Jangan lupa Vote dan Komen. Thanks!
Sesuai janji, karena OUR STORIES udah mencapai 3k reads, jadi author publish deh. Tapi maap, part 49 dulu, part 48nya next ya!😊
***
Hari kedua jadi senior adalah hari pertama bagi mereka bertemu dengan guru yang baru pertama kali mengajar mereka setelah dua tahun berada di sekolah itu. Bu Budi namanya. Ia mengajar Seni Budaya.
"Ibu pasti akan memberikan tugas kelompok buat kalian. Untuk itu, Ibu beri kalian waktu untuk memilih siapa saja teman sekelompok kalian. Kalau sudah, siapa sekretarisnya?" Tanya Bu Budi seramah biasanya. Ya, meski dirinya tidak pernah mengajar anak VAILY sebelumnya. Tapi ia memang ramah kepada semua murid.
"Dyah."
"Dyah bu!"
Semuanya saling berteriak memberitau ketika sang guru hanya perlu satu jawaban diantara mereka semua. Dyah, yang disebut-sebut pun mengangkat tangannya.
"Kamu?" Bu Budi menunjuknya. "Kalau teman-teman kamu sudah selesai dengan kelompok pilihannya, nanti kamu tulis di satu kertas lembar dan kumpulkan ke ibu ya."
"Di kocok bu?" Tanya Bambang.
"Nggak. Terserah kalian mau sekelompok sama siapa. Di kelas ini ada berapa jumlah muridnya?" Bu Budi balik bertanya.
"Tiga puluh." Seru ketiga puluh manusia yang berhuni di kelas itu.
"Buat setiap kelompoknya tiga orang, tiga orang." Kata Bu Budi.
"Jangan milih sih Bu, dikocok aja." Pinta Bambang memelas.
"Jangan deng Bu, milih aja deng!" Sergah yang lain.
"Aih... kalo milih mah nggak aci lah bu!" Bambang masih berusaha.
Dilain tempat, Al, beserta teman-temannya yang lain sudah memilih kelompok masing-masing. Sementara Bambang masih mengasihani diri sendiri apabila dalam kelompoknya isinya hanya cowok semua dan tentunya tidak akan ada yang bekerja.
"Udah pas kan?" Tanya Al pada kelompoknya seusai menghitung.
"Aih... kan gua nggak ada yang milih." Kesal Bambang dengan dahi, hidung, dan juga bibir yang sama-sama berkerut.
"Sori ess, bikin kelompoknya kan sesuai zonasi." Ujar Al terkekeh. Membuat sekelas pun ikut tergelak oleh kata-kata yang sedang dikesalkan oleh warga net yang tidak suka dengan ketetapan pemerintah tentang sistem zonasi tersebut. Karena saat itu tempat duduk yang dipilih Bambang pun jauh dari peradaban CS-CSnya yang lain.
"Anjir! Nggak cuma jodoh yang zonasi." Salah satu diantara mereka terkekeh geli.
"Kelompokan geh zonasi." Sahut Ica.
"Ishh... tuh kan Bu, nggak aci lah. Masa saya nggak ada yang milih." Adu Bambang kepada Bu Budi.
"Ya itu terserah teman kalian. Kalo kalian nggak dipilih kan berarti ada apa-apa dengan yang nggak dipilih. Berarti kalian malesan, nggak mau kerja, atau apalah itu yang membuat teman kalian nggak mau sekelompok sama kalian." Jawab Bu Budi panjang kali lebar kali tinggi bagi dua sama dengan rumus apa hayo?
"Ulanglah! Kocoklah kocok!"
Keep fighting Bambang dengan usahamu.
Masih tak ada tanggapan dari mereka semua yang tidak peduli dengan rengekan Bambang yang waktu itu duduk di tempatnya pertama kali masuk sekolah kelas sepuluh dulu.
"Katanya udah kompak?" Tentu ini sindiran ntah pada siapa. "Udah fix ini, kocok!"
"Gaklah. Nti ada yang cewek sendiri." Ogah Mbak Wik dan beberapa murid cewek yang lain.
"Iya. Nti pada ga kerja." Timpal Tasya yang sepemikiran dengan beberapa yang lain juga.
"Heleh... gimanalah? Katanya KOMPAK?!"
Dan satu kata itulah yang membuat mereka semua merelakan kelompok yang sudah dipilih. Hanya ucapan ajaib Bambang yang sebegitu saja?
Setelah selesai semua kocokannya yang dibuat dengan sepenuh hati oleh sang sekretaris, akhirnya terpilihlah sepuluh kelompok dengan masing-masing tiga anggota di dalamnya.
"Ibu sebutin kelompok-kelompoknya ya..." Bu Budi sudah siap dengan kertas selembar ditangannya. "Kelompok satu. Dyah, Dwi, Ara..."
"Kelompok dua. Ica, Ayu, Meli."
"Wadohhh... jackpot tu si Meli!" Teriak anak-anak cowok mendengar nama Meli diantara mereka bertiga.
.
.
."Kelompok lima. Malika, Kinan, Syifa."
"Kok kita bertiga sekelompok terus sih? Bahasa indo sekelompok, piket juga, trus apalagi tuh yang pas kelas sebelas sama sepuluh?" Protes Malika yang dianggap guyonan oleh mereka semua.
.
.
."Kelompok sembilan. Satria, Bambang, Roni."
"Anjir! Ancur jugalah kelompok gua." Bambang tampak frustasi bersamaan dengan Satria dan Roni yang terkekeh karena mereka pun merasakan hal yang sama.
Memangnya kalau mereka bersatu siapa yang akan mengerjakan apa?
Hahaha.
Logikanya begitu.
"Bambang jackpot Bambang, hahahaha!" Teriak Habib dan Al bersamaan tawa sekelas yang membludak.
***
There is something you can find in chapter 50 (kalo masih langgeng)
Cek IG : @azzahraark.wp

KAMU SEDANG MEMBACA
Our Stories [COMPLETED]
Non-FictionDemi kebaikan bersama, maka beberapa nama pemeran disamarkan. Cerita ini mengandung unsur kegabutan yang haqiqi, di mohon bagi gabut pemula jangan menjudge ceritanya karena sudah saya katakan cerita ini mengandung KEHUMORAN yang GABUT. Jangan lupa t...