Choi family : Clumsy

17.7K 2.4K 266
                                    

"Ow! Otot perut!"
Pekik Jeonghan saat melihat perut berotot milik Seungcheol yang mengintip dibalik kemeja basahnya, sedetik kemudia ia langsung menutup mulutnya dengan wajah memerah saat sadar dengan apa yang baru ia ucapkan.
"Ups.. Ma.maaf, aku tak bermaksud"
Ia lantas membungkuk menyembunyikan rasa malunya.

"Ah.. Tidak apa.."
Seungcheol terkekeh kecil sambil menghampiri Jisoo, memegang kedua pundak anaknya dan menariknya hingga punggungnya menempel diperutnya.
"Ada perlu apa datang kemari?"
Tanya nya ramah.

"Ti.tidak apa, aku tadinya kemari karna mendengar suara gaduh disini tapi sepertinya anak manis ini-- maksudku Jisoo memberitahuku bahwa kalian baik-baik saja jadi.."
Jeonghan menjeda kalimatnya, ia menatap Seungcheol gugup dan Seungcheol hanya memiringkan kepalanya menunggu Jeonghan melanjutkan ucapannya.
"A.aku harus pergi! Pe.permisi"
Ia lantas berbalik dan berjalan cepat meninggalkan pekarangan rumah keluarga Choi dengan wajah merah padam.

"Oh, tung--"
Belum sempat Seungcheol menghentikannya, Jeonghan sudah berbalik dan pergi meninggalkan pekarangan rumahnya. Ia hanya bisa menarik kembali lengannya yang sempat terjulur sambil matanya mengekori sosok cantik itu berjalan menuju rumah yang tepat berada disampingnya.

Ia belum tahu namanya.

"Papa, kau dingin sekali. Ayo masuk kedalam"
Jisoo mendorong perut papanya masuk kedalam dan menutup pintu rumahnya rapat.

.

.

.

.

.

07.30

Semua anggota keluarga minus Wonwoo yang tengah terbaring demam karna insiden tadi siang dan Seungcheol yang sibuk dengan mesin ketiknya di ruang kerja, berkumpul di meja makan dengan baju yang telah berganti menjadi piyama.

Mereka berkumpul sambil memperhatikan Jisoo, kakak tertua yang perannya sudah seperti ibu mereka tengah membuka box makanan yang mereka pesan dari sebuah restoran dan membagikannya.

Ya, mereka selalu memesan makanan untuk konsumsi sehari-hari karna mereka sudah lama tak memiliki asisten rumah tangga dan dan tak ada yang bisa memasak walau alat masak didapur mereka sangat komplit.

"Siapa yang mau mengantar bubur ini kekamar Wonwoo?"
Tanyanya pada ke tiga adiknya.

Minghao dan Seungkwan mengangkat tangan kanan mereka, namun Seungkwan terlihat paling bersemangat.

"Hao bisa--"

"Ow aku! Aku! Aku saja hyung!"
Seru Seungkwan, entah apa yang membuatnya begitu bersemangat.

"Baiklah.. Ini"
Jisoo menyerahkan semangkuk bubur dan air hangat diatas nampan pada Seungkwan.

"Tapi.. Lebihi jatah dagingku ya hyung.."
Ucap Seungkwan dengan senyum lebarnya.

Jisoo menggeleng.
"Seperti yang sudah kuduga dari bocah gembul sepertimu Kwan.."
Ucapnya mencubit gemas pipi tembam adik terakhirnya dan Seungkwan hanya terkekeh lalu pergi menuju lantai dua tempat kamarnya dan para hyung-nya berjejer.

"Tok tok tok.. Wonwoo hyung, Kwannie bawa bubur untukmu~"
Ucapnya dengan suara berbisik namun bisa Wonwoo dengar karna Seungkwan sudah membuka pintu kamarnya.

Wonwoo hanya meliriknya dengan wajah pucat dan lesu, Seungkwan duduk dikursi yang memang tersedia disana bekas Papa Seungcheol sore tadi saat menemani Wonwoo sebelum akhirnya ia harus pergi keruang kerja untuk melanjutkan novelnya.

"Hyung, kau tak apa?"

Wonwoo mengagguk.

"Kau bohong, aku tahu kau sedang demam kkk.."

Single Papa [SVT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang