Hafsa perlahan membuka kedua matanya, saat telinganya tidak lagi mendengar ocehan dari Zahra. Dengan hati-hati ia bangun dari tidurnya. Menatap Zahra yang sudah terlelap.
Hafsa pun tersenyum lega, seraya menatap wajah Zahra yang tengah tertidur. Lantas, Hafsa pun turun dari kasur Zahra dengan hati-hati. Agar tak mengusik gadis kecil itu yang tengah terlelap dengan damainya.
Begitu kakinya memijakkan lantai, Hafsa langsung keluar dari kamar Zahra. Sesampai diluar kamar, Hafsa menutup pintu Zahra dengan pelan-pelan, agar tak menimbulkan suara.
Setelah menutup pintu kamar Zahra, kepala Hafsa tertuju kepada jam yang menempel di dinding.
Mata Hafsa langsung membola, melihat jam yang menunjukkan pukul 13:30.
Ia segera berlari ke kamarnya. Untuk segera bersiap-siap ke tempat kursus menjahitnya.
🍃🍃
Tak butuh waktu lama, Hafsa pun sudah bersiap. Ia sudah mengganti baju serta jilbabnya. Tak lupa juga dirinya, memaki stocking dan manset tangan. Ia pun segera keluar dari kamarnya.
Wanita itu lalu mencari sosok Daffa. Ia ingin berpamitan kepada suaminya.
"Kak," akhirnya Hafsa menemukan sosok Daffa yang berada di belakang rumah. Lelaki itu tengah duduk santai di kursi yang terbuat dari rotan, sambil memainkan ponselnya.
Daffa pun menoleh. "Ada apa?" tanyanya tak penasaran.
"Saya mau pamit pergi dulu," beritahunya.
"Oke." jawab Daffa pendek dan langsung mengalihkan pandangannya dari Hafsa.
Melihat reaksi Daffa, membuat Hafsa menghela napasnya, kesal. "Saya pergi ke kursus menjahit. Setiap minggu, saya pergi menjahit. Kelasnya dimulai dari jam 2 siang sampai jam 4 sore!" Hafsa tetap memberitahukan kemana dirinya pergi, walaupun laki-laki itu tak bertanya sama sekali kemana ia pergi. Dan apa yang akan ia lakukan.
Hanya terdengar deheman dari Daffa.
"Ya sudah, saya pergi dulu. Assalamualaikum," Hafsa mengucapkan salam terdahulu, sebelum meninggalkan Daffa."Waalaikumsalam," Daffa menjawab salam Hafsa, tanpa mengalihkan pandangannya dari layar ponsel. Lantas Hafsa pun mengayunkan kakinya, pergi meninggalkan Daffa.
🍂🍂🍂
Ojek online yang Hafsa tumpangi pun berhenti, tepat di depan kursus Hafsa. Hafsa segera turun, dan membuka helmnya. Lalu ia menyerahkan helmnya kepada tukang ojek yang berjenis kelamin wanita.
Setelah menyerahkan helm, ia merogoh tasnya dan mengambil uang untuk diserahkan kepada mbak tukang ojek.
"Makasih yah mbak," ucap Hafsa dengan ramah.
"Iya sama-sama," balas mbak ojek tak kalah ramah. Lantas, ojek online itu pun segera pergi dari hadapan Hafsa.
Hafsa baru saja membalikkan badannya, tiba-tiba ada yang memanggilnya.
"Mbak … permisi mbak. Mbak jilbab pink!" panggil seseorang kepada Hafsa. Merasa dipanggil, Hafsa membalikkan badannya lagi.
"Maaf Pak. Bapak memanggil saya?" tanyanya dengan sopan.
Lelaki itu mengangguk. "Mbak tahu Cafe Buat Ganteng?"
Hafsa mengangguk. Ia menunjuk ke arah cafe yang dimaksud yang berjarak kurang lebih 100 meter dari tempat kursusnya. Cafe yang dibuka dua minggu lalu.
"Mbak saya boleh minta tolong?"
"Apa itu?"
"Antarkan dompet ini ke cafe itu. Saya harus buru-buru pulang. Ditengah jalan tadi saya ditelepon. Katanya istri saya mau melahirkan!"
Tanpa berpikir panjang, Hafsa mengangguk. "Boleh Pak!"
Lelaki itu tersenyum senang. Ia memberikan sebuah dompet kepada Hafsa. "Ini dompet milik atas nama Pak Eke."
Hafsa menerima dompet itu. "Bapak tukang ojek?"
"Iya, ojek pengkolan. Sudah dibayar kok tadi. Emh, makasih yah mbak! Saya pergi dulu!" Hafsa mengangguk, lelaki itu pun langsung melesat pergi meninggalkan Hafsa.
Hafsa menyebrang dahulu, untuk menuju ke cafe. Ia melirik jam tangannya yang sudah menunjukkan pukul dua siang. Artinya, kelas kursusnya sudah dimulai. Namun, tak apa. Ia terlambat bukan tanpa alasan.
🍃🍃
Hafsa pun menghela napas lega, saat sudah sampai di depan cafe Bikin Ganteng. Ia memasuki cafe itu. Sesampai di dalam, ia disabut hangat seorang pria berperawakan tinggi.
"Selamat datang mbak, di cafe Bikin Ganteng," dengan ramah pria berkemeja putih itu menyambut Hafsa.
"Mari mbak duduk di sini!" suruh pria itu yang sudah menarik kursi.
"Eh, maaf saya ndak mau makan di sini,"
"Gak harus pesen makanan kok mbak, pesen minuman saja juga boleh," kata pria itu.
Hafsa menggeleng. "Saya juga ndak mau minum. Saya mau berjumpa sama Bapak Eke!" Hafsa memberi tahukan maksud kedatangannya.
Dahi pria itu menyerit. "Buat apa mbak mau ketemu pemilik cafe ini?"
"Mau memberikan ini, dompet! Dompet ini miliknya. Saya dimintai tolong sama tukang ojek yang mengantar dompet Pak Eke! Beliau ndak bisa nganter sampai sini, karena istrinya mau melahirkan!" jelas Hafsa.
Bibir pria itu langsung membulat. "Saya yang bernama Eke!" dengan bangga ia memberitahukan namanya.
Mengetahui lelaki yang ia cari ada di depan matanya. Hafsa segera menyerahkan dompet milik Eke. "Ini Pak, dompet Bapak!"
Eke menerima dompet itu dengan senyum yang mengembang. "Terimakasih yah … siapa nama kamu?"
"Hamba Allah. Ya sudah yah Pak, dompetnya sudah sama Bapak. Saya permisi dulu. Assalamualaikum!" Hafsa pun segera pergi dari cafe milik Eke.
Eke hanya memandang kepergian Hafsa dengan rasa penasaran juga takjub. Penasaran dengan nama hamba Allah, yang memiliki paras cantik yang begitu alami. Tanpa polesan make-up.
"Sudah cantik, baik hati pula. Idaman gue banget!"
🍃🍃🍃
Hai jangan lupa tinggalkan jejak
Vote dan komen kalian sangat berhargaMakasih sudah mampir
KAMU SEDANG MEMBACA
Takdir Cinta [TAMAT]
ChickLit❤❤ Daffa tak pernah habis pikir dengan permintaan sang istrinya, Jihan. Jihan meminta Daffa untuk menikah kembali. Tentu saja Daffa menolak permintaan sang istri. Namun Jihan bersikeras untuk menyuruh Daffa menikah kembali dengan Hafsa Nazrina Tali...