Demi kebaikan bersama, maka beberapa nama pemeran disamarkan.
Cerita ini mengandung unsur kegabutan yang haqiqi, di mohon bagi gabut pemula jangan menjudge ceritanya karena sudah saya katakan cerita ini mengandung KEHUMORAN yang GABUT.
Jangan lupa t...
Pelajaran Biologi kali ini membahas tentang proses pembentukan peredaran darah. Sesi pertanyaan sudah dibuka oleh moderator kelompok 4. Al, nama cowok itu. Pandai dalam urusan berbicara memang dia juaranya. Ialah sang pencetus diklat gabungan Karya Ilmiah Remaja seprovinsi.
Pertanyaan pertama dipersilakan untuk Satria yang memang sudah mengacungkan tangannya. Pertanyaan yang ia berikan telah dijawab oleh kelompok di depan. Namun, bagi orang-orang sekelas Satria yang suka mempersudut pertanyaan untuk lawan bicara sudah pasti akan memperpanjang urusan. Jangan disalahkan bila teman-temannya jarang menunjuk ia untuk mengajukan pertanyaan.
"Apa?" Tanya Satria kepada bu Ningsih, guru Biologi.
"Proses pembentukan peredaran darah." Ujar bu Ningsih dan Ammir bersamaan.
Dengan kemampuan berkelit, Satria pun menjelaskan untuk meng-skak kelompok Al dkk.
"Maksud saya gini lho bu," sekelas tertawa karena Satria masih belum puas dengan jawaban mereka. "Darah,"
Belum sempat ia melanjutkan, gelak tawa sekelas memotongnya hingga ia harus menunggunya reda. Saat bertanya Satria sampai mengangkat tubuhnya dari kursi. "Ya dari apa gitu kok di tubuh kita ini kok ada darah gitu lho bu?"
"Tadi kan udah dijelasin." Kata bu Ningsih kepada Satria.
"Ya, tapi kurang sekali."
Habib juga kelompok 4. Ia yang agak ngakak bertanya, "yang bener gimana?"
"Ya kamu emang nggak dengerin?" Tanya Shifa dari kubu bagian kiri.
"Nggak men..." ia masih berpikir kosa kata yang pas. "Nggak. Nggak. Nggak logis." Satria memainkan tangannya ke kepala.
"Oke. Kalo nggak logis, anda bisa nggak?" Tanya Al di depan.
"Saya bertanya mana saya tau jawabannya." Satria menggebrak meja. "Lucu sekali anda ya?"
Satria tampak tersudutkan sendiri oleh ulahnya. Yang tadinya ingin melakukan hal itu kepada kelompok Al dkk, justru kini ia yang jadi sasaran empuk sekelas.
"Ya dari mana kamu tau itu logis apa nggaknya?" Tanya Dini kemudian.
Satria menyentuh sisi kepalanya. "Ya nggak bisa dicerna sama otak kita."
"Katanya nggak logis?" Tanya bu Ningsih.
"HAHAHA."
"GIMANALAH??"
"WADOHHHH."
Itulah respons kawan sekelasnya.
Akhirnya Satria memberi alasan yang tambah membuat sekelas tergelak. "Ya saya nggak nyampe bu, otaknya bu."
"Ya tolong nanti disampaikan." Saran bu Ningsih.
"Saya kan bercanda." Satria berkata lirih. Mungkin hanya teman disekitarnya yang mendengar.
"Yaudah. Yaudah. Lanjut-lanjut." Satria memberi instruksi dengan tangan kanannya.
"Jadi gimana?" Tanya Al lagi.
"Jadi...," ucap Satria. "Masih GANJAL, sih." Satria menekan kata ganjalnya. "Tapi ya nggak papalah. Boleh."
"Tapi ya kali ini masihlah. Bolehlah." Tambah Satria lagi.
Seseorang berkata kepada Satria. Dan Satria mengadu kepada bu Ningsih secara guyon. "IHIYYY. Diancam bu, saya bu."
"Cukup?" Tanya Al untuk ke sekian kali yang dijawab Satria sama dengan pertanyaannya.
"Kelompok gua siapin mental ya!" Ujar Satria kepada kelompok biologinya.
"Oh iya saya kelompok Satria." Ungkap Dyah.
"Siapin kuota telkomsel ya." Kata Satria lagi.
***
Di part ini bisa diliat video adegannya di igku yaa @azzahraark.wp Makasih😊
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.