>22<

559 41 0
                                    

Typo? Bilangin
~~~~~~~~~~~~~~

Dret

Bina mengambil handphone nya yang berada di dalam tas. Seketika nafas nya tercekat, matanya membesar, seakan tak percaya dengan apa yang di lihat nya.

"Bin." Panggil Alana.

Bina masih diam tak menyahuti, air matanya sudah tak terbendung lagi, hingga air matanya mengalir. Membuat Alana bingung.

"Bin, kenapa?" Tanya Alana.

Masih tak ada jawaban, Alana gemas. Ia menarik benda pipih itu dari tangan Bina. Seketika, nafas nya juga ikut tercekat. Alana melirik Bina yang masih diam, tapi air matanya terus mengalir.

Hingga sampai akhir nya Alana menyentuh pundak Bina. "Bin."

Bina menutup wajah nya dengan kedua tangan. "Hiks... kenapa harus gini, Al? Hiks."

Semenjak bergaul di lingkungan terbuka. Hati Alana cukup berubah, hingga ia tau artinya kehilangan.

"Kita ke rumah lo." Kata Alana.

Alana menarik gas nya untuk menuju rumah Bina. Sesekali menghela nafas nya dan tentu Bina masih menangis.

Alana memejamkan matanya sesaat, tangan nya mengepal di stir. Isakan Bina terus membuat ia makin mengepalkan tangan nya.

'Anda harus mati Pak tua!'  Tekat Alana dalam hati.

◆ ◆ ◆ ◆

"Papah bangun!"

Teriakan dengan suara isakan bercampur di rumah itu. Membuat yang melihat nya pasti akan merasa kasian.

"Pah.... Bina mohon. Bangun, jangan tinggalin Bina sendiri. Bina masih butuh Papah." Isak Bina dengan memeluk Nando yang sudah tak bernyawa.

"Papah." Lirih Bina pelan hingga pandangan Bina kabur.

"Non Bina!" Serempak orang-orang di sekitar.

"Bawa dia ke kamar nya." Suruh Alana pada satu bodyguard.

Selepas Bina di bawa dan di ikuti beberapa pelayan yang masih selamat. Alana berdiri di samping tubuh Nando yang sudah kaku.

'Saya akan jaga Bina sesuai janji saya, Om. Dan pasti saya akan memebalaskan dendam pada mereka, itu tekat saya.'

"Alana!"

Alana menoleh pada Anggun yang baru masuk ke dalam rumah.

"Bina gimana? Dia gapapa 'kan? Sekarang dia mana?" Tanya Anggun panik.

"Di kamar nya." Balas Alana.

"Tapi dia gapapa 'kan?"

Alana mengangguk. "Lo ke kamarnya gih."

"Oke."

Anggun langsung lari ke arah kamar Bina meninggalkan Alana dan beberapa bodyguard nya yang ia sengaja bawa.

"Nona. Semua mayat sudah kumpulkan, dan... saya menemukan ini." Ucap salah satu bodyguard yang menghampiri Alana dan menyerahkan sesuatu.

Alan menerima nya. Ia mengkerutkan kening, kemudian seringainya muncul. Membuat bodyguard itu menunduk takut.

"Ku rasa dia belum pernah berurusan dengan kita." Kata Alana.

My name is          ALANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang