"Kenapa?" Tanya Alana tanpa basa-basi saat Vero menelponnya.
"Keluarga lo kecelakaan."
Alana diam ditempat. Jantungnya memompa dengan cepat.
Tak lama suara pintu terbuka lebar. Smith di sana sambil bernafas putus-putus. "Al."
◇◇◇◇
Alana memejamkan matanya didepan ruang operasi. Di Sana keluarganya sedang dalam operasi. Tidak, hanya Alex dan Hana. Sedangkan Alka dalam ruang rawat karna lukanya tidak terlalu parah. Dan Ken untung tidak ikut serta dalam kecelakaan itu. Ya kecelakaan murni, tanpa ada tangan jahat.
"Alana!"
Alana menoleh melihat Bina yang berlari kearahnya. Dibelakangnya, ada Arul yang mengendong bayi kecil.
"Bina." Suara Alana nyaris tidak terdengar.
Bina datang langsung memeluk Alana, dan Alana membalasnya dengan tak kalah erat. "Mereka pasti baik-baik aja, oke."
Alana terisak dibuatnya. Sedari tadi ia menahan untuk tidak menangis. Tapi karna pelukan ini ia langsung menumpahkan semuanya.
"Gue....gue takut mereka ninggalin gue lagi, Bin." Gumam Alana.
"Nggak, Al. Mereka gak akan ninggalin lo."
"Gue takut, Bin."
◆◇◆◇◆◇◆◇
Sudah tiga jam ruang operasi belum terbuka. Didepan ruang operasi sudah ramai. Alana bersama Bina dan Anggun. Dan ada juga Vero, Smith dan Tofan. Sedangkan Arul berada dalam ruang rawat Alka bersama bayinya dan ada juga Ken di sana.
Sedikit pemberitahuan. Bahwa Bina sudah menikah dengan Arul dan memiliki bayi berumur 5 bulan. Sedangkan Anggun bersama Tofan baru tunangan.
Pintu terbuka. Dokter membuka maskernya dan menatap mereka.
"Gimana Dok dengan mereka?!" Tanya Alana gusar.
"Kami membutuhkan donor hati. Nyonya membutuhkan nya."
"Beri saja Dok. Saya akan membayar berapapun."
"Itu masalahnya. Belum ada stok baru untuk hati. Kami masih mencarinya. Tapi jika terlambat..... kami minta maaf."
Hancur.
Itulah yang mengembankan gimana perasaan Alana saat ini. Bukan cuma Alana, tapi semua nya juga tercengang tak percaya.
"Al." Lirih Bina memegang pundak Alana.
"Lakukan apapun Dok untuk mempertahankan Mamah saya." Kata Alana dengan sekuat tenaga.
"Baik, Nona."
Ya. Dokter ini adalah salah satu pengikut setianya.
◇◆◇◆◇◆◇◆
"Alana mana?!" Tanya Smith saat melihat di sana cuma ada Bina dan Anggun.
Bina mengangkat kepalanya. "Pergi ke toilet."
Smith menghela nafas lega. Jujur ia takut Alana kenapa-napa.
°
°
°"Ka Al yakin?" Tanya Ken dengan suara bergetar.
Alana mengangguk yakin. "Jadi Kakak minta kamu jaga semua nya. Kakak yakin kamu bisa."
"Aku..... aku nggak mau kehilangan Kakak." Isak kecil mulai terdengar dari Ken.
"Tapi Kakak harus lakuin ini, Ken. Alka masih butuh Mamah. Kamu juga masih butuh Mamah." Kata Alana lembut.
"Dan kita butuh Kakak."
Air mata Alana kembali mengalir karna isak tangis Ken.
"Ken janji ya sama Kakak." Kata Alana menatap Ken yang berusaha menghentikan tangisnya.
Ken berusaha kembali tenang. Ia menatap lekat Alana. Hingga ia memeluk Alana erat. "Aku bakalan kangen sama Kakak."
Alana tersenyum. "Kakak juga bakalan kangen kamu."
"Kakak yang tenang ya nanti di sana." Kata Ken serak.
"Ya. Kakak akan tenang. Doain Kakak ya."
Ken mengangguk. "Pasti. Aku akan selalu doain Kakak."
Mereka berpelukan lama untuk melepas rindu untuk nanti.
Hingga akhirnya Ken berbisik kecil.
"Makasih Ka selalu ada untuk kami...
Dan makasih...
Udah mau donorin hati untuk Mamah."
°
•
°
•
°
•
°
•
°
•
°
•
°
•
°
•
°
•
°
KAMU SEDANG MEMBACA
My name is ALANA
Novela Juvenil"Saya mohon...... ampuni saya..." "Dengan melepaskan mu?" "Saya....mohon.." "Ck, sudahlah pak tua. Anda tidak cocok seperti itu, kemana kepercayaan dirimu? Sudah hilangkah dengan berhadapan dengan ku?" "Saya akan lakukan apapun yang anda mau, jika a...