Masalalu itu tempat nya dibelakang, maka dari itu ia harus di tinggalkan !
****
Revan benar benar terlewat, tidak bisa apa membiarkan Ima sehari saja istirahat dirumah? Selalu saja mengganggu.
"Ma, ada Revan di depan, " kata Nara kepada Ima yang masih asik menonton tv itu.
"Ngapain dia sore-sore kesini?" tanya Ima penasaran.
"Mana gue tau. " Jawab Nara sambil menaikkan bahunya.
Ima segera bangkit dari duduknya untuk menemui Revan di luar rumah.
Ternyata Revan tidak sendiri, ia datang bersama dua orang temannya.Saat Ima hendak melangkah keluar mendekati Revan dan temannya, Revan memberi isyarat agar Ima diam di tempat dan membiarkan Revan saja yang menghampirinya.
"Apa?" kata pertama yang keluar dari mulut Ima saat Revan tepat ada di depannya.
"Temenin undangan," ucap Revan to the point.
" kemana?"
"Ulang tahun temen SMA aku dulu. "
"Kenapa aku?"
"Aku bingung mau ngajak siapa lagi, aku gak punya temen cewek."
Ima hanya menaikkan alisnya tanda tak percaya.
"Lagian lihat itu. (tangan Revan menunjuk ke arah temennya yang agak jauh dari mereka) Rendi kesana bawa pasangan, ya masa aku sendiri, nanti dikira aku kesana nyarik jodoh lagi," keluh Revan.
Ima terkekeh sedikit mendengar kata-kata dari Revan.
"Ya bagus dong, siapa tau ketemu,"
"Iya masalahnya ini yang ulang tahun, dulu waktu SMA dia gebetan aku, " curhat Revan dikit.
"Terus? kenapa ngajak aku?"
"Nanti seandainya sampai saja dia belum ada pacar, ya aku mau gebet dia lagi, trus tugas kamu disana hanya diam aja tanpa ikut salaman. tapi kalo dia disana ada pacarnya ya kamu pura-pura jadi pacar ku lagi lah," jelas Revan panjang.
"Ogaaaahh, " tolak Ima seketika.
"Ayo laaah. Kasian itu mereka udah nunggu," kata Revan merengek.
Ima melihat ke arah temannya Revan tanpa menjawab sepatah kata pun.
"Kado udah aku beli, kamu udah aku jemput, nanti di belikan makanan, kurang apa lagi?"
Ima mulai melirik licik.
"Pura-pura atau enggak nanti, pulangnya tetap belikan Brownis ya? "
"Jangan dong, nanti kalo gak pura-pura mie ayam aja, yah?" tawar Revan.
Ima mengerutkan wajahnya.
"Ayo lah, Ma..." Revan kembali memohon.
"Brownies atau enggak?" paksa Ima.
"Oke iya Brownies." Akhirnya Revan mengalah.
"Oke Sebentar! Aku ganti baju dulu. Suruh temen kamu duduk di sini!" Nadanya terdengar mulai ceria.
Taktik Revan terbilang cerdas. Ia langsung datang ke rumah Ima tanpa mengabarinya terlebih dahulu. Lebih tepatnya di sebut memaksa. Revan tersenyum puas.
Setelah Ima selesai ganti baju, ia tak melihat ada teman-teman Revan duduk di depan rumah, melainkan tetap mengobrol di atas motor masing-masing.
"Lama ya?" tanya Ima menghentikan gosipan mereka.
"Enggak kok, " jawab salah satu teman Revan.
Revan memandangi Ima dari atas sampai ke bawah, ada apa dengan penampilan Ima hari ini? Ima memakai gamis abu-abu perpaduan bunga-bunga kecil dengan jilbab polos warna navy, memakai sepatu warna biru pastel yang hampir senada dengan hijabnya.
Berbeda sedikit dengan teman Revan yang berpenampilan modis dengan baju gaun panjang berpadu jilbab yang terlilit di leher.
"Mengikuti aturan agama juga bukan sesuatu yang kuno. Bukan!"
"Ada yang salah?" Ima bertanya karna menyadari gerak mata Revan yang melihatnya seperti itu.
"Enggak." Revan menggelengkan kepalanya pelan.
" eh kenalin! " Revan menyuruh Ima untuk berkenalan dengan teman yang di bawanya.
Dengan tangan terkatup di depan dada, Ima menyebutkan namanya
" Ima.."
"Rendi, " balas Rendi dengan posisi tangan yang sama seperti Ima.
"Ima.." kali ini Ima menjulurkan tangannya kepada teman yang satu lagi.
"Widya.." Widya membalas jabatan tangan Ima.
Selesai berkenalan, mereka berangkat menuju tempat yang sedari tadi di rencanakan.
Suasana di pesta itu cukup ramai, tak banyak yang Ima kenal disana. Satu-satunya orang yang Ima kenal hanyalah Revan, bahkan kepada Rendi dan Widya, Ima hanya kenal namanya saja.
Acara sudah di buka oleh MC di tempat, semua menikmati. Tapi tidak dengan Revan, disana, di depannya, tepat di handapannya gadis yang dulu ia suka bersanding di depan bolu ulang tahun bersama orang tua dan seorang laki-laki, sudah dapat di pastikan itu adalah pacarnya.
Wajah Revan kusam, matanya malas memandang kearah depan. Ima yang menyadari akan hal itu tertawa geli, betapa malangnya nasip cogan satu ini.
"Tengok tu dia tiup lilin." Kata Ima sambil menyenggol Revan dengan sikutnya.
Revan hanya melirik kearah yang berulang tahun.
"Potongan pertama untuk siapa ya..." Ima terus menggoda Revan.
Saat Revan tau potongan kue pertama di berikan kepada laki-laki di sampingnya itu ia kecewa.
Secara refleks Revan memberikan kado yang tadi ia pengang ke tangan Ima, dan segera berlalu pergi kebelakang, duduk disana, malas mendengar apa-apa.
'Anak durhaka, potongan pertama harusnya buat orang tua malah buat pacarnya. Sok manis ngundangnya. Giliran di datengin malah nyakitin' mungkin itu keluh kesah Revan.
"Pulang aja yok belik Brownis. " Ucap Ima sambil duduk di sampingnya.
Revan menatap Ima kesal sedangkan Ima tertawa geli.
Habislah kisah cerita di ulang tahun itu,
Endingnya Ima tetap berpura-pura, tetap minta brownis dan Revan kesalnya dua kali lipat. Dasar Ima pemeras. 😂😂Terus lanjutkan bacanya temen. .
Semoga suka yaa.
Next 😙
KAMU SEDANG MEMBACA
SAMPAI HALAL (Hamba Allah)✔
Teen Fiction(COMPLETE) Bukti bahwa allah maha membolak balikkan hati. Pilihan orang tua tidak selalu baik bagi anak. Karna dewasa nya seorang anak ketika ia mampu memilih apa yang harus ia jalankan dan menyelesaikan apa yang sudah ia mulai. ⚠ Tahap Revisi. Ter...