Voment nya keluarkan la
~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Bina senang bukan main saat bermain dengan Ken di taman. Mereka kejar-kejaran, layak nya seperti dua anak kecil.
Alana yang melihat itu dari jendela kamar nya meringis kecil melihat tingkah Bina. Otak nya sudah beberapa kali berfikir kenapa bisa dan mau berteman dengan Bina.
Tok
Tok
Alana menatap Hana yang mengetuk pintu dengan senyuman hangat nya.
"Boleh masuk 'kan?" Tanya Hana.
"Em." Balas nya dan melihat ke jendela lagi.
Hana menghampiri Alana dan memegang bahu nya. Dia tersenyum melihat Ken dan Bina yang sedang tiduran karena lelah sehabis kejar-kejaran.
"Mamah rasa, Bina cocok jadi sahabat kamu, Al." Kata Hana.
Alana mengerutkan kening nya menatap Hana. Cocok? Bahkan kepribadian mereka sangat berbeda.
Hana mengangguk. "Kamu cuek, tapi dia cerewet. Kalian bisa saling melengkapi. Dia juga anak nya asik kok. Dulu Mamah punya teman seperti dia. Tapi sayang nya, dia sudah di panggil duluan." Kata Hana membayangkan sahabat nya dulu. "Dia ceria walaupun hidup nya banyak masalah. Dia tidak menyerah apapun yang terjadi. Mamah bangga sebagi sahabat nya."
'Kenapa cerita nya persis seperti kepribadian Bina?' Batin Alana.
"Kamu tau? Dulu Mamah mau mengakhiri hidup Mamah jika dia tidak datang. Mamah dulu sangat cape dengan beban yang di tanggung sama diri Mamah. Tapi dia sebagai anak yang ceria, dia menguatkan Mamah sampai Mamah berhasil." Hana menetes nya air mata nya. "Mamah juga sangat bersalah karena Mamah nggak tau apa-apa soal hidup nya. Seandainya nya Mamah tau kalau dia punya penyakit, Mamah pasti akan obati dia. Tapi sayang, Mamah tau saat dia hampir di panggil."
Hana menatap lekat Alana yang hanya diam memperhatikan nya. Dia tersenyum hangat pada Alana dan mengusap lengan nya. "Kamu harus jaga apa yang menurut kamu berharga, Al. Seperti Bina, kamu harus jaga dia. Mamah yakin, dia bisa membatu kamu dalam merubah diri kamu."
Alana mengerjab 'kan mata menjadi sayu. Dia tersenyum kecil pada Hana. "Alana akan usahakan."
¤
¤
¤
¤"ASTAGA ALANA!!!!"
Pekikan itu membuat Alana membuka mata lebar dan menutup telinga nya.
"Apaan sih?!" Tanya Alana sewot.
"Udah jam 7 Al! Lo masih tidur juga dari tadi!" Decak Bina kesal.
Dari sejam yang lalu Bina berusaha untuk membangunkan Alana. Tapi nihil hasil nya.
"Ck. Berisik!" Kata Alana dan langsung bangkit menuju kamar mandi.
Bina mencibir kesal. Ternyata Alana susah di atur juga. Bahkan Bina bertanya pada diri nya sediri. Bagaimana orang tua Alana tahan dengan sikap nya?
.
.
.
.Alana dengan santai nya berjalan menuju kelas dengan Bina. Alana sempat risih dengan Bina yang sedari tadi ngoceh nggak jelas. Tapi apala daya Alana?
"Al, ada Vano tuh." Kata Bina.
Alana mengerutkan kening nya. Lalu? Alana harus apa jika ada Vano?
Brugh
"Eh?"
Alana dan Bina sama-sama diam. Sedangkan Vano menatap pria yang kini sedang mengambil buku nya di bawah, akibat tabrakan dengan Vano.
KAMU SEDANG MEMBACA
My name is ALANA
Teen Fiction"Saya mohon...... ampuni saya..." "Dengan melepaskan mu?" "Saya....mohon.." "Ck, sudahlah pak tua. Anda tidak cocok seperti itu, kemana kepercayaan dirimu? Sudah hilangkah dengan berhadapan dengan ku?" "Saya akan lakukan apapun yang anda mau, jika a...