Chapter 6

3.1K 272 14
                                    

Part ini lebih panjang dari part sebelumnya! Happy reading gaes☺

.
.
.
.
.

Tzuyu berdiri di samping Taeyong untuk melepas kepergian para tamu.

Taeyong yang lahir dalam keluarga berada, sejak kecil telah terbiasa dengan acara seperti ini. Ditambahkan lagi perawakannya yang tinggi dan wajahnya yang tampan, menbuat setiap gerak pada tubuhnya dapat dinikmati layaknya sebuah karya seni yang bernilai tinggi. Tzuyu yang berdiri di samping Taeyong merasakan karisma yang terpancar darinya, membuat jantung gadis itu lari maraton. Namun, dengan cepat Tzuyu menetralkannya.

"Presdir Lee itu orang yang sangat mengerikan. Kalau kau berani berpikir yang tidak-tidak tentangnya, maka kau hanya akan cari mati saja."

Tzuyu yang baru pertama kali berada di situasi seperti ini, tidak tahu harus berkata apa. Hanya basa-basi yang bisa keluar dari mulutnya, serta senyuman hambar sembari berucap dalam hati, "Oh, ternyata dia ini walikota? Kerja sama dengan pembisnis heh? Ah, pak tua ini penjual tanah ya? Harganya tidak sesuai dengan harga pasaran, dasar pembisnis kotor!"

Tzuyu sebenarnya tidak mengerti tujuan Taeyong menyuruhnya berdiri di situ. Sepertinya pria itu sendiri pun sanggup untuk melepas para tamu.

Saat Taeyong sedang berbicara dengan salah satu tamu, Tzuyu diam-diam memperhatikan ponselnya. Sudah pukul 10.30 malam dan Tzuyu merasa sedikit kesal. Orang di belakangnya bertanya, "Apa yang kau lihat?"

"Melihat jam. Naik taksi setelah jam 10 kan bakal lebih mahal," jawab Tzuyu dengan lancar. Seketika, dia teringat pemilik suara itu, lalu perlahan-lahan memutar badan menghadapnya, "Eh, Presdir Lee..."

Tzuyu benar-benar ingin menenggelamkan dirinya kedalam kolam, wajahnya memerah saking malunya. Mengapa Presdir Lee selalu muncul di saat yang tidak tepat.

Taeyong memandang Tzuyu. "Akan kusuruh orang mengantarmu pulang kalau sudah selesai."

Tzuyu menghembuskan napasnya lega, dia merasa sangat bersyukur. "Terima kasih, Presdir Lee!"

Benar-benar keajaiban, setidaknya dia bisa menghemat ongkos taksi. Akhirnya Tzuyu kembali bersemangat. Saat tamu hampir habis, Taeyong pun berpamitan kepada Jihyo dan Jungwoo lalu berkata pada Tzuyu, "Ayo, kita pergi!"

Pria itu lalu berjalan ke luar.

Dengan setengah berlari, Tzuyu mengimbangi langkah Taeyong dan berpikir bahwa mungkin sopir telah menunggu di luar. Namun, ternyata di luar hanya ada sebuah mobil, serta pelayan yang sedari tadi menunggu untuk membukakan pintu mobil. "Silahkan Tuan Lee."

Lalu Tzuyu melihat Taeyong mengintari mobil dan duduk di bangku pengemudi.

Tzuyu masih termenung sambil melihat ke arah mobil tersebut.

"Di mana sopirnya? Bukankah Presdir Lee mengatakan akan ada 'orang yang mengantarnya pulang'...? Orang itu... apa dia sendiri?"

Tzuyu yang masih di luar berkata, "Presdir Lee, tadi Anda bilang akan ada orang yang mengantar saya. Di mana orangnya?"

Taeyong menjawab dengan tidak sabar, "Apa aku bukan orang?"

Ingin rasanya Tzuyu mengangguk, "Presdir, Anda memang bukan manusia. Kalaupun Anda manusia, Anda pasti adalah kanibal!"

Melihat Tzuyu yang masih mematung di luar, Taeyong semakin kehilangan kesabaran. "Ayo, masuk."

Tzuyu tidak berani melawan. Dengan gerakan cepat dia segera memasuki mobil. Mobil itu bukanlah BMW yang tadi. Yang ini adalah mobil sport putih, Tzuyu tidak tahu mereknya. Wanita itu hanya bisa mendesah melihat orang kaya yang punya banyak mobil.

Bos & Me Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang