"Hai Hafsa," sapa Farhan dengan ramah.
Hafsa langsung dihinggapi rasa canggung, saat berhadapan dengan Farhan.
"Oh, hai kak Farhan," Hafsa membalas sapaan Farhan.
Pandangan laki-laki itu beralih ke Zahra. "Eh, ini siapa? Kok cantik banget?" tanya Farhan kepada Zahra. "Hei, cantik boleh kenalan?" Farhan bertanya kepada Zahra sambil membungkukkan badannya.
Zahra mengulurkan tangannya ke arah Farhan, dan disambut oleh lelaki itu. "Nama saya Zahla Ananda Cita. Dipanggil Zahla om," Zahra menyebutkan namanya.
"Oh, Zahla namanya,"
Zahra menggelengkan kepalanya dengan memajukan bibirnya. "Bukan om. Bukan Zahla, tapi Zahla,"
Farhan menahan untuk tidak tersenyum mendengar penjelasan dari Zahra. Malah ia memampangkan wajah bingung. "Zahla, tapi Zahla? Gimana sih? Bingung oom,"
Gadis kecil mendengus kesal, karena Farhan tidak paham. "Kalo Zahla, bilangnya Zahla. Kalo olang besar enggak bilang Zahla. Karena Zahla cedal om. Jadi bilangnya Zahla," Zahra mencoba menjelaskan lagi kepada Farhan. "Om paham?"
Farhan membulatkan bibirnya. "Oh, nama kamu Zahra,"
"Betul Om. Nama oom siapa?" Zahra gantian bertanya.
"Farhan,"
"Oh, Om Falhan,"
"Bukan Falhan, tapi Farhan. Pake r, bukan l," goda Farhan lagi.
Zahra mengkrucutkan bibirnya. "Mana bisa om, keburu cedal. Jadi manggilnya om Falhan," jawab Zahla kesal. Dan membuat Farhan tertawa.
"Ya udah, karena masih kecil, panggilnya pake L. Kalo uda besar manggilnya pake R. Gimana cocok?"
Zahra mengangguk-anggukkan kepalanya. "Cocok!"
"Sip," Farhan melepaskan tangan Zahra dari genggamannya. Ia pun kembali berdiri tegak.
"Kita beldili di sini aja Umi," tanya Zahra kepada Hafsa. Hafsa mengangkat kedua bahunya.
"Oh, ya ampun. Om Ayo masuk, masuk!" ajak Farhan kepada keduanya. Hafsa dan Zahra pun menurut. Mereka masuk ke dalam rumah Farhan.
Hafsa mengendarkan pandangannya ke seluruh ruangan tamu. Tak ada yang berubah. Tetap sama. Ah, ia rindu dengan rumah ini.
"Duduk dulu!" suruh Farhan. "Aku panggilkan Ayah sama Ibu. Mereka ada di belakang. Kalo mbak Naya lagi ke warung," setelah berkata begitu ia pergi untuk memanggil kedua orang tuanya.
"Umi, ini lumah siapa?" Zahra membuka suara.
Hafsa menoleh. "Ini rumah orang tua angkat Umi. Umi dulu tinggal di sini," beritahu Hafsa. Zahra hanya mangut-mangut, mendengar jawaban Hafsa.
Tak berapa lama, muncullah kedua orang tua Farhan. Melihat kedua orang tuanya Farhan, Hafsa langsung berdiri. Begitu pula Zahra. Ia ikut-ikutan berdiri.
Hafsa menyalami kedua orang tua Hafsa. Ia juga memeluk Ibu Farhan
"Apa kabar Hafsa?" tanya Ibunya Farhan setelah selesai berpelukan.
"Alhamdulillah baik bu. Bapak Ibu gimana kabarnya?" Hafsa menanyakan kabar kedua orang tua itu.
"Ya alhamdulillah masih diberikan kesehatan," jawab Ayah Farhan.
"Eh, ini siapa?" tunjuk Ibu Farhan kepada gadis kecil yang berada di sebelah Hafsa.
"Zahra, salam nenek sama kakek!" Hafsa menyuruh gadis kecil itu. Zahra pun menurut, ia menyalami kedua orang tua Farhan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Takdir Cinta [TAMAT]
Literatura Feminina❤❤ Daffa tak pernah habis pikir dengan permintaan sang istrinya, Jihan. Jihan meminta Daffa untuk menikah kembali. Tentu saja Daffa menolak permintaan sang istri. Namun Jihan bersikeras untuk menyuruh Daffa menikah kembali dengan Hafsa Nazrina Tali...