Before Dinner

9.4K 1.4K 115
                                    

Tidak terasa waktu istirahatnya telah habis, dan kini Seungcheol kembali disibukan dengan volume selanjutnya dari novel yang ia tulis.

Untuk menghindari kerusakan mata dan kulit wajah akibat cahaya dan radiasi komputer, Seungcheol selalu menulis karyanya menggunakan mesin tik untuk kemudian ia scan dan baru dimasukan pada file di komputer.

Mata berbulu lentik itu menatap fokus pada kertas yang bergerak kesamping seiring dengan tulisan yang muncul saat jemarinya bergerak lihai mengetik tombol-tombol besi itu.

Tak ada keributan lain selain suara ketikan khas dari mesin tik yang ia gunakan, menjadikan suasana diruang kerjanya begitu pas untuk ia berkonsentrasi dan menerima inspirasi yang tak pernah berhenti mengalir ke otaknya.

'tok tok'
Ketukan pelan terdengar dari pintu ruang kerjanya.

Matanya mengerjap beberapa kali, tanda bahwa ia telah kembali dari dunia imajinasinya ke dunia nyata.

"Masuklah,"
Ucap pria tampan itu sambil memutar kursinya, dan sosok yang dengan malu-malu membuka pintu itu perlahan pun membuat dua sudut bibirnya naik, mengukir sebuah senyuman lembut.

"Papa, apa Kwannie mengganggu?"
Cicit anak berpipi bulat itu sambil melangkah masuk, ditangan kecilnya terdapat sebuah buku dan pensil. Kaki beralas sandal bulu berbentuk beruang putih itu melangkah menghampiri Seungcheol.

Tidak mungkin Seungcheol berkata Ya dan membuat anak termudanya kecewa dan merasa bersalah. Sesibuk apapun dirinya jika itu menyangkut anak-anaknya, ia tak akan merasa keberatan sedikit pun. Karena anak adalah prioritasnya.

Seungcheol menggeleng.
"Tidak, Apa Kwannie kesulitan dengan tugas sekolah?"
Tentu saja Seungcheol mengerti dengan maksud Seungkwan menghampirinya dengan buku dan pensil ditangannya. Anak-anaknya sangat baik dan penurut, mereka tak mungkin mengganggu jam kerjanya jika tak ada alasan.

Ia mengangguk lucu sambil menyerahkan buku tugasnya, menunjukan halaman dimana tugas sekolahnya tetulis dengan tulisan tangannya yang cantik dan rapi.

Seungcheol membacanya lalu mengangguk paham dan tersenyum pada Seungkwan yang terlihat menunggu tanggapan dari Papanya.
"Tulisan anak Papa ini rapi seperti biasa, ya."
Pujinya, membuat Seungkwan tersenyum senang.

"Terimakasih.."
Jawabnya tersenyum lebar.
"Kwannie tidak terlalu berkonsentrasi saat dikelas, jadi kurang mengerti dengan soal-soal itu"
Lanjutnya menjelaskan.

"kenapa, apa Kwannie ada masalah?"

"Ti.tidak.. Hanya mengantuk saat guru menjelaskan, gurunya banyak cerita sebelum memulai pelajaran, dan saat pelajaran dimulai Kwannie jadi ngantuk"

Seungcheol terkekeh mendengar penjelasan Seungkwan, ia lalu menepuk pahanya mengisyaratkan untuk Seungkwan duduk dipangkuannya.

"Duduk, biar Papa jelaskan"

Dengan Senang hati Seungkwan memanjat kursi lalu duduk dipangkuan Papanya.

Tangan besarnya bergerak menyampingkan mesin tik dan peralatan menulisnya yang lain ke salah satu sudut mejanya yang cukup luas, agar Seungkwan leluasa untuk menulis. Ia pun menjelaskan soal demi soal itu secara perlahan sampai Seungkwan mengerti dan membiarkannya mengerjakan tugasnya sendiri.

Tak terasa waktu sudah berjalan satu jam lamanya, Seungcheol dengan setia memperhatikan Seungkwan yang kini tengah mengerjakan soal terakhir dengan serius.

'Tok tok tok..'

Pintu kembali diketuk, mengalihkan perhatian Papa dan anak yang tengah duduk dipangkuannya.

Single Papa [SVT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang