7. Pulang bareng

462 46 0
                                    

Vina baru saja pulang setelah piket hotel. Ia berjalan menuju arah gerbang sekolah. Tepat pukul setengah enam sore. Di sekolah sudah sangat sepi. OSIS sedang tidak ada rapat.

Ia melihat Kevin sedang berjalan ke arahnya.

"Kak Kevin?"

"Vina, baru pulang?"

"Iya, abis piket hotel."

Di sekolahnya, memang ada kegiatan seperti itu di jurusan perhotelan. Per absen akan melaksanakan piket di hotel yang ada di sekolah.

"Sore juga ya baliknya."

"Iya."

"Balik sendiri?"

Vina mengangguk.

"Bareng gue aja yok?"

Vina tampak sedang berpikir. Kalau ia tidak menerima tawaran Kevin, nanti ia pulang sendiri naik angkutan umum dan itu sangat memakan waktu. Kalau ia menerima tawaran Kevin, apa tidak masalah pulang bareng ketos?

"Kelamaan mikir lo. Lo tunggu sini, gue ambil motor dulu."

Kevin berjalan mengambil motornya di parkiran yang tak jauh dari sekolah. Tak lama, Kevin datang.

"Kebetulan gue bawa helm dua, nih pake." Kevin memberikan helmnya kepada Vina.

"Tapi, ini beneran dianter sampe rumah Kak?"

"Iya, tenang aja lo aman sampe rumah."

Vina sudah duduk di belakang Kevin.

"Udah siap?"

"Udah."

"Pegangan."

"Gak mau."

"Ya udah."

Di tengah-tengah perjalanan, Vina mencoba berbicara dengan Kevin.

"Kak, gue gak enak dianter balik sama ketos."

"Anggep aja gue bukan ketos."

"Lagian, lo kenapa baru balik jam segini?"

"Biasa, abis diskusi senja."

"Sok-sokan puitis." Vina nyengir.

"Btw, rumah lo dimana?"

"Jalan aja terus, nanti gue kasih tau jalannya."

"Oke."

Pipi Vina terasa basah. Tak disangka ternyata hujan turun begitu lebat. Kevin menepi dulu.

"Hujan deras, Na."

"Kakak bawa jas hujan gak?"

"Gue jarang bawa jas hujan."

Vina melirik jam tangannya. Pukul setengah tujuh.

"Lo belum shalat ya?"

Vina menggeleng lemah.

"Mau gue anter ke mall dulu sebentar?"

"Gak usah, Kak."

"Tapi, ibadah lo?"

"Bisa gue barengin sama yang lain, selow."

"Gue jadi gak enak sama lo."

"Gak pa-pa, Kak. Ini juga bukan salah Kakak kok."

Kevin menggesek-gesekkan tangannya. Lalu ia letakkan tangannya di pipi Vina.

"Pasti dingin 'kan?"

Vina mengangguk. "Makasih, tapi gue bisa sendiri." Vina tersenyum.

Kevin tersenyum kikuk. "Orang rumah udah dikabarin?"

DIFFERENTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang