Choi family : Road to new home

28.1K 2.7K 217
                                    

"Naik-naik.. Kepuncak gunung, Tinggi.. Tinggi sekali.."
Seorang anak berpipi gembul asyik bernyanyi di kursi mobil barisan tengah.

"Naik-naik.. Kepuncak gunung, tinggi.. Tinggi sekali.."
Timpal anak lain yang duduk disebelahnya.

"Kiri.. Kanan, kulihat saja banyak pohon cemaraaaaa!"
Pria dewasa yang tengah menyetir ikut menimpal.

Anak berbadan kurus sebelahnya terlihat hanya mengamati dengan wajah.. Resah. Tunggu, kenapa dia terlihat resah? Dan sepertinya tak ada yang menyadarinya.

Oke, lupakan dulu soal anak berwajah polos yang terlihat resah ini.

Berbeda dengan barisan depan yang ramai dengan nyanyian, dua anak di kursi paling belakang tak ikut bersuara sedikit pun.

Satu sedang membaca buku dengan earphone menancap manis di kedua telinganya, sedang satunya lagi tengah sibuk mengutak-atik tasnya mencari sesuatu.

"Uugh.. Berisik! Papa kau lihat Headphoneku?"
Ucap anak bertubuh mungil itu.

"Hm? Tidak lihat. Bukankah papa bilang untuk cek lagi barang bawaanmu?"
Jawab pria di kursi pengemudi yang dipanggil papa.

"Tapi kukira kau menyimpannya di tasku.."

"Itu barangmu, kau yang seharusnya menyimpannya"

"Tapi-"

"Papa benar, Jihoon"
Ucap anak paling tua yang berwajah manis.

Jihoon hanya diam melipat tangannya, wajahnya ia palingkan pada kaca jendela.

"Hey Hey! Aku akan menyanyikan lagu lainnya!"
Ucap bocah pipi chubby yang sedari tadi tak henti bernyanyi.

"Ya, teruskan penyanyi hebat Papa!"
jawab papa nya menyemangati.

"Kenapa tidak nyanyikan lagu Sunday Morning, Kwannie?"

"Kenapa tidak menyalakan radio dan memutar lagu yang lebih enak didengar?"
Timpal si anak yang kehilangan Headphone tadi.

"Maksud hyung, suaraku tak enak di dengar?"

"Ya, suaramu terlalu berisik!"

"Hey.. Hey, kalian sudahlah.."

"Apaa!? Jihoon hyung jahat!"

Keributan di kursi belakang sedikit mengganggu konsentrasi mengendarai Seungcheol, si Papa tunggal dari kelima anaknya.

"Jisoo apa yang terjadi dibelakang?"
Tanya nya sambil mengamati dari spion dalam.

Jisoo tak menjawab, ia sibuk melerai kedua adiknya yang tak mau kalah dalam adu mulut.

"Memangnya Jihoon hyung bisa menyanyi sepertiku?"

Yang lebih tua dua tahun namun badannya agak lebih kecil menengadahkan rahangnya tertantang.

"Kau meremehkan kemampuan vokalku?"
Ucapnya.

"Hei.. Sudahlah, kalian malah membuat suasana makin berisik"
Percuma, ucapan Jisoo yang terlalu lembut tak menpan untuk melerai adu mulut kedua adiknya.

Sementara di kursi depan.

"Um.. Papa?"
Cicit si anak berdarah China.

"Ya, Hao?--

--Hei kalian berhenti bertengkar!"

"Tapi papa, dia yang mulai!"

"Seungkwan yang tak mau kalah!"

Timpal dua anak itu, tak menanggapi perkataan Seungcheol dengan baik. Seungcheol hanya menggeleng dan balik pada anak ke empatnya.

"Apa yang ingin kau ucapkan tadi?"

"Apa.. Rumah barunya masih jauh?"
Cicitnya lagi, sesekali menggigit bibirnya, keningnya terlihat berkeringat.

"Hm? Masih beberapa kilo meter lagi, ada apa?"
Seungcheol hanya melirik sekilas anaknya, dan lanjut fokus pada jalanan karna jalan didepannya banyak lika-liku.

"Hao ingin.. Hng..."

"Ya.. Ingin apa?"
Jalan kembali lurus, Seungcheol menengok pada anaknya dan mendapatinya tengah menahan sesuatu di balik celananya dengan dua tangan.
"O.oh! Tunggu sebentar ya, papa carikan kamar kecil"
Lanjutnya, mempercepat laju mobilnya sambil menengok kanan kiri panik.

"Tapi.. Hao sudah tidak tahan.. "
Ringis anak yang bernama lengkap Choi Minghao. Wajahnya memerah menahan malu, ia menatap Papa nya begitu memelas bahkan hampir menangis.

'Ckiitt..'

Semua penumpang terhuyung kedepan karna mobil berhenti mendadak.

"A.apa yang terjadi!?"
Ucap Wonwoo, anak yang sedari tadi diam membaca buku.

"Papa, kenapa direm tiba-tiba?"
Timpal Jisoo.

Sementara dua anak yang tadi bertengkar pun diam berkat rem dadakan yang dilakukan Seungcheol.

Tak pedulikan keterkejutan empat anaknya karna ulahnya, Seungcheol berlari menuju pintu di sisi lain mobilnya, membuka pintu dan menuntun Minghao keluar.

"Ayo, kau bisa buang air di semak sebelah sana"
Ucap Seungcheol dengan raut khawatir.

"Ta.tapi.. Hao tidak bisa, jika Hao berjalan air akan keluar.."
Minghao mulai menitikan air matanya, nampaknya ia benar-benar sudah diujung.

Minghao memang cengeng untuk ukuran anak seusianya, tapi tak apa, wajah mengemaskannya menopang sifatnya :D

Dengan cepat Seungcheol menggendong tubuh kecil Minghao.
"Sudah-sudah, jangan menangis, ada papa disini!"
Ucapnya sambil berlari ke semak terdekat.

"Aah.. Kukira apa.."
Jisoo kembali menyenderkan punggungnya lega.

"Apa? Ada apa dengan Hao hyung?"
Seungkwan masih bingung dengan keadaan barusan.

"Minghao ingin buang air kecil"
Jawab Jihoon. Dan Seungkwan hanya membulatkan bibirnya mengerti.

"Tapi kenapa papa sepanik itu?"
Tanya Jisoo sambil memperhatikan papanya yang tengah memunggungi Minghao sebagai penghalang kalau-kalau ada orang lewat.

"Sebenarnya Minghao sudah menahannya dari tadi pagi, tapi dia tahan lagi karna takut ditinggal"
Timpal Wonwoo santai.

"Kau tahu itu? Lalu kenapa kau tidak menunggunya?"
Tanya Jisoo, semua yang ada disana menatap Wonwoo.

Wonwoo hanya menaikan sebelah bahunya acuh dan lanjut membaca bukunya.

"Wonwoo (hyung)...!"

Teriak ketiga saudaranya serempak, membuat Wonwoo meringkuk sambil menutuo telinganya.

.

.

.

Tbc

Single Papa [SVT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang