Chapter 5

3.1K 282 15
                                    

Votmen-nya ditunggu😊
Hapoy reading gaes...

.
.
.
.
.

Sayur kacang dan sebuah cek... Perbandingan yang sangat signifikan. "Itu pilihan yang mudah bukan...?" Tzuyu meringis. Bicara tentang hati babi, membuat Tzuyu teringat bahwa dia tidak mau memakannya lagi. Kalau begitu terus,bisa-bisa dia menerbitkan buku berisi 1000 cara memakan tumis sayur kacang.

"Terlalu repot kalau setiap hari mengantarkan makanan, lain kali tidak usah diantarkan lagi..." Tzuyu mengakhiri kata-katanya dengan sebuah senyum lembut.

Jihyo mengangguk setuju. "Benar juga. Bagaimanapun kuga, kau bekerja di kantor, tidak baik terlalu menonjolkan diri."

Jawaban Jihyo membuat Tzuyu lega. Dia tidak menyangka wanita itu akan menyetujuinya dengan cepat. Mereka kembali bercakap-cakap hingga tiba-tiba anak Jihyo menangis. Tak lama kemudian, pesta pun dimulai. Tzuyu oamit keluar ruangan dan diarahkan oleh pelayan menuju ke ruang pesta.

Dalam pikiran Tzuyu, pesta orang kaya pasti seperti di film-film, orang-orang memegang gelas tinggi-tinggi dan berjalan ke sana ke mari, layaknya standing party ala Barat. Namun pesta kali ini sepertinya berbeda. Ciri pesta ala Timur lebih terasa.

Sebelum menghadiri pesta, Tzuyu telah membekali diri dengan dua rencana besar, mengingat uang bulanannya sudah menipis. Dia harus makan banyak, mengisi energi untuk beberapa hari ke depan.

Rencana pertama, jika pestanya ala Barat, dia akan mengambil makanan di sepanjang meja prasmanan.

Rencana kedua, jika pestanya ala Timur, dia akan memilih meja yang paling sudut, agar bisa mengambil lebih banyak makanan.

Tzuyu memperhatikan sekeliling, mencari meja yang paling sudut dan berharap kalau meja itu tidak dipenuhi oleh undangan lain.

Dan ternyata tebakan Tzuyu tepat. Letak meja itu berada di paling ujung. Banyak tamu yang masuk tali tidak ada yang mau duduk di sana. Tzuyu cukup gembira. Kalau orangnya sedikit, dia bisa makan lebih banyak. Namun, kegembiraan Tzuyu tidak bisa berlangsung lama.

Pesta hampir dimulai, dan semua meja nyaris dipenuhi tamu undangan. Hanya mejanya yang masih tampak kosong.

Tzuyu mulai merasa malu sendiri.

Setebal apa pun muka Tzuyu, dia tidak mungkin duduk sendirian. Dia pun bangkit dan hendak mencari tempat kosong, tapi dia tidak mengenal siapa pun di sana. Bila tiba-tiba duduk di meja orang lain, rasanya tidak etis.

Di saat Tzuyu tengah sibuk mencari kursi kosong di meja lain, para tamu undangan mulai duduk. Rasanya dia semakin malu dan makin bersembunyi, karena dia yang masih berdiri tampak kontras di antara para tamu undangan yang sudah duduk. Ditambah lagi, Taeyong terlihat sedang memandangnya dengan tatapan tajam dan menusuk sembari mengernyit.

Ya ampun, habislah dia. Taeyong pasti mengira dia telah mempermalukan Lee Crop Company. Tzuyu pun membalasnya dengan pandangan, 'Bos, aku tidak sengaja. Maafkan aku.'

Setelah beberapa saat beradu pandang, Taeyong mengalihkan pandangannya lalu memanggil seorang pelayan dan berbisik kepada pelayan tersebut.

Pandangan Tzuyu beradu dengan sang pelayan yang kebetulan juga sedang memandanginya. Tzuyu merasa yang Taeyong bisikan pada pelayan tersebut adalah sesuatu yang berhubungan dengannya. Jantungnya berdegup kencang, mengira dia akan diusir. Namun lebih bagus begitu, karena dia jadi bisa membeli ramen.

Tzuyu sudah merasa sangat lapar.

Ternyata sang pelayan memang berjalan mendekatinya. Orang itu membungkuk sembari merentangkan salah satu tangannya dan berkata, "Nona Chou, Tuan Taeyong mempersilahkan Anda untuk duduk semeja dengannya."

"Apa?! Bukannya mengusir, tapi malah menyuruhku duduk?! Tapi mejanya... di tengah-tengah dan di depan... Itu, itu adalah meja utama!!!"

Tzuyu kembali tertegun.

Tentu saja Tzuyu tidak punya nyali besar untuk menolak undangan atau lebih tepatnya perintah dari Presdir Lee. Akhirnya dia terpaksa mengikuti sang pelayan menuju meja utama, dan duduk di kursi yang telah ditambahkan, tepatnya di samping kursi Taeyong.

Taeyong sedang berbincang dengan salah satu tamu undangan, sepertinya tentang perusahaan cabang yang baru saja di bangun di Busan, jadi pasti tidak akan memedulikan Tzuyu. Tzuyu menunggunya selesai berbicara lalu bertanya dengan hati-hati, "Presdir Lee, apa tidak masalah kalau saya duduk di sini?"

"Memang apa masalahnya?" Taeyong menjawab datar.

"Di sini semuanya orang penting, sedangkan saya... Mmm, hanya seorang karyawan rendah..."

Taeyong tersenyum kecil menatap Tzuyu dengan lekat, kemudian berkata, "Kalau tidak mau duduk di sini, lalu apa artinya pandanganmu tadi?"

"Pandangan apa?"

"Pandanganmu berkata padaku..." Taeyong menjawab dengan santai, "aku ditinggalkan tolonglah aku."

Tzuyu terdiam.

"Presdir Lee kau salah. Pandangan itu artinya adalah agar kai tidak memotong gajiku, bukannya memintamu untuk ..."

Namun Taeyong memandangnya dengan pasti sehingga membuat Tzuyu curiga, jangan-jangan dia yang salah mengirimkan sinyal. Walau hatinya tidak pernah berkata demikian, tapi matanya mungkin berkata sebaliknya.

"Ya ampun! Presdir Lee, matamu benar-benar sanggup membaca apa saja."

🍱🍱🍱

Jangan berharap bisa makan banyak jika duduk di samping Taeyong, tidak gugup saat memegang sumpit saja sudah untung. Sebenarnya hari ini Tzuyu berencana makan dengam sopan namun lahap, tapi sekarang kata 'lahap' iti sepertinya harus di simpan saja. Lalu Tzuyu mulai berpikir kembali, kapan terakhir kalinya dia makan dengan sopan? Selama 4 tahun masa kuliahnya dulu, dia selalu beradu kecepatan dalam menghabiskan makanan dengan temannya, sehingga dia lupa bagaimana cara makan dengan sopan.

Baiklah.
Saat mengambil makan kita harus tersenyum,
Saat beradu pandang dengan orang lain sunggingkan senyuman,
Saat pelayan menyajikan steak, baiklah tersenyum pada steak tersebut...

Eh, sepertinya bukan pada steak tersebut tapi pada pelayan yang mengantarkannya, pokoknya tersenyum sajalah.

Seiring berjalannya wakti, wajah Tzuyu mulai tegang.

🍱🍱🍱

Pesta telah berjalan sampai tengah acar, banyak tamu yang mulai pamit dan beranjak pulang. Tzuyu mengambil kesempatan ini untuk berpamitan dengan Taeyong.

"Kau harus tinggal di sini bersamaku untuk melepas para tamu yang hendak pulang," ujar Taeyong.

Tzuyu ternganga mendengar ucapan bosnya. "Presdir, saya kan juga tamu... Aku datang kemari juga dengan membawa hadiah"

Taeyong menyipitkan mata dan memandang Tzuyu dengan tatapan mengintimidasi, "Kau mau pulang?"

Tzuyu kembali merasakan tekanan dari perkataan Taeyong. "Presdir Lee belum pulang, apakah karyawan boleh pulang?"

"Tentu saja tidak!" Tzuyu menjawab tegas. "Saya akan tinggal di sini untuk melepas kepergian para tamu bersama... Anda..."

Bos & Me Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang