Chapter 37

2.4K 246 12
                                    

Taburan bintangnya author tunggu...
Happy reading🙃

.
.
.
.
.

Terdengar bunyi pintu mobil dibuka, lalu sesosok pria tegap langsung masuk kembali ke dalam mobil dan duduk di samping Tzuyu. Aura pria itu seketika membuyarkan pikiran Tzuyu untuk meminjam uang padanya. Jantung Tzuyu berdetak cepat, sangat cepat, seperti tengah lari maraton.

Tzuyu merasa kepanasan. Dia membuka jendelanya sedikit dan membiarkan udara dingin masuk ke dalam guna menyegarkan otaknya.

Taeyong tidak langsung menyalakan mobilnya. Salah satu tangannya ia letakkan di atas kemudi, pandangan matanya lurus ke depan, lalu berkata, "Tzuyu, kau tidak ingin mengatakan sesuatu padaku?"

"Tentu ingin. Tolong pinjamkan aku uang seribu won! Tidak,tidak lebih banyak akan lebih baik... seribu lima ratus won!" kata Tzuyu dalam hati.

Namun, meminjamkan uang pun harus memakai kalimat pembuka yang Bagus. Tzuyu bersikap sok perhatian dan berkata, "Presdir Lee, apa kau bisa menyetir? Bukankah kau baru pulang dari perjamuan? Pasti kau habis banyak minum. Tidak baik menyetir dalam keadaan mabuk."

Taeyong menatap Tzuyu dengan ujung bibir terangkat seoah ingin tertawa. "Tenang saja, banyak orang yang bersedia meminum bagianku dengan senang hati."

"Oh, begitu..."

Tzuyu terus berpikir. "Seribu lima ratus won, seribu lima ratus won."

"Tadi kau bilang pada kantor polisi bahwa kau adakah salah satu karyawan dari Lee Crop Company?"

"Gawat ternyata sekarang aku mulai diceramahi!" kata Tzuyu dalam hati.

"I, iya."

Taeyong mendengus, "Di saat seperti itu, kau malau tidak melupakanku dan mengingatku."

Tzuyu bergegas mengambil kesempatan menjelaskan loyalitasnya, "A, aku selalu ingat kalau aku ini salah satu karyawan perusahaan..."

"Oya? Lalu, kenapa beberapa hari ini batang hidungmu tidak tampak sama sekali?"

"Apa? Presdir Lee, bukannya ini yang dinamakan maling teriak maling? Beberapa hari ini bukannya kau yang menghilang. Ini semua tak ada hubungannya denganku!" kata Tzuyu dalam hati.

"Beberapa hari ini aku bekerja dengan rajin. Mmm, jadi, bisakah kau berbaik hati meminjamkan uang lembur padaku? Nanti sehabis liburan akan aku bayar." Akhirnya Tzuyu mengucapkan maksud hatinya.

"Dompet dan ponselmu hilang?" tanya Taeyong.

Tzuyu bergegas mengangguk.

"Mau pinjam uang padaku?"

Tzuyu kembali mengangguk dengan cepat.

"Tzuyu, uangku sangat susah untuk dipinjamkan!" seru Taeyong setengah mengancam. "Pikirkan baik-baik tentang apa yang seharusnya kau katakan padaku. "

Awalnya Tzuyu sedikit bingung. Kata 'pikirkan baik-baik' akhirnya membuatnya sepenuhnya sadar, dan kembali menggali memorinya.

Malam itu, sebelum Taeyong pergi, pria itu juga ingin dia memikirkan baik-baik. 'Kenapa setiap hari datang ke ruanganku? Apa itu karena perintahku? Kenapa setiap hari kau makan siang bersamaku? Apa itu juga karena perintahku? Pikirkan baik-baik Tzuyu.'

"A-apa itu yang dimaksud Presdir Lee?" pikir Tzuyu.

Tentu saja Tzuyu pernah memikirkan jawabannya, dan dia benar-benar merasa semua itu memang atas perintah Taeyong. Paling tidak, begitulah awalnya. Namun, jawaban itu tentu saja tidak akan bisa membuatnya berhasil mendapatkan uang pinjaman.

"Ya ampun, kenapa aku bodoh sekali? Harusnya dari jauh-jauh hari aku sudah memikirkan jawabannya. Tapi, ini juga bukan salahku. Siapa yang akan menyangka kalau pinjam uang pun harus main tebak-tebakan dulu." kata Tzuyu dalam hati.

Mobil pun mulai melaju dengan perlahan.

"Itu... aku... aku sudah mengingatnya..." Di depan mereka tampak sebuah motel murahan, dan mobil sepertinya sedang berbelok ke arah sana. Ini membuat Tzuyu semakin gugup.

"Kenapa setiap hari aku ke ruanganmu, kenapa setiap hari aku makan bersamamu, itu semua bukan karena perintahmu! Tapi karena,karena..."

Tzuyu mengulur waktu untuk mencari jawaban yang paling tepat. Akhirnya, di tengah kekalitannya munculah jawaban cemerlang.

"Itu semua karena aku tertarik denganmu."

Tzuyu merasa saat jawaban itu meluncur dengan mulus dari mulutnya, dunia langsung menjadi sunyi. Mobil sport terbaik di dunia itu pun serasa melayang, walaupun saat itu kecepatannya normal.

Tzuyu tidak berani menatap wajah Taeyong karena dia sendiri juga terkejut dengan jawabannya. Mungkin tadi dia terlalu gugup. Namun, kenapa jawaban itu yang keluar dari mulutnya?

Tapi, mungkin saja itu memang fakta.

🍱🍱🍱

Taeyong yang selama ini santai seketika itu juga menegang. Tak lama kemudian, dia mengatakan hal yang maksudnya sulit untuk ditebak. "Bagus sekali. Kalau sudah tertarik, lalu apa yang akan terjadi selanjutnya?"

Tzuyu berpikir sejenak, barulah dia sadar kalimat 'apa yang akan terjadi selanjutnya' maksudnya adalah mengapa Tzuyu menolaknya. "Ya ampun Presdir Lee, bicaranya tidak bisa langsung to the poin saja ya? Tapi benar juga. Kalau sudah tertarik, kenapa malah ku tolak."

Ternyata, begitulah akibatnya kalau sudah berbohong. Sekali berbohong, akan ada kelanjutannya.

Tzuyu pun merasa bingung. Tidak mungkin dia bisa mengatakan kalau hari itu dia mabuk jadi jawaban itu untuk menyenangkan diringa sendiri.

"Sebenarnya ini adalah jawaban jujur, tapi kalau dikatakan sejujurnya... bukankah aku akan dibuang ke semak-semak itu?" kata Tzuyu dalam hati.

Tzuyu hampir saja menangis. "Masa mau pinjam seribu lima ratus won saja susah sekali..."

Sebenarnya, apakah jawaban yang masuk akal dan dapat menyenangkan hati? Tzuyu berusaha berpikir lebih keras lagi, lalu tebersit sebuah ide. "Presdir Lee, sebenarnya aku... aku sedang memberikan sedikit kelonggaran untuk kita, untuk ku genggam lebih erat di kemudian hari."

Bos & Me Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang