaker terdengar. Satu per satu mengambil al-Qur'an yang ada di dalam lemari buku.

Teriakan sang ketua kelas terdengar kencang. "WOI, NGAJI. JANGAN MAIN HAPE MULU LO PADA."

"IYA, PAK. NYANTE AJA NAPA."

"ASHIYAP, PAK KETU."

Masih ada yang belum siap untuk literasi. Ada yang masih berdiri, namun ada juga yang mulai mengikuti dari speaker. Tak lama, guru datang. Suasana langsung tenang. Semua yang ada di kelas langsung membaca.

"Literasi dulu ya. Jangan ada yang main hape. Pelajaran pertama siapa gurunya?" Tanya Bu Iris.

"Bu Naya, Bu." Jawab Ghifari.

"Oh, Bu Naya lagi ada tugas ke luar kota. Sebentar ya, Ibu tanyakan dulu."

"Iya, Bu."

Bu Iris meletakkan ponselnya di dekat telinga. Sepertinya ia sedang menghubungi Bu Naya.

"Kata Bu Naya, gak ada tugas. Tapi, kalian harus tenang di kelas. Jangan ada yang ribut, jangan berisik, jangan keliaran di luar kelas. Tunggu sampai jam istirahat, baru boleh ke kantin. Bisa ya?"

"Bisa, Bu, siap!"

"Ya udah, lanjutkan literasinya. Jangan lupa diresume."

"Oke, Bu. Makasih, Bu."

Bu Iris tersenyum lalu berjalan meninggalkan kelas yang ditempati oleh anak kelas 10 PH 2 itu.

Walaupun masih mengaji, mereka langsung berdiri lalu berteriak girang. Mengingat bahwa guru matematika itu sangat galak. Sukanya membetak. Tak memikirkan hati para anak.

"DIEM, ANYING! BARU JUGA DIBILANGIN JANGAN BERISIK. DUDUK SEMUA, LANJUTIN NGAJINYA." teriak Ghifari.

Bukannya mengikuti perkataan sang ketua kelas, mereka justru tertawa. Membuat Ghifari menggelengkan kepala tak habis pikir.

Limabelas menit telah dipakai untuk literasi. Seharusnya setelah literasi mereka me-resume apa yang telah dibaca. Namun, namanya juga pelajar, gurunya saja tidak masuk ngapain harus resume? Siapa yang mau tanda tangan lagian? Jadi mereka memutuskan untuk...

"Woi, woi, woi!" Dava berdiri di depan kelas seorang diri. Tampangnya seolah akan berbicara sangat penting.

Namun, saat ia sudah menjadi pusat perhatian anak kelas. Ia justru bicara seperti ini, "gitaran, yuk?"

"Yeu, gue kira apaan."

"Dasar, bambang."

"Buru, bah. Gitarnya mana?"

"Bawa dong abah mah."

Dava sudah memegang gitarnya. "Mau request lagu apa nih?"

"Girls like you, bah."

"Siap. Mainkan, bro!"

Dava memetik gitarnya. Virgo dan Endri yang menyanyi. Sesekali Dava juga ikut bernyanyi bersama. Seperti terbawa suasana, mereka langsung ikut bernyanyi. Kelas sudah seperti sedang pesta.

"Dokumentasikan woy upload di ig kelas langsung!"

"Biar jadi hits."

"Abis ini foto kelasan kuy!"

"Ya kali gak kuy."

"Ri, gak pa-pa ya sekali-kali kelasan kita kayak gini? Biar happy, bruh." Ucap Dava.

DIFFERENTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang