#27 Lamaran✔

2.3K 94 1
                                    


"Cinta itu tak selamanya di lambangkan dengan bentuk hati."

***
"Tadi pagi Revan kesini lo Ma," kata Nara saat membuka pintu.

"Oyah. Ngapain?"

"Mau ngantar lo kerja mungkin. "

"Kan aku giliran naik motor,"

"Ya apa dia tau."

Ima mengangguk.

Tak lama kemudian terdengar suara motor Revan yang semakin mendekat.

"Nah tu, panjang umur dia." Ujar Nara.

Kali ini hati Ima berdetak agak cepat dari biasanya, ada perasaan marah akibat di permainkan. Tapi ini lah hidup, apa yang ada di depan, itu yang harus di hadapi.

"Ma" Revan memanggil dengan lembut.

"Hmm" Jawab Ima sambil menatap.

"Aku mau minta maaf sama mu." Ujar Revan lirih.

"Untuk apa.?"

"Tentang yang di kampung."

Nara yang masih ada disitu berpikir keras apa yang sedang mereka bicara kan.

"Aku tau kamu pasti Bete karena tau aku gak bisa menuhi permintaan mu." Kata Revan.

Tapi Ima tak menjawab, karena itu benar.

"Tapi sebelumnya aku bersyukur dan berterimakasih, karena sekarang aku tau kalo orang yang aku cintai ternyata mencintai aku juga "

Deg! Hati Ima malah berbunga. Pipinya merona.

"Tapi sayangnya aku gak bisa menuhi permintaan mu kalo harus ngelamar kamu semalam secara tiba-tiba."

Oh No. Jangan katakan itu Rev. Nara tidak tau soal ini. Ima berusaha menutupinya malah kamu bongkar.

Nara yang mengerti apa yang mereka bicarakan pun mengangguk dan berlalu masuk kedalam. Mungkin sudah saatnya ia membiarkan mereka berbicara privasi.

Ima hanya bisa menelan ludah pait, karena setelah ini ia akan di introgasi dengan Nara.

"Karena semuanya butuh persiapan, gak bisa mendadak. Belum hantarannya, cincinnya, belum juga hubungi keluarga, apa lagi sekarang lagi tren pake baju couple segala. Gak bisa gitu. "

"Maaf" akhirnya Ima bersuara.

"Aku yang minta maaf, pasti kamu ngiranya kalo aku sama kayak Rian, yang malah Lari waktu janjikan mau ngelamar kamu."

Ima mengangguk.

Revan tersenyum karena anggapannya benar.

"Aku emang pernah bilang kapan aja aku siap, tapi gak bisa mendadak gitu ya Ma, aku juga bukan Rian. Aku bakal buktiin ke kamu, kesiapa pun, ke dunia, kalo aku beneran serius sama kamu." Kata Revan meyakinkan.

"Terimakasih Rev." Kata Ima asal.

"Untuk apa."

Ima menggeleng karena tak tau.

"Mm yaudah yuk ikut aku." Ajak Revan dengan ceria.

"Kemana?"

"Beli cincinnya."

"Ah enggak ah, kamu aja." Ima menolak karena tidak enak.

"Yakan aku gak tau selerah kamu."

"Menurutmu bagus ya bagus juga menurutku."

SAMPAI HALAL (Hamba Allah)✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang