Chapter 50

2.1K 209 13
                                    

Happy reading gaes...
Votmen-nya author tunggu😊

.
.
.
.
.

Dan seperti kata pepatah, 'seorang ibu selalu tahu pemikiran anaknya', di dunia ini orang yang paling mengerti watak dan sifat anak adalah orang tuanya sendiri. Hari kedua di Seoul, Bibi pertama sudah mengetahui rahasia Eunha.

Bibi pertama langsung emosi dan memarahi Eunha tanpa ampun di jalan. Semua kata yang tidak enak di dengar pun terlontarkan 'percuma saja aku mengadopsimu, menghabiskan uangku untuk membesarkanmu', 'sekeras apa pun kau mencoba kau memang sudah ditakdirkan menjadi orang susah', dan sebagainya. Bahkan, Ayah Eunha yang bermaksud melerai pun dimarahi habis-habisan. Ibu Eunha mengatakan bahwa suaminya tidak berguna dan tidak bisa membahagiakannya, untuk itu dia mengekang Eunha agar menjadi orang sukses dan dapat membuatnya bahagia.

Orang yang menonton keributan itu semakin lama semakin banyak. Kedua orang tua Tzuyu buru-buru melerai mereka, tapi mereka tidak bisa meredakan emosi Bibi pertama yang meledak-ledak. Akhirnya, Kakek Chou pun tidak tahan lagi dan berteriak, "Selesaikan masalah kalian di rumah saja, jangan membuatku malu di sini!"

Namun, Bibi pertama tidak menghiraukan Kakek Chou. Merasa tersinggung dan berusaha menahan emosi, wajah Kakek Chou memerah. Seketika air mukanya berubah dan jatuh terjerembab ke tanah.

Keluarga besar Chou syok melihat kehadia tersebut dan langsung melarikan Kakek Chou ke rumah sakit untuk memberikan pertolongan pertama, tapi yang mereka dapatkan malah penolakan untuk berobat.

Dokter jaga UGD menggeleng lemah, "Coba kita infus saja dulu."

Karena rumah sakit tidak menerima si pasien, dokter yang menangani pun tidak bisa berbuat banyak. Dokter itu hanya bisa menenangkan anggota keluarga yang tengah cemas dengan kalimat, "Dirawat di sini juga sama saja. Pasiennya hanya akan diinfus dulu, besok baru dilihat kembali keadaannya."

Akhirnya, Kakek Chou siuman tapi dia masih belum bisa mengenali orang. Saat dalam perjalanan ke rumah sakit, para anggota keluarga mendapati sekujur tubuh Kakek Chou panas tinggi dan melihat benjolan berwarna merah di belakang telinga. Keadaan ini sepertinya bukan karena emosi yang ditahannya tadi. Mungkin Kakek Chou sudah lama sakit, tapi dia tidak mau memberitahukannya pada mereka dan memilih diam. Hari ini, karena perbuatan Bibi pertama yang sudah keterlaluan, penyakit Kakek Chou pun bertambah parah hingga dia pun jatuh pingsan.

Atas saran dokter UGD, akhirnya untuk sementara Kakek Chou diinfus dulu. Hari telah menjelang sore, Kakek Chou baru selesai menjalani pemeriksaan di bagian UGD.

"Tubuh renta Kakek tidak sanggup lagi untuk berjalan, apalagi untuk pindah ke rumah sakit lain dan kembali menjalani pemeriksaan dari awal. Lagi pula semua rumah sakit juga memiliki prosedur yang sama, dan juga apakah rumah sakit lain lebih baik dari rumah sakit ini?" pikir Tzuyu.

Tzuyu tahu berobat di rumah sakit besar memang sangat sulit, karena selain biayanya yang mahal antrean kamar yang di dapat juga semakin panjang. Tapi ternyata, saat dia sendiri yang tengah mengalaminya, kesulitan itu bertambah dua kali lipat dari yang bisa dibayangkan.

Dokter UGD yang sedang bertugas sangat perhatian, dia selalu tepat waktu untuk mengecek keadaan Kakek. Bahkan sebelum pulang dia menyempatkan waktu untuk berkunjung dan berpesan hal-hal penting yang harus diperhatikan oleh anggota keluarga. Malam hari setelah infus habis, Kakek tidur dengan pulas, keluarga Chou pun bisa bernapas lega untuk sementara waktu.

Bos & Me Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang