>17<

685 51 0
                                    

Typo? Bilangin

~~~~~~~~~~

Pagi-pagi sudah di buat emosi oleh tingkah Vano. Akhirnya Alana mengalah untuk berangkat dengan mobilnya Vano.

"Lan. Gue gak mau tau ya, pokoknya lo jangan deket-deket sama Varo." Celoteh nya.

"Em."

Vano berdecak malas. "Bisa ga sih Lan. Jangan nyautin gue dengan deheman."

"Iya."

"Jangan singkat juga!".

"Em."

Vano tuh cowok brengsek yang pernah di temui oleh Alana. Bagaimana bisa dia datang tiba-tiba dan berkata jika Alana miliknya.

Walaupun Alana akui bahwa ia juga sedikit bingung dengan pikiran dan hati nya yang selalu mendukung nya untuk selalu dekat dengan Vano.

"Dan lo harus inget. Bahwa seminggu lagi kita akan tunangan!"

Alana hanya melirik malas. "Kenapa harus tunangan sih?"

"Iya yah, kenapa harus tunangan kalo bisa langsung nikah." Celetuk Vano.

Alana melotot dan memukul tangan nya. "Sial juga otak lo!"

Vano hanya menyengir lebar dan kembali fokus pada jalanan. Walaupun nggak pernah fokus jika dekat Alana.

Setelah beberapa menit, mobil Vano memasuki area sekolah membuat beberapa kaum hawa memekik.

"Lan, lo harus terbiasa ya liat gue di kerubuni cewek." Kata Vano songong.

"Di kerubuni semut aja gue gak peduli." Balas Alana.

"Jangan cemburu inget!" Peringat Vano.

"Em."

Setelah Vano keluar, pekikan kaum hawa makin histeris, tapi Vano kembali datar dan dingin seperti biasa. Membuat Alana ingin menjitaknya dan memasukan nya ke dalam botol dan di buang ke danau supaya di makan buaya. Walaupun Alana bisa membunuhnya sendiri, tapi ia tidak tega.

Ketika Alana keluar, bukan pekikan dari kaum hawa, tapi kaum adam yang menyambutnya. Membuat Vano melirik tajam kearah sekelompok pria yang menatap Alana dengan terang-terangan.

"Rasanya gue pengen sekep lo di kamar aja, Lan." Celetuk Vano saat berada di samping Alana.

Alana hanya menggeleng di buat nya. Dan sangat malas untuk meladeni, Alana memilih untuk jalan duluan dan tentu di susuk Vano.

"ALANA!!"

Vano tersentak hingga memberhentikan nafas nya sebentar. Sedangkan sekitarnya hanya menutup kuping. Beda lagi sama Alana yang hanya memejamkan matanya sebentar sebelum melanjutkan jalan nya.

"Alana tunggu!" Teriak Bina dan Anggun bebarengan dan mengejar Alana.

Vano hanya diam di tempat saat mereka melewatinya untuk mengerjar Alana. Dan beberapa saat kemudian dirinya tersentak karena tepukan di punggung nya.

"Dua bocah kurang dewasa mah, kaga usah di liatin." Kata Gery dengan santai.

"Kurang dewasa njir." Celetuk Dipo menimpali Gery.

Gery hanya menyengir lebar. Vano yang melihat itu hanya menggeleng. Bisa-bisnya dia berteman dengan dua mahluk ini.

-

"Ya ampun Alana. Cape gue ngejar lo." Keluh Anggun.

"Gak usah di kejar." Balas Alana dan duduk di bangkunya.

My name is          ALANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang