Chapter 44

2.1K 234 11
                                    

Budayakan tekan bintang setelah membaca🌟
Komennya author tunggu:)

.
.
.
.
.

"Baguslah kalau begitu. Aku juga akan menyewa rumah baru. Eunha ikut tinggal bersamaku saja," tawar Tzuyu polos.

Ibu Tzuyu langsung menyentak kepalanya dengan sumpit. "Anak bodoh, kau kira kakakmu akan tinggal bersamamu?"

Bibi pertama kembali berkata dengan nada bangga. "Eunha akan berangkat bersama Lee Donghyuk ke Seoul, mereka berdua akan tinggal bersama. Donghyuk punya rumah di Seoul, rumahnya cukup luas lho."

Eunha hanya tersenyum tanpa mengeluarkan suara.

Tzuyu menatap Eunha dengan iba. Kakak sepupunya sangat cantik dan pintar, sejak kecil dia selalu saja dibanggakan oleh ibunya. Namun, pribadi kakaknya itu agak pendiam, sehingga kadang dia tidak berdaya atas kelakuan ibunya. Dan tentu saja, dia tidak bisa protes karena dia adalah anak adopsi. Dia diadopsi dari keluarga ibunya yang tidak mampu.

Bila orang lain mengadopsi anak, mereka akan takut kelak anaknya tahu bahwa mereka bukanlah orang tua kandungnya sehingga akan selalu mereka rahasiakan. Namun Bibi pertama berbeda. Dia khawatir kalau anak perempuannya tidak akan berbakti kepadanya, jadi sejak kecil Eunha sudah sering diberi penekanan oleh Bibi pertama, bahwa jika bukan karena dirinya maka Eunha pasti akan lebih menderita. Eunha adalah anak yang oatub ditambah dengan orang tua angkat yang bersifat seperti itu, dia pun menjadi semakin pendiam.

Anak Paman kedua, Lucas yang masih SMA duduk di samping Tzuyu, lalu berbisik, "Kakak, apa kau tahu siapa pacar Kak Eunha?"

"Siapa?"

"Dia anak dari bosnya. Itu lho, tempat kerja yang semula Kak Tzuyu ingin bekerja disana. Kalau saja Kakak jadi bekerja di sana jangan-jangan Kakak yang akan menjadi pacarnya?"

Setelah tamat kuliah, sebenarnya Tzuyu sudah mendapat pekerjaan di kampung halamannya, di sebuah perusahaan kecil yang lumayan terkenal di kotanya. Namun, ternyata hal ini diketahui oleh Bibi pertama. Dia lalu berpendapat bahwa Kakek pilih kasih, karena penanggung jawab dari perusahaan itu adalah anak dari teman Kakek. Bibi pertama mengeluh bahwa Kakael selalu membantu mencarikan pekerjaan hanya untuk Tzuyu, dan tidak menganggap Eunha sebagai cucunya. Hal ini membuat semua orang tidak nyaman. Sebenarnya, Tzuyu juga ingin memberikan pekerjaan itu pada Eunha, tapi karena ini adalah pekerjaan pertamanya ibu Tzuyu menentang habis-habisan. Lalu secara kebetulan, Tzuyu bisa bekerja di Seoul jadi pekerjaan itu dialihkan kepada Eunha. Setelah itu barulah drama perebutan pekerjaan di keluarganya selesai.

"Apa sih yang ada di pikiranmu?" seru Tzuyu pada Lucas.

Lucas hanya terkekeh. "Begitulah kata ibuku di rumah. Kak Eunha sebenarnya orang baik, tapi Bibi pertama orangnya sangat menyebalkan, dia tidak ada henti-hentinya bicara sampai telinga ini menjadi panas."

"Makanlah ini untuk menginginkan telingamu." Tzuyu mengambil paha ayam untuk Lucas. Pemuda itu kembali tertawa lalu memandangi bingkisan yang dibawa Tzuyu sembari berkata, "Kak, apa isi bingkisan itu? Apa ada hadiah untukku?"

"Ah iya. Itu hadiah untuk kalian semua."

Tzuyu kembali teringat dengan bingkisan Taeyong dan kehilangan selera makannya.  Lalu dia mengambil gunting untuk membuka bingkisan itu karena dia sendiri sebenarnya penasaran dengan isinya.

Saat Tzuyu membuka bingkisan itu, dia ternganga. "Apa ini? Sekantung lobak?! Ya Tuhan!" batin Tzuyu berteriak.

Seisi rumah terperanjat dan membisu.

Bibi pertama tersenyum mengejek, "Ya ampun Tzuyu, seberapa enak lobak ini sehingga kau harus membawanya dari jauh?"

Semuanya tertawa terpingkal-pingkal. Tzuyu termangu dia hanya mampu berkata, "Lobak jenis ini berbeda, rasanya sangat manis. Makannya aku bawakan untuk kalian..." Tzuyu mengernyitkan keningnya bingung lalu membatin, "Apaan sih?! Apa karena aku yang memetik semuanya jadi aku juga yang harus membawanya pulang? Atau ini semua mempunya makna? Ya, ampun.... Aku yakin seratus persen, Presdir Lee pasti sengaja!"

Namun, di bawah lobak ternyata masih ada hadiah yang lain, yang mungkin normal untuk keluarga Presdir Lee tapi tidak untuk keluarga Tzuyu. Dia tidak sanggup membayangkan berapa harga hadiah untuk para orang tua, tapi mengetahui haraga hadiah untuk anak-anak dia terkejut. IPad keluaran terbaru.

Wajah Bibi pertama menjadi murung. Ibu Tzuyu memang tersenyum, tapi dia tahu berapa gaji anak perempuannya. Hadiah sebanyak itu pasti akan menghabiskan banyak uang. Kakek dan Nenek tidak tahu apa-apa jadi mereka hanya tersenyum dan Lucas berlarian kesana kemari memegang IPad barunya.

"Kak Tzuyu, kau habis meranpok bank ya?" gurau Lucas sambil membuka kotak IPadnya.

Tzuyu tersenyum kaku. "Itu... itu IPad murahan, harganya tidak mahal kok. Harganya cuma 700 won. Lagi pula, tahun ini perusahaan untung besar ja-jadi... bonusku lumayan banyak, cukup untuk membelikan kalian hadiah."

Tzuyu benar-benar bingung. Dia tidak merasa maslah jika Taeyong menghadiahkannya sekantung lobak serta meminjamkannya ponsel agar bisa dia gunakan saat sedang genting. Namun, hadiah untuk keluarganya itu sudah terlalu mahal.

"Tzuyu kau mendapat banyak uang rupanya," ujar Nenek. "Tapi lain kali, jangan beli lagi. Harga produk kesehatan ini sangat mahal, jangan menghabiskan semua uangmu hanya untuk kami."

"Produk kesehatan ini," Tzuyu berpikir keras untuk mencari alasan, "Buatan kenalan dari rekan kerjaku, jadi harganya tidak mahal." Sambil berkata Tzuyu membatin "Mengumpamakan Presdir Lee sebagai rekan kerja sepertinya menarik juga."

Bibi pertama langsung menimpali, "Rupanya buatan sendiri. Ini untuk dimakan lho, jangan sembarang membeli barang murahan, kau harus memperhatikan kualitasnya."

Tzuyu sudah terbiasa dengan gaya bicara Bibi pertama. "Bibi pertama jangan khawatir, produk kesehatan ini sudah terjamin kualitasnya karena temanku sendiri juga mengonsumsinya. Lagi pula, produk yang dijual di supermarket pastilah mahal, padahal sebenarnya modalnya cukup murah."

"Aishh, orang yang pernah tinggal di kota besar memang berbeda," ujar Bibi pertama. "Eunha dan Donghyuk tahunya hanya membeli barang dari supermarket. Produknya memang sangat mahal tapi dijamin pasti aman."

Semua anggota keluarga sudah terbiasa dengan sifat Bibi pertama jadi perkataannya malam ini tidak membuat suasana makan malam menjadi tidak enak. Setelah makan malam selesai, para ibu membersihkan meja makan serta menyediakan papan catur untuk para ayah sementara anak hadis berada di dapur untuk mencuci piring.

"Tzuyu, ucapan ibuku tolong jangan dimasukkan ke hati ya," ujar Eunha pelan ketika mereka berdua berada di dapur.

"Aku tidak marah kok," jawab Tzuyu.

"Kak, kenapa kau mau pergi ke Seoul?" tanya Tzuyu.

"Donghyuk bilang dia ingin mencoba mengadu nasib di sana, dia tidak ingin bergantung kepada kedua orangtuanya," ujar Eunha pelan.

"Oh begitu. Kak, bagaimana dengan pacarmu? Apakah kau menyukainya?" Tzuyu bertanya demikian karena sepertinya tidak terbersit rasa bahagia di wajah Kakaknya layaknya orang yang sedang kasmaran.

Eunha menunduk sambil memotong buah, "Tidak ada kata suka atau tidak, yang penting Ibu bahagia."

Bos & Me Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang