#36 part II✔

3.5K 94 1
                                    


"Ada kebahagiaan yang tak pernah aku rasakan sebelumnya, bersamamu dan sibuah hati."

***
Banyak tamu undangan sama banyaknya seperti pesta pertama di kampung.

Keluarga Revan cukup banyak, Ima tak banyak mengenal wajah-wajah asing ini.

Teman-teman Revan juga antusias hadir di pesta keduanya dengan orang yang sama ini. Ima juga tidak terlalu mengenal teman-teman Revan.

Di jam-jam tertentu. Ima melihat kehadiran sahabat Revan dengan pasangannya masing-masing.

Nada dangan sepupu Revan.
Maya dengan Diki dan anak berusia 8 bulan itu.
Erik dengan pacar barunya yang Ima sendiri saja tidak kenal.
Dan Rendi dengan pacarnya yang lama dan kini sudah bertunangan.

Mereka ada di acara itu sampai malam, sampai pesta selesai.

Di malam itu juga, Nara hadir bersama Bayu yang malas ia lihat wajahnya.

Juga teman-teman kerja Ima datang dengan membawa kado yang mereka sendiri sesali isi dalamnya.

Tari datang bersama tunangannya.
Indah bersama pacarnya yang dulu selalu bertengkar di depan butik.
Mbak Meta dengan anak perempuannya.
Dan yang paling mengejutkan. Icha datang bersama Dedi, karyawan Revan.

Satu lagi Ogi, teman sekaligus anak buah Revan datang bersama tunangannya yang selalu di bangga-banggakannya.

Mereka tidak duduk di pelaminan. Mereka lebih memilih menggunakan pakaian santai tapi tetap terlihat pengantinnya.

Alasannya agar mereka bisa menyapa dan menyambut teman-teman mereka dengan sesuka hati.

Pesta itu tidak terlalu berat bagi Ima dan Revan.

Dengan itu Ia bisa berjumpa dengan keluarganya yang sudah jarang ia jumpai.

Yang Ima fikirkan adalah. Pesta ini telah terlaksana. doa sudah di panjatkan. Akankah dia siap menjadi seorang ibu?

Ia setuju dengan kata-kata mertuanya tempo hari. Lucu jika wanita takut dengan keistimewaannya sendiri.

Ia harus lebih memikirkan hati keluarganya.
Bagaimana jika orang lain beranggapan ia tidak bisa punya anak. Bukankah malu?
Bagaimana jika gosip itu sampai ke telinga mertuanya? Bukankah ia di benci?

Ima harus bisa menepis segala gosip yang ada. Hidup bukan untuk santai-santai.

  Pesta itu sudah berakhir sebulan lamanya. Tapi tanda-tanda Ima hamil belum juga di dapatkan oleh keluarga.

Revan sendiri tidak ambil pusing. Hidup bersama orang yang ia sayang saja sudah cukup membahagiakan.

"Mungkin Revan harus punya rumah sendiri Ma." Kata Nissa pada Mamanya yang sedari tadi khawatir akan kehamilan menantunya.

"Oiyah. Mungkin dia segan. Mama juga jarang liat mereka mesra-mesraan di depan Mama." Rahma menyetujui.

"Ya Mama tau sendiri kan Ima itu gimana."

"Hmm "

"Tabungan Revan kan banyak. Suruh aja dia buat rumah sendiri. " ujar kak Nissa.

"Tanah siapa mau di beli?"

"Itu yang di samping Door smernya kan ada lahan kosong. Beli aja." Kak Nissa emang pandai mengatur segalanya.

"Iya deh, nanti Mama bicarakan sama Revan."

Sebenarnya Ima beruntung sekali ada di keluarga ini. Keluarga baru namun sangat peduli dengannya.

Sore itu Ima tidak langsung pulang ke rumah, Revan mengajaknya mampir ke Door smernya untuk bertemu dengan seseorang.

SAMPAI HALAL (Hamba Allah)✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang