>6<

1K 81 5
                                    

Voment nya boleh kan

~~~~~~~~~~~~~~~~

Bel pulang berbunyi membuat semua siswa keluar kelas. Tapi tidak untuk Bina, dia masih setia menunggu Alana karena dari selesai istirahat entah ke mana anak itu sampai sekarang.

"Eh? Bapak siapa? Ngapain ngambil tas temen saya?!" Tanya Bina marah saat ada yang mengambil tas Alana.

"Saya di suruh nona Alana untuk mengambil nya." Kata nya datar.

"Kemarin mba-mba deh bukan bapak-bapak." Kata Bina memicingkan mata nya. Kemarin juga ada yang mengambil tas Alana, tapi bukan dia.

"Saya memang baru hari ini di suruh nya." Kata nya masih berusaha mengambil tas Alana dari tangan Bina.

"Eits! Kasih tau dulu di mana Alana?" Tanya Bina menantang.

"Saya tidak tau. Nona Alana hanya menyuruh saya mengambil tas-nya." Kata dia.

"Bohong!"

"Jika anda tidak percaya, silahkan telfon nona Alana."

"Okey!" Bina mengeluarkan HP-nya tapi kemudian tersentak. Dia menyengir pada pria tegap itu. "Saya lupa minta nomor nya Alana Pak."

"Anda bisa pakai posel saya." Dia lalu menyodorkan nya pada Bina.

Dengan senang hati Bina mengambil nya dan menyalin nomor nya. "Hp saya aja Pak. Kebetulan dari seminggu yang lalu pulsa saya nggak abis. 'Kan kasian kalo pulsa bapak abis."

Bina langsung menelpon nomor Alana tapi tidak di angkat. Pria tadi masih menunggu. "Bisa tolong kasih tas nya nona Alana? Saya harus bergerak cepat."

"Embung! Biar gue aja yang kasih ke Alana. Sekalian gue main bekel sama dia." Balas Bina masih mengeratkan tas Alana dalam pelukan nya.

"Alana!" Teriak Bina kesenengan karena di angkat juga telfon nya.

Pria tegap tadi terkejut dengan suara Bina yang super itu. Sedikit bingung juga kenapa nona-nya mau berteman dengan gadis cerewet seperti dia.

"Ngapain lo?!" Tanya Alana kaget karena terikan nya.

"Lo di mana, hah?! Dari istirahat sampe pulang nggak balik ke kelas! Udah gitu ada orang mau ngambil tas lo! Yaudah gue larang. Gue takut dia penipu. Yaudah gue masih kekepin, biar anget terus netes jadi burung elang."

Pria tegap di hadapan nya melongo mendengar apa yang di bicarakan Bina. Benar-benar ajaib nona nya mau berteman dengan manusia aneh.

"Kasih aja."

"Nggak bisa! Gue juga mau ketemu lo tau! Gua mau ngajak main lo! Kita main.....monopoli? Bekel? Karet? Ular tangga? Apa-"

"Gue males! Kasih dan jangan ganggu gu-"

"Tapi gue mau Alana! Gue nggak mau pulang dulu ke rumah." Kata nya melemah.

"Ck. Penganggu!" Bina hanya diam dengan wajah cemberut. "Ntar gue kasih alamat nya."

Baru mau bicara dengan girang nya sambungan langsubg terputus karena Alana. Tapi nggak pa-pa, Bina tetap senang karena Alana mulai berubah gimana gitu.

"Tas nya saya bawa Pak! Tadi Alana bilang mau sendlok ke saya. Bapak tenang aja, di dalam tas aja juga nggak ada apa-apa kok. Cuma buku yang masih utuh dan masih bersih. Soal nya selama tiga hari Alana kebanyakan bolos." Kata nya lancar.

Pria di hadapan nya mengerjab pelan dan membuka HP-nya karena ada pesan, dan ya, Alana yang mengirim nya.

"Baik. Saya akan mengantar anda ke tempat nona Alana."

My name is          ALANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang