42 | About Us

36 12 0
                                    

Kalo ada penulisan kata yang salah, tolong dibenerin ya..


***

"Kenapa kau semalam bisa bersama Ailla?" Tanya Arsya yang kini duduk berdampingan dengan Kania.

"Kita bertemu ditoilet. Dan aku mengajaknya mengobrol diluar rumah." Tidak mungkin jika dirinya mengatakan yang sebenarnya. "Jangan menatapku seperti itu. Aku bicara apa adanya."

Arsya menghela napas pelan, seraya menatap wanita yang kini berdiri di hadapannya dan Kania, dengan senyum manis dibibir wanita itu. "Apa aku boleh bicara dengan Kania?" Pemuda itu masih saja melihat wanita itu tanpa mengeluarkan sepatah katapun.

"Kau jangan khawatir, aku tidak akan menyakitinya. Aku hanya ingin bicara dengannya sebentar." Sama sekali tidak ada sahutan dari Arsya, membuat Kania menatap pemuda itu kesal.

"Aku akan bicara dengannya sebentar. Kau jangan mengikutiku, berkumpullah dengan teman-temanmu saja, sana." Ujar Kania kepada Arsya, lalu berdiri dari duduknya dan mengajak wanita itu pergi dari tempat itu, dengan senyum manis di bibirnya. Membuat Arsya menipiskan bibirnya, melihat punggung Kania yang mulai menjauh darinya bersama wanita itu.

Sampainya diruang yang khusus untuk wanita itu. Kania duduk bersampingan dengan wanita yang tak lain adalah kakak dari seorang Gandhi. Padahal, wanita itu pernah bilang bahwa dirinya untuk tidak mendekati Gandhi lagi. Tapi kenapa wanita itu sekarang menyuruhnya untuk berada disamping Gandhi? Apa maksudnya? Tidak mungkinkan wanita itu labil dengan perkataannya sendiri. "Ada alasan yang tidak bisa kuberitahu kepadamu, kenapa aku menyuruhmu untuk berada disamping Gandhi? Dan ada juga alasan, kenapa waktu itu aku menyuruhmu untuk pergi dari kehidupan Gandhi?"

"Berita yang beredar disosial media maupun dilayar televisi kemarin membuat bahan perbincangan semua orang, apalagi para pengusaha. Yang mengetahui bahwa semua putri pewaris dari keluarga yang begitu disegani semua orang, masih hidup. Dan kemungkinan, akan banyak musuh yang mengincar."

"Maksudnya?" Bingung Kania yang menatap ragu wanita yang kini berdiri dari duduknya, dan berjalan mendekat kearah jendela yang berada didekat kursi khusus wanita itu.

"Apa kau sudah tahu? Apa alasannya kau dititipkan dipanti itu?" Kania menggelengkan kepalanya saat wanita itu berbalik menatapnya. Dan dirinya memang tidak mengetahui apa alasannya apa, kedua orang tuanya juga tidak memberitahunya. Saat pulang dari sekolah nanti dirinya akan bertanya terlebih dahulu saja. "Jika kedua orang tuamu tidak memberitahumu, aku juga tidak akan bisa memberitahumu. Karna alasan setiap orang itu berbeda-beda."

Kania hanya menganggukan kepalanya seraya membalas senyum dari wanita itu. "Kau sepupuan dengan Litzy bukan." Wanita itu kini berjalan mendekati Kania, dan duduk kembali disamping gadis itu, sebelum melanjutkan perkataannya. Tapi saat wanita itu akan melanjutkan perkataannya. Tapi saat wanita itu akan melanjutkan perkataannya, pintu ruangan itu terbuka lebar. Menampakan sosok pemuda yang semalam membawa Kania pulang ke rumahnya.

"Ada urusan apa kau menyuruhnya kemari?" Sengak Gandhi yang baru datang itu, seraya menarik pelan pergelangan tangan Kania untuk berdiri dari duduknya. Dan mau tidak mau, wanita itu juga berdiri dari duduknya. Menatap kembali adiknya seraya bersedekap dada. "Jangan pernah menyentuhnya kembali."

"Kapan dia peka dengan diriku?" Guman wanita itu, menatap kepergian Gandhi dan Kania yang menghilang dari pandangannya. "Jika mereka saling mencintai, jangan pernah pisahkan mereka."

About UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang