Choi family : First morning

16.3K 2.2K 227
                                    


Pagi itu Jihoon, Minghao dan Jisoo tengah memakan sarapan mereka dengan tenang.

Minghao melirik jam tangannya, mununjukan pukul 07:40.
"Sebentar lagi kita harus berangkat. Jisoo hyung, dimana papa? Apa dia belum bangun? Biasanya kau yang membangunkannya"

Rentetan pertanyaan Minghao membuat gerak tangannya yang tengah menyendok sereal terhenti, ia tersenyum kaku kearah Minghao.

"I.iya.. Papa terlihat sangat kecapean, jadi aku tak membangunkannya"
Jawabnya.

"Tapi bagaimana dengan sekolah? Ini hari pertama kita"
Ucap Minghao mulai resah.

"Mungkin bisa kita undur lain waktu?"
Ucap Jisoo.

"Tenang Hao, kita bisa berangkat kesana menggunakan bus"
Timpal Jihoon.

"Ta.tapi, papa tidak akan mengijinkan"
Cegah Jisoo.

Jihoon memutar bola matanya, lalu tersenyum miring pada kakak sulung tak sedarahnya.

"Tak apa, kau tak perlu ikut, hyung.. Hanya aku dan Minghao, lagipula aku tahu kau belum siap sekolah kan?"

Jisoo mengatupkan mulutnya, tak tahu harus mengelak seperti apa karna yang dikatakan Jihoon benar.
"Ta.tapi kawasan ini masih asing untuk kalian berangkat sendiri"

"Yasudah kalau begitu bangunkan papa sekarang, karna kita akan terlambat untuk hari pertama kita"

"Tidak!"

Jihoon dan Minghao berjengit karna bentakan Jisoo, walau tak terlalu keras tapi cukup mengejutkan karna Jisoo jarang sekali berbicara dengan nada lantang.

Jisoo terlihat menunduk sambil mengepalkan tangannya.
"Aku tahu Papa tak tidur sama sekali dan aku melihatnya sendiri saat aku bangun jam lima tadi, ia masih sibuk dengan Laptopnya dikamar Seungkwan dan baru tertidur satu Jam lalu. Setelah kucari tahu ternyata Seungkwan sedang sakit dan Papa yang mengurusnya"

Semua terdiam dengan wajah murung, jika mendengar kebiasaan Papanya yang selalu memaksakan diri dalam bekerja untuk menghidupi mereka, mereka akan merasa bersalah karna belum bisa apa-apa selain bersikap manja.

Jisoo bangkit dan berjalan menuju dapur lalu kembali membawa nampan yang diletakan dua mangkuk bubur dan dua gelas susu diatasnya.

"Kalian diam disini, apa salahnya jika tak sekolah selama satu hari saja? Lagi pula kita semua anak baru, tak masalah mau kapan saja kita masuk. Karna aku hyung kalian, jadi menurutlah. Aku hanya ingin papa istirahat dan tak mau kalian kenapa-kenapa"
Jelas Jisoo lalu berjalan menuju lantai dua untuk mengantar sarapan pada dua adiknya.

Setelah Jisoo pergi, Jihoon langsung bangkit seraya menenteng tasnya, berjalan ke arah berlawanan dengan kamarnya membuat Minghao bingung dan cepat menyusul Hyungnya.

"Hyung mau kemana?"

"Ke sekolah tentu saja"
Jawabnya, ia berjongkok didekat kar sepatu meraih sepatu dengan ukuran terkecil diantara sepatu lain dan memakainya.

"Ta.tapi Jisoo hyung bilang.."

Jihoon berdiri setelah sepatunya terpasang rapi, ia mendongak menatap adiknya.

"Hao, tidak kah kau kasihan pada Papa? Dia terlalu sibuk dan lelah dengan pekerjaannya dan mengurus kita, sekarang waktunya kita tak membebani papa lagi, kita harus mandiri. Jisoo hyung bilang begitu karna dia tak yakin kita bisa mandiri"
Jelas Jihoon, membuat Minghao berpikir sejenak dengan ekspresi bimbang.

"Ja.jadi.. Ini demi Papa?"

Jihoon mengangguk.

"Kalau begitu Hao ikut"
Putusnya, mulai memakai sepatunya dan mengikuti Jihoon sampai ke Halte Bus yang jaraknya lumayan.

Mereka diam menunggu bus lewat sambil menengok kesana kemari mencari bus yang dimaksud.

"Hyung, apa hyung tahu kita naik bus mana?"

"Tentu saja, busnya warna biru"
Jawabnya.

Minghao hanya mengangguk, lanjut memperhatikan jalan raya sambil menunggu bus biru datang.

"Hyung, memang.. Kita sudah bisa sekolah begitu saja? Apa Papa sudah mendaftarkan kita?"

Pertanyaan Minghao membuat Jihoon berpikir sejenak tapi tak menghasilkan jawaban yang memuaskan untuk Minghao karna hyung mungilnya hanya menaikan bahunya.

"Hyung.. Sepertinya Hao pulang saja, Hao malu jika hari pertama tak ditemani Papa.."
Minghao mulai resah dan Jihoon menghela napasnya saat Minghao menarik-narik lengan bajunya.

"Yasudah kau pulang saja"
Respon Jihoon.

"Apa hyung mau tetap ke sekolah?"

"Sepertinya tidak, benar apa katamu tadi, mungkin aku hanya akan menaiki bus untuk coba-coba sambil melihat rupa sekolah kita saat bus melewatinya dan segera kembali pulang"
Jawabnya enteng.

Minghao hanya mengangguk, tak mau berkomentar karna ia tahu hyung nya yang satu ini cukup keras kepala dan nekat

"Yasudah.."
Minghao pun berbalik hendak kembali pulang.

"Hei! Kau salah jalan"
Seru Jihoon menahan lengan kurus Minghao
"Apa kau sudah lupa jalan menuju rumah?"

Minghao hanya diam dengan wajah polosnya, berpikir untuk beberapa detik kemudian ia mengangguk dan Jihoon hanya bisa menghela napas.

"Tunggu"
Ucapnya, lalu meraih ponselnya dan menggerakan telunjuknya kesana kemari di layarnya. Minghao hanya memperhatikan dan menunggu hyungnya selesai dengan kegiatan di ponselnya.

Setelah beberapa saat, ponsel Minghao merdenting mendapat pesan yang diketahui dari Jihoon.

"Aku menggambarkanmu peta menuju rumah, gunakan itu untuk pulang"
Ucapnya saat Minghao mengorek Tasnya.

Setelahnya ia membuka pesan dari hyungnya yang berupa gambar yang membuat Minghao tersenyum saat melihatnya.

Setelahnya ia membuka pesan dari hyungnya yang berupa gambar yang membuat Minghao tersenyum saat melihatnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Haonya lucu, seperti katak"
Responnya.

"Itu memang katak"
Timpal Jihoon. Ia sengaja membuat peta sedemikian rupa karna jika ia men-screenshoot peta dari virtual map atau dengan penjelasan menggunakan kata-kata, ia yakin Minghao tak akan mengerti.

"Kalau begitu, Hao pulang.. Dah hyung, hati-hati dijalan.."
Minghao melambaikan tangan pada Jihoon lalu pergi dengan semangat karna ia merasa ia akan menjalani sebuah petualangan seorang diri dengan berbekal peta lucu dari Jihoon.

"Tidak, kau yang hati-hati Hao.. Ingat nasihat papa soal orang asing!"
Seru Jihoon dan Minghao menengok lalu mengangguk.

Setelah memperhatikan kepergian Minghao sampai punggung adiknya tak terlihat lagi setelah belokan gang menuju rumahnya, atensi Jihoon teralih pada Bus yang berhenti di depannya.

Dengan mantap, ia menaiki bus itu tanpa rasa takut sedikitpun walau ini merupakan pengalaman perdananya menaiki kendaraan umum. Ia sudah sering melihat tutorial naik kendaraan umum dari internet karna ini salah satu hal yang paling ingin ia coba, jadi untuk apa takut?

namun jihoon tak sadar, ada sepasang mata yang memperhatikannya sedari tadi dan mengikutinya naik bus.

Jihoon berdiri di bus dengan tangannya memegang pegangan yang tergantung, sementara orang itu berdiri tepat dibelakangnya.

.

.

.
Tbc

Single Papa [SVT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang