"Jadi?"
"Apa?"
Kedua saling lempar pandang lalu tersenyum. Hafsa menghela napasnya berat. Dan Cahaya dapat mendengar helaan napas sahabatnya. Rasa bingung hinggap dihatinya. Melihat tingkah Hafsa.
"Kalau lu gak mau cerita. Gak apa-apa," tegur Cahaya.
"Assalamualaikum," sapa seseorang dengan suara cemprengnya. Keduanya menoleh secara bersamaan.
"Waalaikumsalam, Bella," bersamaan juga mereka membalas salam dari Bella, yang langsung duduk di sebrang mereka.
"Sorry, telat," sesal Bella sambil menghapus keringat di dahinya.
"Lu lari ke mari?" tanya Cahaya curiga melihat wajah Bella yang dipenuhi dengan bulir keringat. Bella mengangguk.
"Macet sai, jadi gue turun dari taksi," jelas Bella yang langsung menyesap juss jus jeruk yang ada di hadapannya.
"Makanya, cepat nikah. Jadi ada yang antar jemput!" ejek Cahaya yang ditimpali dengan cubitan manja dari Hafsa.
"Emang gini Sa, kalo jomblo! Dibully mulu sama yang uwes bojo!" Sinis Bella yang mendapatkan senyuman dari Cahaya.
"Jadi, kenapa lu panggil kita?" Cahaya bertanya kepada Hafsa yang hatinya sedang dibawa ombang-ambing badai perasaan.
"Gue ... gue dilamar,"
Bella dan Cahaya hanya meng-"oh"- saja ucapan Hafsa. Membuat kening Hafsa mengkerut tak mengerti. Kenapa kedua sahabatnya biasa saja menanggapi perkataannya tadi.
"Kalian kok biasa aja?" Hafsa merengut kesal.
"Uda biasa lu dilamar," alibi Bella.
"Iya. Uda berapa cowok yang melamar lu. Tapi ujung-ujungnya lu tolak!" timpal Cahaya.
"Iya kenapa lu tolak?" cecar Bella.
"Kan sudah gue bilang. Menikah itu seperti mendayung sampan di tengah samudra. Jika kita menikah dengan orang yang kita cintai dan juga mencintai kita juga. Itu ibaratkannya seperti mendayung sampan di sisi kanan dan kiri sampan. Berdua mendayung sampan, sehingga seimbang. Lalu dapat bertahan mengarungi samudra. Melewati ombak serta badai yang menghadang. Lalu, kemudian sampai di pulau kecil yang bernama kebahagian. Dan jika menikah dengan orang tidak kita cintai, ibaratkan mendayung di satu sisi saja. Dan sampan itu mudah jatuh dan tenggelam dimakan sang ombak," Hafsa menjelaskan alasannya.
"So, kesimpulannya. Menikah dengan orang yang tidak kita cintai, tidak akan bertahan lama gitu? Hello, lihat Cahaya. Akhirnya dia bahagiakan?" protes Bella tentang teori berumah tangga Hafsa. Hafsa menundukkan kepalanya.
Cahaya menepuk pundak Hafsa dengan lembut. "Pendapatmu, tak salah Hafsa, aku hargai itu," kata Cahaya. "Tapi yah Hafsa, jika lu nanti menikah dengan lelaki yang gak lu sukai. Bangunlah cinta. Belajar mencintai dengan cara yg baik dan di jalan yang diridhoi Allah. Dan, insyaallah, lu akan bahagia." Hafsa dan Bella mendengar seksama perkataan Cahaya. Bella setuju, begitu pula Hafsa.
"Lantas siapa yang melamar lu kali ini?" Bella penasaran siapa lelaki kali ini yang melamar sahabatnya. Hafsa menundukkan kepalanya, menyembunyikan wajahnya. Membuat kedua sahabatnya saling tukar pandang tak mengerti.
"Ada dua orang," setelah beberapa menit Hafsa terdiam. Akhirnya ia memberitahukan kedua sahabatnya.
"Siapa?"
"Istrinya kak Daffa,"
"Hah!? Serius lu?" Kedua sahabatnya bertanya kembali dengan bersamaan. Rasa terkejut meliputi mereka. Sekaligus bingung.
"Kok istri kak Daffa?" Bella merasa bingung."Maksudnya apa ini? Kok istrinya kak Daffa ngelamar lu?" tambah Cahaya yang ikutan bingung. Bertubi-tubi pertanyaan lahir dibenak kedua sahabat Hafsa. Kaget. Bingung. Menjadi satu.
"Trus lu jawab apa?" Hafsa menggelengkan kepalanya menanggapi pertanyaan Bella.
"Dan yang satu lagi siapa? Yang ngelamar lu siapa?"
"Dia... dia kak Farhan. Aku bingung, harus menerima siapa?" tanya Hafsa dengan menitikkan air mata.
"Lu masih cinta sama kak__,"
"Gaklah!" tungkas Hafsa dengan nada sedikit tinggi.
"Terima kak Farhan dong kalo begitu," saran Cahaya. Namun, Hafsa menggeleng. Membuat Bella mendengkus kesal.
"Karena lu gak cinta sama dia?" Lagi-lagi Hafsa mengangguk. Cahaya dan Bella menghela napas berat.
"Sa, jujur. Lu masih ada rasa sama kak Daffa?" Cahaya bertanya dengan hati-hati.
"Salah kalo gue mencintai dia?" tanya balik Hafsa. Lalu Hafsa mendesah resah. Merutuki kebodohannya. Ia sudah melupakan laki-laki itu. Namun, rasa kasih dan sayang untuk lelaki itu masih saja tertinggal di sudut hatinya yang paling dalam.
"Salah! Lu seharusnya lupain dia," kata Bella kesal.
"Aku uda lupain dia, Bell. Tapi rasa untuknya masih tertinggal,"
"Uda berapa tahun sa? Lu nyimpen rasa yang untuk lakik orang? Lu mau jadi istri kedua Daffa? Jangan ngawur?" Bella tak mau kalah.
"Siapa Bel, siapa yang mau jadi istri keduanya. Gak ada!" Hafsa membela diri.
"Terima lamaran kak Farhan kalo begitu," kata Bella dengan sengitnya.
Cahaya menggeleng pusing melihat kedua sahabatnya yang berdebat. Hafsa langsung terdiam. Ia menutup wajahnya. Air matanya sudah tumpah. Bella yang keras menjadi lunak melihat khimar Hafsa basah.
"Sa, maafi gue. Gue... gue gak mau lu sedih lagi. Seperti waktu itu. Lu terpuruk, membuat gue frustasi. Cukup sekali lu terluka karena si Daffa. Please, hilangkan rasa itu. Jangan ditinggali walau secuil pun. Gue mohon!" Kata Bella sambil meraih telapak tangan Hafsa dari wajahnya. Bella menggenggam kedua tangan sahabatnya.
"Iya, Bel. Maafi juga, aku yang cengeng ini. Dan juga lemah. Rasa itu seperti noda yang nempel di hatiku. Yang sulit untuk di hilangkan," ucap Hafsa sambil mengendalikan tangisnya.
"Iya, sa. Sekecil apapun rasa itu. Akan hilang kok,"
"Kenapa?"
"Karena cintamu kepada Allah lebih besar daripada rasa cintamu pada Daffa. Ingat saja Allah selalu, sa. Perlahan rasa yang seperti noda itu akan sirna menghilang,"
Tangis Hafsa yang surut kini terjatuh kembali. Begitu pula dengan Bella.
"Sudah, hapus air mata kalian berdua. Dilihati orang ish," tegur Cahaya melihat kedua sahabatnya yang menangis bombay.
"Lu, gak tahu perasaan jomblo!" Kecam Hafsa dan Bella kepada Cahaya. Sedangkan Cahaya hanya nyengir kuda saja.
"Oh, sa. Sholat istikharah saja kalau lu bingung," Cahaya memberi saran.
"Gak sholat istikharah aja, uda jelas pilihannya. Terima lamaran kak Farhan. Pikir aja deh baek-baek. Dia masih original!"
Pehunjung kalimat Bella, mendapat timpukan dari kedua sahabatnya. Namun, Hafsa sepertinya setuju dengan Bella. Walau tanpa meminta petunjuk dari Allah dari sholat, Allah sudah memberi pentunjuk dengan status kedua lelaki itu. Yang satu sudah beristri, yang satu masih menyendiri."Gak ada salahnya sa, meminta petunjuk Allah." Cahaya mengingatkan Hafsa. Hafsa mengangguk.
●●●
BERSAMBUNG
JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAK :*
MAKACIH
KAMU SEDANG MEMBACA
Takdir Cinta [TAMAT]
ChickLit❤❤ Daffa tak pernah habis pikir dengan permintaan sang istrinya, Jihan. Jihan meminta Daffa untuk menikah kembali. Tentu saja Daffa menolak permintaan sang istri. Namun Jihan bersikeras untuk menyuruh Daffa menikah kembali dengan Hafsa Nazrina Tali...