Kalo ada penulisan kata yang salah, tolong dibenerin ya..
***
Sudah terbiasa keenam gadis itu pergi kesekolah dengan berjalan kaki. Entah kenapa mereka lebih memilih berjalan kaki dari pada menaiki bus. "Kalian sudah dengar kabar belum? Bahwa akan ada beberapa murid dari kalangan beasiswa yang di pindahkan kekelas unggulan. Semoga kita terpilih." Ujar Della seraya menatap temannya.
"Apa kau lupa? Dikelas kita itu banyak sekali murid yang lebih pandai dari kita. Apa kita akan terpilih? Sepertinya itu terlihat mustahil." Sahut Lea cepat, membuat Della menipiskan bibirnya. Seraya melipat kedua tangannya didada.
"Tapikan, kita juga tidak tahu bukan. Bisa jadi kita yang terpilih." Ucap Lunna yang merapikan anak rambutnya yang menutupi bagian wajahnya.
"Semoga." Mereka benar-benar kompak.
Saat sampai didalam lingkungan sekolah, keenam gadis itu memandang satu sama lain saat melihat seluruh murid berlarian berbondong-bondong. "Apa ada suatu pertunjukan?" Tanya Nindy yang melihat beberapa murid berlari ataupun berjalan cepat kearah lapangan sekolah.
Tanpa menyahut satu sama lain, mereka berjalan mengikuti arah murid lainnya. Dan benar, sampainya dilapangan. Mereka melihat sekerumunan murid dari kelas unggulan maupun kelas beasiswa. Tapi, sebagian dari kelas beasiswa menyingkir, karna mereka tahu posisi mereka. "Ya, kau mau kemana?"
Della tidak menyahut apa yang dikatakan Nindy kepadanya. Ia hanya ingin melihat siapa yang tengah menjadi target dari kelompok yang sering sekali membully. Karna dirinya memiliki tubuh tinggi, Della tidak bersusah payah berjinjit. Tapi sayangnya Della tidak begitu jelas melihat siapa yang tengah dibully. Dan Della yakin, bahwa korban itu dari kalangan beasiswa. Karna sudah begitu jelas sragam yang murid itu kenakan atasan putih bawahan hitam, itu sragam yang sama dikenakan oleh Della.
Saat ingin berjalan mundur, Della urungkan karna melihat cairan kental berwarna merah yang mengalir dari telapak tangan murid yang tengah dibully itu. Sehingga membuat Della melebarkan kedua matanya tidak percaya. Dan tanpa berpikir dua kali Della langsung saja menerobos kerumunan itu, berjongkok didepan gadis yang kini menahan air matanya mati-matian agar tidak lolos membasahi pipinya. Della meraih tengah gadis itu sedikit bergetar.
Sedangkan kelima gadis itu, juga menerobos kerumunan itu. Dan betapa terkejutnya mereka melihat darah yang mengalir ditangan gadis itu. "Aku akan megobati luka mu." Belum sempat Lunna meraih tangan gadis itu, lengan miliknya ditarik oleh tangan kekar yang langsung mencengkram lengannya.
"Siapa kau, berani mengobati lukanya." Pelan begitu dingin, itu yang masuk keindra pendengaran Lunna. Membuat sang empu menatap sinis pemuda yang mencengkram lengannya. "Apa dia teman mu? Wahh, sepertinya iya. Kalian memakai sragam yang sama."
Lunna tidak menyahuti apa yang dikatakan oleh pemuda itu. Percuma ia menyahut, itu akan membuat dirinya naik darah. "Apa kau bisu? Sehingga tidak menyahuti apa yang aku katakan tadi."
"Lepaskan tanganmu." Tak kalah dingin Lunna mengucapkan itu. Walaupun Lunna terlihat polos, ia juga akan terlihat menakutkan jika sudah menyangkut hal seperti ini. "Kubilang lepaskan." Ini pertama kalinya volume suara Lunna meninggi, dan semua mata langsung menatap Lunna tidak percaya. Apalagi murid dari kalangan beasiswa.
"Siapa dirimu? Berani membentak ku." Bukannya melepas tangannya, Arsya, pemuda itu malah menguatkan cengkraman dilengan Lunna. Sehingga membuat Lunna meringis kesakitan, dan itu juga membuat Kania menutup mulutnya dengan kedua tangannya, ia tidak tega melihat Lunna kesakitan seperti itu. Seandainya dirinya bisa membantah ucapan dari pemuda itu, pasti ia akan melakukannya sekarang. Tapi sayangnya ia tidak mempunyai keberanian untuk melawan kelas unggulan.
KAMU SEDANG MEMBACA
About Us
Teen FictionCOMPLETED Hidup bersama sendari kecil didalam panti. Mereka tidak tahu dari mana asal mereka. Tidak ada satupun juga yang ingin mengadopsi keenam gadis itu, sampai pengurus panti menghembuskan napas terakhirnya pun mereka masih menepati panti itu. S...