Typo? Bilangin
~~~~~~~~~~~~~~Alana dan Vano kini berjalan berdampingan, di temani Niko dan Sam di belakang mereka.
Suara langkah mereka memenuhi lorong itu, gelap dan sunyi sudah biasa di tempat itu.
Alana yang di temani topeng nya dan Vano yang di tutupi masker dan bermodal softlens biru. Membuat siapapun tak mengenali mereka, mungkin berbeda dengan anak buah mereka.
Mereka berhenti di sebuah pintu yang tertutup rapat. Vano mengetuk sekali dan pintu langsung terbuka dari dalam.
Vano yang pertama kali masuk karena pintu itu hanya muat satu orang lewati, dan di susul Alana kemudian Niko dan Sam terakhir.
Alana berdiri di samping Vano yang sudah berdiri hadapan pria yang sudah babak belur di sebuah kursi dengan tangan dan kaki di ikat.
Setelah mendengar pintu tertutup, Vano melangkah mendekati pria malang itu.
"Troy." Panggil Vano tajam. Dalam masker nya, Vano menyeringai tajam pada pria itu. "Sudah selesai bermain nya?"
"Lepaskan aku brengsek!" Bentak Troy dengan marah.
"Melepaskan mu setelah kami susah payah menangkapmu?" Tanya Vano sinis.
"Aku membunuh Fernando karena memang janjiku dulu! Dan kau tak ada urusan dalam dendam ku!" Kata Troy yang masih marah.
Alana mengepalkan tangan nya, kemudian meju beberapa langkah. "Tak ada urusan?" Alana memberi jeda. "Memang tidak ada, tapi itu sebelum kami tidak mengenal mereka, tapi sekarang. Kami mengenal mereka."
Alana mengeluarkan pisau yang berada di dalam kantung jaket nya dan mengusap dengan pelan. "Kau tau? Pisau ini memang kecil, tapi. Pisau ini sudah banyak memakan korban seperti mu." Kata Alana menyeringai tajam.
"Dan kau lihat." Kata Alana menunjuk Niko yang berdiri tak jauh nya membawa sebuah samurai yang di dalam kantung nya. "Itu adalah senjata andalan ku, kau tau kenapa? Karena jika itu sudah bergerak di tangan ku. Maka semua ucapan akan sia-sia."
Troy menatap tajam Alana dan Vano secara bergantian. Kemudian meruntiki dirinya dalam hati. 'Kenapa dua kelompok ini harus menjadi satu?! Jika salah satu di antara mereka saja susah di kalahkan, apa lagi dua orang sekaligus! Argh, sialan kau Simon! Kau menjebak ku!'
"Ingin mengucapkan kata terkahir?" Tanya Vano datar.
"Jika kalian membunuhku. Maka bunuh juga Simon dan Wiliam!" Balas Troy.
"Simon? Bukankah itu Kakek mu? Dan... Wiliam? Bagaimana bisa kau mau kami membunuh paman mu?" Tanya Alana sinis.
"Paman? Dia hanya anak angkat jika kau lupa." Sahut Troy.
Alana mengangguk-anggukan kepalanya. Begitupun Vano, yang kemudian di berdiri di samping Alana dan di hadapan Troy. "Lalu, bagaimana Ayahmu? Apakah kami juga harus membunuh nya?" Tanya Vano sinis.
"Ayahku tidak terlibat dalam kasus ini! Jangan kau menyentuh nya!" Kata Troy emosi.
"Tidak terlibat, huh?" Tanya Alana terkekeh tajam.
"Dia memang tidak terlibat!"
Vano mengangguk seakan mengerti, kemudian dia berjelan ke balakang Troy. "Lalu, untuk apa Ayahmu berada di kubu Roy?"
"Roy?" Tanya Troy seakan berfikir. "Ketua mafia yang berada di Inggris?"
"Ya."
"Tidak! Ayahku tidak pernah terlibat dalam dunia hitam lagi semenjak aku yang menggantikan nya!" Kata Troy tak terima.
KAMU SEDANG MEMBACA
My name is ALANA
Teen Fiction"Saya mohon...... ampuni saya..." "Dengan melepaskan mu?" "Saya....mohon.." "Ck, sudahlah pak tua. Anda tidak cocok seperti itu, kemana kepercayaan dirimu? Sudah hilangkah dengan berhadapan dengan ku?" "Saya akan lakukan apapun yang anda mau, jika a...