"Lo kira berumah tangga enak? Hidupnya lebih berliku ketimbang hidup di perantauan."
****
"Nah mie ayam lo.!" Ima memberikan Mie ayam kepada Nara yang sedang duduk di depan tv."Gimana?" Tanya Nara kepo
"Udah di makan dulu.!" Ima bangkit untuk berganti pakaian untuk tidur.
"Duduk lo.! Gue kepo nih." Kata Nara saat tau Ima telah selesai berganti baju.
Dengan malas Ima duduk di sisi Nara.
"Kalian beneran jadian?" Tanya Nara.
"Apaan." Ima menyela.
"Muka lo gak enak banget di liat" kata Nara lalu tertawa.
"Ck, pusing tau gak." Ima berkata sembari menggaruk kepalanya.
"Kenapa siiihh.."
"Revan tuh gak ngajak jadian, tapi ngajak Nikah." Akhirnya Ima buka suara.
"Cieee. . " Nara malah menggodanya.
"Ra, seriusan aku beneran belum siap."
"Apa sih yang bikin lo belom siap?"
"Aku takut mengambil langkah sejauh itu, aku masih muda lagi, belom tau apa-apa tentang itu, belom pernah mikir sejauh itu." Ujar Ima cemas.
"Itu doang?"
"Ra, lo pikir berumahtangga itu enak? Hidup
nya lebih berliku ketimbang jadi anak perantauan. ""Kalo lo aja udah bisa ngejalanin lika liku hidup di perantauan, berati lo harus ke level selanjutnya, "
"Hamil, punya anak, repot ngurusin dapur, pekerjaan, Ra. . Takuut." Ima berkata sambil membayangkannya.
"Kalo masalah itu Revan juga harus mikirin, gak lo doang. "
"Pokoknya gue belom siap sumpah!"
Setelah berbicara seperti itu, Ima beranjak dari duduknya dan merenung di kamar.
Bagaimana mungkin dia bisa menerima ini?, bagaimana dengan orang tuanya? bagaimana jika tidak setuju?
Lalu bagaimana dengan ketakutan Ima tentang kehamilan itu? Trauma tentang Kakak sepupu Ima yang Meninggal karena melahirkan membuatnya takut dan tak ingin melangkah ke sana.
Ketakutan memiliki bayi dimana dulu ia pernah membuat bayi tetangganya jatuh sampai patah tulang benar-benar membuatnya trauma kembali.
Ketakutan lain yang ia rasakan adalah di tinggalkan Suami seperti teman dekatnya.
Ada juga dalam otaknya bagaimana jika kejadiannya sama dengan yang di saksikannya pada sinetron setiap harinya, tinggal bersama mertua dan selalu mendapat ancaman dan cacian, bagaimana jika seperti itu nanti?
Pikiran jelek selalu menghampiri setiap Ima memikirkan akan melangkah ke sana.
Ya allah berilah petunjuk.
"Udah mikirnya?"
Nara masuk ke kamar membubarkan lamunan Ima.
Ima menghembuskan Nafasnya gusar."Lo tuh gak usah mikir yang aneh-aneh " ujar Nara yang tak di jawab oleh Ima.
"Lo gak usah takut kejadiannya sama kayak lo sama Rian dulu, Revan dan Rian itu dua orang yang berbeda."
Ima masih tak menjawab, karena bukan itu yang ia pikirkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
SAMPAI HALAL (Hamba Allah)✔
Teen Fiction(COMPLETE) Bukti bahwa allah maha membolak balikkan hati. Pilihan orang tua tidak selalu baik bagi anak. Karna dewasa nya seorang anak ketika ia mampu memilih apa yang harus ia jalankan dan menyelesaikan apa yang sudah ia mulai. ⚠ Tahap Revisi. Ter...