>37<

401 32 0
                                    

Alana mengerjab-ngerjab beberapa kali. Meyakinkan dirinya untuk melakukan ini. Karena ini yang terbaik.

"Nona."

Alana melirik Niko yang selalu setia bersamanya. Ya, Alana memaksa Niko untuk menemui dirinya dan meninggalkan semua tugas nya.

"Nona yakin? Kita masih bisa mencarinya Nona. Jadi Nona tidak harus melakukan ini." Kata Niko khawatir.

Alana terkekeh kecil. Dan itu mampu membuat Niko tersentak, karna baru kali ini mendengar Alana tertawa, walaupun..... Itu singkat.

"Udah berapa kali kamu ngomong gitu, huh?" Tanya Alana dengan kekehan kecil.

Niko menunduk. "Maaf, Nona."

Pintu terbuka masuklah remaja yang mengunakan jaket kulit. Ia menatap Alana dengan tatapan sedih. "Maaf Ka baru datang."

"Tidak. Bukan salah kamu. Ini salah Kakak yang baru memanggilmu saat Kakak mau mengakhiri ini." Kata Alana masih setia menatap remaja itu.

"Kamu udah ngerti tugas kamu kan Al.......Bara."

Albara atau yang kerap disapa Bara itu mengangguk pelan.

Ingat Albara? Anak yang hampir ditabrak Alana dan Alvano. Hingga akhirnya mereka memutuskan membawa nya dan mengadopsinya. Dan inilah dia sekarang. Sudah tumbuh dengan cepat. Mata sipitnya membuatnya meggemaskan, walaupun umurnya belum dewasa tapi karna ia cepat tinggi, oleh sebab itu banyak yang bilang ia dewasa. Dan Bara hanya mengiyakan saja karna malas memperpanjang.

Alana menghembuskan nafasnya. Mencoba untuk santai. "Aku sudah melakukan banyak dosa."

Niko dan Bara mengangkat kepalanya menatap Alana yang sedang berbicara sendiri.

"Aku banyak membunuh orang."

"Nona membunuh mereka karna mereka yang salah. Itu bukan kesalahan, Nona."

"Tapi tetap saja, Nik. Yang patut menghukum mereka tuh seharusnya bukan aku. Tapi mereka yang diutus oleh yang maha kuasa."

"Dan dengan seenaknya aku malah mencabut nyawa mereka dengan kasar."

Alana manatap Niko dan Bara yang juga sedang memperhatikan nya.

"Setidaknya aku mati tidak sia-sia."

◆◇◆◇◆◇◆

Clek

Pintu oprasi terbuka menampilkan Dokter yang menangani oprasi Hana. Karena tadi mereka mendengar ada donor hati baru sampai.

Tapi sampai kini mereka yang berada didepan ruang oprasi tidak melihat Alana. Hanya Ken di sana dengan tatapan kosong.

"Kami akan memindahkan Nyonya keruang perawatan." Kata Dokter itu saat melepaskan masker nya.

Semua wajah merasa lega saat mendengarnya.

Dan keluarlah Hana dengan selang infus dan darah yang masih menempel padanya. Para perawat membawa Hana dengan bangkarnya menuju kamar yang sudah diisi Alex. Tiga jam yang lalu oprasi Alex sudah selesai dan mereka membawa Alex duluan. Dan sekarang Hana.

"Ken. Ayo." Ajak Anggun.

Ken mengangkat kepalanya menatap Anggun dan juga ada Bina disampingnya.

"Duluan aja, Ka. Aku mau disini dulu." Balas Ken pelan.

Bina dan Anggun tersenyum maklum. Mereka mengusap kepala Ken sebelum pergi.

Setelah semua pergi, Ken sendiri. Sampai ada yang menghampirinya.

My name is          ALANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang