>12<

794 59 4
                                    

Typo? Bilang

~~~~~~~~~

Hasil dari seleksi kemarin. Ternyata kedua nya sama, tidak ada yang menang ataupun kalah.

Jadilah mereka bertaruh lagi. Dengan cara memainkan permainan monopoli.

Bina yang sudah tau siapa Vano buat Alana, jadi tidak banyak tanya lagi. Dan kini tugas nya menjadi bank.

"Tuh gue kasih kesempatan." Kata Vano songong.

Alana mendelik ke arah nya, tapi tetap mengambil kartu kesempatan.

Bina sudah biasa sengan sikap mereka berdua. Vano ternyata sedikit bobrok jika dekat Alana. Tapi Alana masih sama, irit ngomong.

"Mundur tiga langkah?" Dani Alana mengkerut melihat nya.

"Nah! Mundur lo!" Kata Vano yang sudah tersenyum kemenangan.

Alana menggerakan punya nya untuk mundur. Mata melebar setelah tau.

"Apaan nih?! Curang!" Kata nya tak terima.

"Eh! Nggak bisa gitulah! Bayar denda lo!" Kata Vano yang sudah menagih layak nya rentenir.

Alana mencibir kesal dan memberikan uang itu pada Vano dengan tidak rela.

"Udah, Al. Lo muter star dapet kok 20 ribu." Kata Bina yang masih setia memperhatikan permainan mereka.

"Nah! Bina bener tuh!" Balas Vano.

"Gue borong sampe pabrik nya juga bisa." Kata Alana.

"Itu nama nya bukan bermain!" Ucap Bina.

Vano sudah tersenyum jahil melihat wajah Alana yang kesal. Jarang sekali ia bisa melihat Alana seperti ini.

Begitu pun Bina. Dia melihat ada perubahan dratis dari Alana.

'Tante ingin kamu merubah Alana. Dia itu pendiam, dingin, datar dan... lain-lain lah. Dan tante mau kamu rubah dia mejadi anak yang ceria seperti kamu. Mau kan?'

Bina tersenyum mengingat perjanjian nya dengan Mamah Alana.

"Yes! Gue menang!" Kata Vano bersorak kemenangan, dan bertos ria dengan Bina.

Alana mengendus kesal dan menatap tajam Bina yang tertawa lebar.

¤
¤
¤
¤
¤

Bina tersenyum lebar saat baru sampai di mall bersama Alana dan Vano.

Jika di ibaratkan, seharusnya Bina lah yang menjadi nyamuk di sini, tapi tidak. Alana dan Vano lah menjadi nyamuk di sini.

Mereka cuma diam dan meringis malu saat melihat tingkah Bina yang sangat kekanak-kanakan.

"Udah lama banget gue nggak ke sini." Decak Bina kagum.

Alana hanya tersenyum kecil, beginilah jika sudah tau rahasia orang yang menyakitkan.

"Mandi balon yu!" Ajak Bina girang.

Alana melotot dan Vano melongo. Heran aja gitu sama permintaan Bina.

Alana meringis dan mngerjab pelan. "Gue bakal beliin balon banyak ke rumah, Bin. Mandi di rumah aja."

"Alllll, plis. Banyak anak kecil di sana, kita mandi bareng." Rengek Bina.

'Berasa kayak orang tua, gue.'  Batin Vano yang masih memperhatikan Bina.

"Yang lain!" Tolak Alana.

Bina memajukan bibir nya hingga terlihat menggemaskan. Tapi tidak untuk kedua orang bermuka tembok itu.

My name is          ALANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang