"Cinta.
Mudah mengucapkannya,
Sulit menjaganya."****
Hari ini Ima bersyukur, selama seminggu lebih Revan tidak menggangu dan merepotkannya.
Ya memang Revan menghubungi nya jika ada perlu nya saja.
" Ma, tolong mbak sebentar" pinta Meta, orang terpercaya di butik itu.
"Iya mbak" Ima segera bangkit dari tempat ia bekerja.
"Tolong catat ukuran sesuai gambar itu ya. Bagian nya mana-mana saja, sesuaikan dengan namanya." Perintah Meta sambil memberikan buku model baju kepada Ima.
Selagi Meta mengukur badan satu persatu anggota keluarga itu, Ima mengerjakan tugas nya dengan baik.
"Udah pada siap?" Kata gadis yang baru datang.
Mata Ima terbelalak melihat siapa yang datang barusan. Ia bingung harus bersikap bagaimana, sok akrab? Diam saja? Atau bagaimana? karna orang ini adalah yang sebenar-benarnya di hadapi. Saat itu Ima benar-benar gugup.
"Kita pernah ketemu kan?" Tanya gadis itu pada Ima.
"Maya kan?" Jawab Ima dengan nada bertanya.
"Pacar nya Revan kan?" Maya kembali bertanya.
"Iya," mereka saling membalas senyuman.
"Kamu yang mau nikah?" Entah dapat kata-kata dari mana dengan bodohnya Ima menanyakan hal itu.
Imaaa, dia kan di jodohkan sama Revan, kalo dia yang mau nikah lalu apa gunanya kamu sama Revan pura-pura ? Otak Ima saat itu bekerja sangat lambat.
"Ooh enggak, Abang aku " jawab Maya.
Ima hanya menganggukkan kepalanya antara mengerti atau malu.
Cukup untuk hari yang melelahkan itu, saatnya pulang dan beristirahat.
Ima seketika berdiri dari duduk nya saat melihat Revan berhenti di depan rumah. Setelah sekian lama tidak keliatan, mau apa dia datang sekarang?
"Kamu nungguin aku?" Tebak Revan enteng.
Ima duduk kembali. "Apa untungnya aku nungguin kamu" Jawab Ima sewot.
"Kalo kangen bilang aja" dengan percaya diri Revan mengeluarkan kata-kata itu sambil duduk di depan Ima.
Ima memasang muka jijik, Revan yang menyadari akan hal itu tertawa geli.
"Ngapain kamu kesini lagi?" Tanya Ima sinis.
"Masih mau makanan gratis nggak?"
"Maksud nya " mungkin Ima hanya pura-pura dungu.
"Ck" Revan menggaruk kepala nya yang gatal mendengar jawaban Ima. "Hhhmm . . Abang nya Maya mau menikah, kami sekeluarga di undang, kamu harus ikut!" Sambung Revan.
"Ngapain aku ikut?"
"Ya pura-pura jadi pacar aku lagi lah"
"Jomblo yaa hahaha" Ledek Ima sambil menunjuk Revan.
"Kayak kamu gak jomblo aja"
"Aku jomblo mah apa adanya, kemana mana sendiri ya gak masalah, gak harus pura-pura punya pacar. " Sindir Ima membuat Revan panas kuping.
KAMU SEDANG MEMBACA
SAMPAI HALAL (Hamba Allah)✔
Teen Fiction(COMPLETE) Bukti bahwa allah maha membolak balikkan hati. Pilihan orang tua tidak selalu baik bagi anak. Karna dewasa nya seorang anak ketika ia mampu memilih apa yang harus ia jalankan dan menyelesaikan apa yang sudah ia mulai. ⚠ Tahap Revisi. Ter...