"Jadi cewek yang nolongi Eke itu Hafsa?" Daffa terus menatap layar ponselnya dengan syok.
Detik selanjutnya Daffa terkekeh. Seakan ada yang lucu. "Gimana jadinya Eke kalo dia tahu, bahwa bidadarinya itu adalah istriku? Patah hati lo Ke!" kata Daffa sambil meremas ponselnya sendiri.
Lelaki itu pun mengeluarkan pakaian Zahra yang sudah terususun rapi di koper. Ia meletakkan kembali pakaian Zahra ke dalam lemari. Lantas, ia juga meletakkan koper Zahra ke tempat semula.
Setelah meletakkan koper di atas lemari, ia berjalan ke dapur. Hendak membuatkan minuman untuk kakek dan nenek Zahra.
"Oala nak Daff, kok repot-repot buati minum," ucap nenek Zahra merasa sungkan
"Iya nih nak Daffa, kita cuma mau jemput Zahra
Daffa menaikkan kedua sudut bibirnya. "Gak apa-apa bu. Oh yah bu, pak. Sebelum Bapak bawa Zahra pergi, boleh gak saya sama Zahra jemput Uminya?" pinta Daffa dengan sopan.
"Uminya, lagi kursus menjahit. Jadi gak ada di rumah. Dan Uminya harus tahu dong, bahwa Zahra pergi menginap tempat kakek nenekny," Daffa menjelaskan kebingungan kakek dan nenek Zahra. "Lagian, baru datang kok sudah pulang," tambah Daffa lagi.
"Hem, ya sudah. Jemputlah Umi Zahra," nenek Zahra mengizinkan Daffa pergi menjemput Hafsa. "Lagian, Ibu mau kenalan sama istri kedua kamu," kata nenek Zahra lagi, yang sudah mengetahui jika Daffa sudah menikah lagi.
Daffa tersenyum tipis menanggapi ucapan nenek Zahra. Ia pun berdiri dari sofa. "Ng, Zahra mau ikut nak?"
"Mau!" jawab Zahra dengan nada riang.
"Lho kok Zahra ikut? Nenek sama Kakek sama siapa dong?" kakek Zahra bertanya kepada cucunya.
Zahra terdiam. Daffa panik.
"Ya udah, nenek kakek, ikut aja!" ajak Zahra dengan wajah berseri. "Pa, nenek dan kakek boleh ikut yah. Jemput Umi,"
"Eh?"
"Kasian nenek kakek kalo ditinggal di sini," beritahu Zahra.
"Ndak usalah. Nenek sama kakek, nunggu kamu di sini saja," Daffa bernapas lega mendengar ucapan nenek Zahra.
"Benelan nek? Nenek gak takut?" Zahra bertanya kepada kakeknya.
Sang nenek tertawa mendengar pertanyaan cucunya itu. Ia merapikan poni Zahra. "Kan ada kakek. Ada mang Udin, supir kakek. Nenek nunggu di sini saja," wanita tua itu menjawab pertanyaan sang cucu.
"Oke deh, kek, nek. Kalo begitu Zahla pelgi jemput Umi dulu," gadis kecil itu pun menyalami kakek dan neneknya. "Assalamualaikum,"
"Waalaikumsalam," nenek dan kakeknya pun menjawab salam gadis kecil itu.
"Pak, bu, saya pergi sebentar yah," Daffa pamit kepada orang tua itu. Ia tak lupa menyalami keduanya.
"Hati-hati nak Daff bawa mobilnya," pesan nenek Zahra.
"Iya bu. Assalamualaikum,"
"Waalaikumsalam,"
Daffa langsung menggandeng Zahra, ia serta Zahra berjalan ke keluar rumah.
"Zahra, kita pakai motor aja yah jemput Umi," beritahu Daffa saat berada di garasi. Zahra tampak tak setuju. "Biar cepat Zahra, jemput umi. Kalo semisalnya macet!" Daffa memberikan alasan.
"Ya udah, tapi Zahla duduk di depan yah Pa?" pinta Zahra. Daffa hanya mengangguki permintaan anaknya itu.
🍃🍃
Daffa memarkirkan motornya di area parkiran Cafe Ganteng. Zahra pun turun dari motor Daffa. Sedangkan Daffa melepaskan helmnya, lalu merapikan rambutnya yang berantakan. Senyuman terbit dibibirnya, kala ia membayangkan wajah Eke yang terkejut. Saat mengetahui bahwa Hafsa adalah istrinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Takdir Cinta [TAMAT]
ChickLit❤❤ Daffa tak pernah habis pikir dengan permintaan sang istrinya, Jihan. Jihan meminta Daffa untuk menikah kembali. Tentu saja Daffa menolak permintaan sang istri. Namun Jihan bersikeras untuk menyuruh Daffa menikah kembali dengan Hafsa Nazrina Tali...