Chapter 19

2.3K 228 5
                                    

Happy reading gaes...
Votmen-nya author tunggu loh😊

.
.
.
.
.

Sepulang dari kantor, perasaan Tzuyu masih tidak menentu. Dia pun menelepon salah satu teman kuliahnya.

"Hari ini aku sedih."

"Ada apa?"

"Ah..." Tzuyu menghela napas panjang. Ada banyak hal yang ingin dikatakannya, tapi dia tidak tahu harus memulai dari mana. "Hmm, biar kuberi contoh."

"Baiklah."

"Dahulu kala ada seekor kelinci yang ditangkap lalu dikurung, dan diberi makan oleh seekor harimau. Harimau mengatakan, tujuannya memelihara si kelinci karena kelak si kelinci akan menjadi santapannya. Meskipun kelinci tidak rela dan sangat ketakutan, tapi karena tidak bisa melawan, akhirnya si kelinci pun hanya bisa pasrah. Akhirnya, setelah sekian lama saat si kelinci mulai berisi. Harimau malah melepaskannya dan pergi menangkap kelinci yang lain untuk dimangsa, dan kelinci itu bersedih. Menurutmu, apa yang harus dilakukan oleh si kelinci?"

"Kalau begitu, jadi kelinci liar yang bebas saja," kata temannya.

Tzuyu mendengus. "Kau tidak mengerti ya? Seharusnya si kelinci gembira karena dilepaskan begitu saja, tapi kenapa si kelinci malah sedih?"

"Ah, aku tahu! Pasti si kelinci jatuh cinta pada harimau itu. Cinta lintas golongan. Ya ampun, sangat romnatis!"

"Jennie Kim... Kau memang bodoh!" teriak Tzuyu lalu menutup teleponnya.

Malam itu, Tzuyu tidak bisa tidur. Kata 'cinta lintas golongan' dari Jennie membuatnya gelisah. Keesokan harinya, Tzuyu berangkat ke kantor dengan 'mata panda' dan keadaan yang tidak karuan, sehingga mengundang rasa simpatik para rekan kerjanya.

Saat jam makan siang, Tzuyu tidak pergi ke ruangan Presdir Lee, malah menelungkup di mejanya.

"Mulai hari ini, tidak akan ada lagi jatah makan siang! Chou Tzuyu, akhirnya kau bebas! Seharusnya kau senang! Kau harus terlihat senang!"

Akhirnya, Tzuyu menguatkan diri. Dia berencana makan siang di kantin kantor. Bersama dengan itu, telepon di mejanya berdering. Tzuyu segera mengangkatnya dan berkata, "Chou Tzuyu, beraninya kau mogok kerja sekarang!"

🍱🍱🍱

"Hah! Presdir Lee masih tidak mau membebaskanku?"

Dalam ruangan Presdir Lee, Tzuyu memilah sayur sambil mengumpat dalam hati, sekaligus mencemooh dirinya yang tadi masih bersedih karena mengira tidak akan bisa datang keruangan ini lagi.

Sepertinya perasaan Taeyong hari ini sedang sangat buruk. Suasana makan siang terasa sangat kaku.

Tzuyu pun berbicara dengan hati-hati, "Presdir Lee, apakah Nona jihyo baik-baik saja?"

Taeyong memandanginya, "Kau sudah tahu?"

Taeyong merasa tidak senang karena ternyata para karyawan memang tidak bisa menjaga mulut. Kejadiannya baru semalam, tapi bahkan Tzuyu pun telah mengetahuinya. Walaupun kecelakaan yang menimpa Jihyo bukanlah suatu hal yang memalukan, tapi Taeyong paling tidak suka menjadi bahan gosip para karyawan.

"Dia baik-baik saja," Taeyong menjawab singkat.

"Baguslah kalau begitu." Tzuyu akhirnya tenang lalu dia bertanya lagi, "Presdir Lee, apa rencana Anda dan Nona Jihyo untuk berterima kasih pada Nona Myoui?"

"Untuk apa kau menanyakannta?" Mata Taeyong tampak berkilat.

"Eh... Itu..."

Benar juga, untuk apa Tzuyu bertanya soal itu? Apakah dia ingin tahu kelak dia akan mendapat teman tukang pilah sayur?

Taeyong cukup senang dengan ekspresi Tzuyu yang sedang bingung, lalu menjawab dengan singkat, "Cek."

"Cek?!"

"Lalu, kenapa dulu Anda tidak memberiku sebuah cek?" Tzuyu balik bertanya.

Taeyong tiba-tiba emosi. "Choi Tzuyu, kau ini bodoh ya? Apa kau tidak tahu pepatah 'melonggarkan tali pancing untuk mendapat ikan besar' ?!"

"Apakah cek lebih berharga dari diriku?" batin Taeyong.

Tzuyu memandang Taeyong dengan ekspresi bingung, tidak tahu harus berkata apa. Sepertinya dia mengerti, tapi sepertinya juga tidak mengerti, apa maksud perkataan Taeyong?

Lalu ekspresi bingungnya berubah menjadi ekspresi kesakitan.

Walaupun Taeyong sedang emosi, tapi dia masih memperhatikan wanita itu. "Kau kenapa?"

Tzuyu berkata dengan terbata-bata, "Aku... Ada... tulang ikan... tersangkut..."

Bos & Me Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang