>34<

298 30 1
                                    

Hilang arah.

Itulah yang dirasakan Alana saat ini. Kehilangan Vano membuatnya kehilangan separuh nyawanya.

Bina dan Anggun yang terus berada disamping Alana hanya menatapnya dengan iba.

"Al." Bina menyentuh tangan Alana. "Lo tidur ya, kita balik dulu. Besok ke sini lagi."

"Jangan ngelamun terus ya." Pesan Anggun.

Alana mengerjab. "Em."

Alana bukan Alana yang dulu ataupun Alana yang kemarin. Kini Alana menjadi Alana baru yang sangat amat dingin.

Bina dan Anggun menghela nafasnya pasrah. Mereka bangkit dan mulai meninggalkan Alana yang masih menatap keluar jendela.

Setelah mendengar pintu tertutup Alana mengigit bibirnya. Matanya memanas dan kembali mengeluarkan lelehan air yang ia tahan sejak tadi.

Sudah lima bulan semenjak kepergian Vano ia selalu begini. Ia tidak lagi bergabung dalam dunia kegelapan karna ingat janji dengan Vano. Dan pada akhirnya ia memilih diam di kamar.

Tok

Tok

Suara pintu terbuka, munculah Niko dengan Niel teman lamanya.

"Nona." Salam Niko dan Niel barengan.

Alana menghapus sisa air matanya. Dan mulai bangkit. Ia menatap Niko dan Niel.

"Niko."

"Ya Nona?"

"Siapkan keberangkatan ku."

"Nona akan kemana?"

"Aku butuh waktu sendiri, Nik. Kamu tau tempat itu. Ajak saja Smith, jika kamu membutuhkannya."

Niko menatap ragu Alana, walau akhirnya mengangguk. "Baik, Nona."

"Niel."

"Ya Nona?"

"Jaga semuanya selama aku pergi."

"Baik Nona."

Alana menghembuskan nafasnya. "Kalian boleh pergi."

◆◆◆◆◆

Alana menatap sekitar dengan tatapan sayunya. Disekitarnya hanya orang yang berlalu lalang dengan pasangan masing-masing.

"Aduh."

Suara itu mampu mengalihkan pandangannya.

"Ck, bocah! Kalo jalan liat-liat!" Kata sepasang kekasih yang ngomel karna anak itu menabraknya.

Tapi bocah itu hanya menatapnya datar dan mulai bangun.

"Kakak yang kalo jalan jangan kayak dunia milik berdua." Cibir anak itu kesal dan meninggalkan pasangan itu.

Sampai anak itu akhirnya duduk di samping Alana.

Alana hanya menatapnya diam. Hingga anak itu menatap nya juga. Bola mata yang biru itu hanya menatap Alana dengan polos. Tapi tetap di lihat wajahnya sangat tegas.

"Kakak sendiri?" Tanya nya.

Alana melirik kesamping nya yang kosong. "Sama bayangan." Balas Alana datar.

Anak itu hanya ber'oh'ria.

"Jomblo ya Ka? Kasian, padahal cantik." Katanya tanpa dosa.

My name is          ALANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang