>26<

366 32 0
                                    

Typo? Bilangin
~~~~~~~~~~~~~~

Alana mengerjab-ngerjab matanya karena terkena sinar matahari. Tangan terangkat menutupi wajah, tapi tertahan karena sesuatu menimpanya.

Dan itu membuat Alana menyembunyikan wajah nya dan tanpa terasa aroma meskulin tercium. Em, sepertinya wangi Van----- Alana membuka matanya lebar-lebar setelah berdebat dengan otak nya karena tetap ingin melanjutkan tidur.

"ALFA!!!" Teriak Alana kaget setelah menengok ke atas menemukan wajah Vano yang terpejam. Tapi itu tadi, sebelum Alana teriak.

Bugh!

Vano membuka matanya lebar-lebar karena merasakan sakit di punggung nya.

"Aw!." Rintihannya. Setelah mengerjab-ngerjab dan sadar, Vano bangun untuk duduk seraya memegang punggung nya.

"Sakit, Lan." Gumamnya seraya merintih.

"Kenapa gue bisa tidur sama lo?!" Tanya Alana galak.

Vano mengerjab-ngerjab polos untuk mengingat kejadian semalam. Dan kemudian tersentak dan tersenyum lebar.

"Kenapa lo senyum-senyum?!"

Vano menggeleng polos dan tersenyum geli seraya menatap Alana. "Tadi malem kan kamu mabuk, Lan." Gumam Vano pelan.

Sekarang, gantian, Alana yang mengerjab-ngerjab polos. Kemudian membuang wajah nya karena malu.

"Tapi kan gak harus ngambil kesempatan juga buat lo tidur bareng gue!"

Vano mengusap tengkuknya dan bangkit. "Kalo kamu lupa. Semalem kamu yang maksa aku buat tidur berdua sama kamu. Untung aku gak khilaf, Lan."

Alana melotot ke arah Vano dengan marah. "Jika lo ambil keuntungan itu. Gue pastikan masa depan lo suram!"

Vano menelan saliva nya dengan kasar dan membuang pandangan nya. "Udah siang ya." Gumamnya sendiri.

Alana mengumpat pelan dan bangkut dari tempat tidur. "Pertanyaan lo terlalu bego."

"Kan gue nanya." Kata Vano melotot kecil pada Alana.

"Matahari udah keliatan gak mungkin malem!" Balas Alana lebih galak dan berjalan memasuki kamar mandi.

Tapi langkah nya terhenti dan menoleh pada Vano dengan tatapan galak. "Keluar dari kamar gue!"

Vano mengerjab-ngerjab polos melihat Alana yang hilang di balik pintu. Kemudian melirik kasur yang sudah acak-acakan. Dia tersenyum geli karena teringat semalam yang membuatnya tertidur di kamar ini.

Flashback~~~

Setelah usai menjalankan sesuatu yang dosa. Alana dan Vano kembali ke mobilnya dengan wajah yang masing-masing masih tertutup topeng dan sarung tangan sedikit darah.

"Mampir gak?" Tanya Vano yang baru duduk di bangku mengemudi.

"Club." Jawab Alana singkat.

"Aku tau club' terkeren di daerah sini." Balas Vano dan mulai menarik rem tangan.

"Al."

"Em?"

Alana menarik nafas nya dan membuka topeng nya sekaligus jaket dan sarung tangan hingga ia hanya memakai kaos hitam polos.

"Jadi ngomong ga nih?" Tanya Vano yang sedari tadi menunggu.

Alana mengerjab-ngerjab kemudian menatap jalan dengan wajah yang tidak bisa di artikan.

My name is          ALANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang