Bagian Enam

1.9K 146 27
                                    

Ada yang nunggu?? :v
Sorry For Typo
Enjoyken

****

Awan pekat semakin menyemarakkan langit malam. Tanpa bintang yang biasanya bertaburan di langit. Angin malam pun menjadi garang. Hembusannya yang lembut dapat menusuk sampai ke tulang.

Di antara kesunyian yang dipersembahkan oleh malam, ada seorang insan yang sedang khusuk menghadap Tuhan.
Detingan jarum jam dinding, terdengar seiring do'a yang ia rapalkan.

"Ya Rab, lamaran siapa yang harus hamba terima. Apakah lamaran istri  kak Daffa atau kak Farhan. Mohon aku petunjukmu ya Rab. Karena hanya Engkau saja yang memutuskan yang terbaik buat hamba. Hamba terima dengan ikhlas dengan ketentuanmu. Tolonglah hamba dari kesempitan hati, yang harus memilih. Hamba mohon petunjuk-Mu ya Rab. Ya rabb, jodohkan hambamu ini, dengan orang yang tepat. Yang dapat membimbing hamba ke surga-Mu. Menjadikan hamba menjadi lebih baik. Pilihkan hamba jodoh, yang tidak menyakiti hati seseorang satupun. Amin ya rabbal'alamin."

Bait-bait do'a Hafsa, ia rapalkan di tengah malam. Meminta pertolongan sang maha kuasa. Yang telah melipahkannya sebuah kesulitan yang amat menyesakan dada.

Hafsa melepas mukenanya. Lalu beranjak ke tempat tidur. Sayang, sudah berkali-kali ia memejamkan matanya. Hafsa tak bisa tidur juga. Ia masih merasa gusar. Walaupun kegusarannya sudah ia limpahkan dan ceritakan kepada Allah, tetap saja, ia masih merasa gusar.

Antara Daffa dan Farhan.

Daffa, lelaki yang pernah mengisi hatinya yang kosong. Dan selalu menjadi topik pembicaraan utama dengan Allah. Namun, sayang. Cintanya harus bertepuk sebelah tangan. Hatinya harus terpaksa kosong kembali. Karena Daffa, meminang wanita lain. Dan sekarang sudah memiliki keluarga yang harmonis.

Farhan, lelaki humoris yang ia anggap kakak sendiri. Ternyata menyimpan rasa untuknya. Farhan adalah teman ceritanya disaat ia susah dan senang. Farhan dan dirinya sudah mengetahui sifat masing-masing. Baik atau buruknya sifat mereka. Mereka berdua sudah mengetahuinya.

Hafsa menghela napasnya. Ia memiringkan tubuhnya. Menatap pintu kamarnya yang terutup rapat. Seperti hatinya yang tertutup rapat untuk menerima lamaran Farhan. Karena, dirinya tak mencintai Farhan. Hatinya, belum sanggup mengukir nama Farhan di sana. Namun, setelah ia pikir-pikir. Lebih baik menerima Farhan. Yang jelas-jelas baik dan tidak memiliki status apapun. Lelaki lajang, mapan, dan tampan. Ia pun sudah mengenal keluarganya.

Namun, di sisi lainnya. Hatinya ingin merima Daffa, yang pernah singgah dihatinya.

Hafsa menjadi kesal sendiri, kepada dirinya sendiri. Pikiran dan hati kenapa tidak sejalan. Pikiran ingin menerima Farhan, hati ingin menerima Daffa. Hafsa menggerutu kesal.
Akhirnya ia menarik selimut sampai menutupi selutuh tubuhnya.

Farhan atau Daffa?
●●●

Hafsa selesai bersiap. Ia menatap cermin yang memantulkan dirinya sendiri.  Ia sedikit kesal, melihat lingkaran hitam yang berada di bawah matanya. Yang timbul akibat dirinya tidak bisa tidur. Gara-gara memikirkan lamaran yang itu.

Hafsa keluar kamar, dan langsung ke dapur untuk ikut sarapan bersama keluarga Farhan.  Semua keluarga Farhan sudah berada di meja makan. Hafsa mengambil tempat, tepat di sebelah Farhan.

Namun, saat Hafsa mendaratkan dirinya di kursi, tiba-tiba Farhan bangkit. Dan menempelkan ponselnya di telinganya.

"Hallo, asalamualaikum. Iya... iya aku sudah pulang. Haha maaf... maaf,"

Hafsa melihat Farhan yang pergi meninggalkan meja makan dan berjalan ke arah depan. Naya hanya geleng-geleng saja melihat kelakuan sang adik itu. Sedangkan Hafsa memakan sarapan itu dengan rasa hambar. Sebab, Farhan berusaha menjauh darinya. Dengan singkat, Hafsa memakan sarapannya. Lalu pamit pergi kepada keluarga Farhan.

Takdir Cinta [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang