>16<

687 57 0
                                    

Typo? Bilangin

~~~~~~~~~~~

Langkah Alana terhenti saat mau memasuki lift. Mata nya menatap pria yang dengan santai berdiri di sisi lift dan memainkan Handphone. Membuat beberapa orang menatapnya aneh.

Alana dengan bodo amat nya, ia memasuki lift dan tak menghiraukan pria tadi.

Hingga sampai di dalam lift, pria itu dengan santainya juga masuk dan berdiri di samping Alana.

Pintu lift tertutup hingga terbuka lagi di lantai 2 dan tertutup lagi.

Ting

Pintu lift terbuka dan menunjukan di lantai 4. Membuat beberapa orang langsung keluar. Dan beberapa masih ada yang lift untuk menuju kelantai atas.

Alana keluar dengan di ikuti pria itu. Hingga sampai di depan pintu arpertemen Alana. Ia diam tak bergerak, pria di belakang nya juga diam, memperhatikan Alana.

"Kapan masuknya? Capek nih gue." Celetuk pria itu.

Alana memutar tubuhnya hingga berhadapan dengan pria itu. Jarak keduanya lumayan dekat. Alana sedikit mendongak agar bisa melihat nya.

"Pulang sana." Kata Alana datar.

Ekspresi pria itu di buat-buat terkejut. "Lo ngusir?!"

"Iya."

"Lo gak kasian gitu sama gue?"

"Gak."

"Lan, gue nunggu lo udah 2 jam loh."

"Oh."

"Setidaknya kasih gue masuk terus sediakan minum."

"Gak ada."

"Lan."

Alana tak bergeming hingga membuat pria di dapan nya mencubit pipinya gemas.

"Sakit Alva!" Sentak Alana menjauhkan diri dari pria itu.

Vano tersenyum lebar dan dengan cepat mengambil kartu di tangan Alana dan membuka pintu, setelah itu masuk tanpa manunggu Alana.

Alana hanya menatap tajam pria itu dan masuk ke dalan arpertemen nya. Pandangan yang pertama kali di lihat adalah sofa yang di isi pria itu.

"Lan, ambiln gue minum dong." Kata Vano seenak jidatnya.

"Ambil sendiri." Balas Alana dan duduk di sofa single.

"Jadi calon istri yang baik dong, Lan!"

Alana mendelik ke arah Vano yang memasang tampang songong nya. Kadang Alana berfikir, Vano itu benar-benar kembar dengan Varo. Buktinya saja, bobroknya pun sama.

"Yaudah kalo lo gak mau, gue gak maksa." Celetuk Vano dan berjalan ke arah dapur.

Alana menghela nafasnya lelah. Tidak cukupnya dengan didatangkan nya Bina? Dan sekarang ia harus menghadapi Vano?

Bina sih gampang di bikin diamnya. Di kasih lirikan tajam, langsung ciut dia. Tapi Vano? Di kasih gitu gak mempan dia.

Vano kembali dengan dua botol minuman dan beberapa makanan ringan. Dan seenaknya, dia berbicara. "Pasti yang beli si Binasah kan? Soalnya kalo lo gak mungkin."

Alana memutar matanya malas dan membiarkan Vano duduk dengan makanan di depan nya. Dengan tiba-tiba Vano melemparkan kaleng minuman ke arah Alana.

"Kalo ngasih bilang!" Omel Alana dengan kaleng di tangan nya.

Vano tersenyum lebar dan kembali menonton tv.

"Ntar malem gue nginep." Celetuk Vano.

"Ga mampu nyewa arpertemen, lo?" Tanya Alana sinis.

My name is          ALANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang