Chapter 42

2.4K 246 9
                                    

Budayakan menekan bintang setelah membaca 🌟

.
.
.
.
.

Pada akhirnya, Tzuyu tidak jadi memancing. Dia terus menggali dan memetik lobak, menghasilkan dua keranjang penuh lobak.

Chaeyeoung mendapatkan beberapa ikan, tapi ekspresi senang di wajahnya ketara sekali kalau itu dipaksakan. Sepanjang perjalanan, Chaeyeoung tampak seperti biasa, hanya terkadang dia terlihat sedang melamun. Sementara Tzuyu, bukan hanya melamun... dia bagaikan manusia yang kehilangan jiwanya.

Yang ada di dalam otaknya hanyalah lobak, lobak dan lobak.

Tak lama kemudian mereka pun sampai di rumah keluarga Lee. Sampai di sana rumah telah di dekorasi sesuai dengan ala Natal. Pohon Natal pun telah selesai dihias.

"Jihyo, apa dirumah kalian tidak ada tradisi menghias pohon Natal bersama?" tanya Tzuyu.

"Hmm, sebenarnya dulu waktu ayah dan ibu masih hidup kami selalu menghias pohon Natal bersama. Tapi, semenjak mereka sudah tidak ada, kami tidak lagi melakukannya. Kakak menyerahkan tugas untuk mendekorasi rumah sekaligus menghias pohon Natal pada Paman Kwon. Kami hanya tinggal terima beresnya saja," kata Jihyo menjelaskan.

Tzuyu yang mendengar jawaban Jihyo hanya mengangguk, lalu memasuki kamar untuk bersiap menghadiri makan malam.

🍱🍱🍱

Makan malam berlangsung dengan canggung. Tzuyu meraskan bahwa semua masakan yang dimakannya, adalah rasa lobak.

Namun, itu semua bukanlah kesalahannya. Setiap wanita yang kehilangan ciuman pertamanya di kebun lobak, tidak akan mungkin bisa kembali normal dalam waktu singkat.

Kesadaran Tzuyu akhirnya kembali saat Jihyo mengatakan kalau dia akan pulang. "Kau tidak menginap di sini?" Tzuyu menarik tangan Jihyo.

"Kalau dulu sih aku akan menginap, tapi sekarang kan ada kau yang menemani kakak," batin Jihyo.

"Besok pagi jam 7, kami harus pulang ke rumah orangtua Jungwoo, dan aku belum melakukan persiapan," jawab Jihyo.

"Lalu... lalu..." Tzuyu tidak tahu harus berkata apa lagi, bahkan dia sempat berpikir untuk segera angkat kaki juga dari rumah ini dan tidur di bandara saja.

"Selamat malam!" Jihyo mengedip.

"Apanya yang selamat malam??" Tzuyu bahkan sudah gemetaran.

Saat pelayan telah selesai membersihkan meja. Rumah yang besar pun kembali sunyi, hanya tinggal mereka berdua yang tersisa di meja makan. Dalam hati Tzuyu, terbersit perasaan sedih.

Hari ini adalah malam Natal, tapi tidak ada sanak saudara bersama mereka. Mungkin Taeyong juga merasa kesepian, sama sepertinya.

Memiliki pikaran seperti itu membuat rasa gugup Tzuyu sedikit berkurang. Dia berkata, "Apa yang akan kita lakukan?"

"Apa yang ingin kau lakukan?" Taeyong balik bertanya.

"Non-nonton TV," sahut Tzuyu.

Taeyong membisu mendengar jawaban itu. Mereka pun menuju ruang tamu dan menonton TV.

Bos & Me Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang