Kalo ada penulisan kata yang salah, tolong dibenerin ya..
***
Seharusnya kau itu memikirkan keadaan mu terlebih dahulu, sebelum memikirkan keadaan orang lain, yang belum tentu memikirkan keadaan mu.
-Bobby-
••
"Aku sungguh tidak mendekatinya. Sungguh, aku tidak mendekatinya." Perkataan Kania disela-sela isakan gadis itu yang berada didalam dekapan Nindy dari samping. "Aku sudah berulang kali menyuruhnya untuk menjauhiku, tapi dia tidak pernah mendengarkan apa yang aku katakan."
Liquid bening mengalir tidak sengaja membasahi pipi Nindy, gadis itu tidak tega melihat temannya ini. Kania yang selalu menunjukkan senyum manis di bibirnya, kini menangis tersendu-sendu. Kania memang gadis yang periang, tapi gadis itu juga akan menjadi gadis yang begitu sangat cengeng. "Apa aku harus memukul wajahnya? Agar hatimu bisa sedikit tenang."
Gadis itu langsung menggelengkan kepalanya saat mendengar perkataan Nindy. "Jika kau memukulnya, hatiku tidak akan tenang melihatnya terluka. Dan masalah akan kembali datang."
"Terus apa yang harus aku lakukan sekarang? Agar hatimu menjadi tenang." Tanya Nindy yang masih saja mengusap pelan punggung Kania. Sedangkan gadis itu langsung menatap Nindy dengan air mata yang membanjiri pipi mulus itu.
"Temanni aku disini, sampai aku selesai dari tangisanku. Aku juga tidak tahu, kenapa air ini selalu keluar. Padahal aku sama sekali tidak mengijinkannya keluar." Nindy hanya menganggukan kepalanya melihat Kania yang kembali menatap lurus kedepan.
Dan tanpa kedua gadis itu ketahui, ada sepasang mata yang melihat kearah mereka, lebih tepatnya kearah gadis yang belum juga berhenti dari tangisannya. Pemuda itu mengepalkan tangannya, melihat gadis yang selama ini dirinya awasi dari jauh, kini menangis didepan matanya, walaupun jarak mereka tidak terlalu dekat. "Jika dia yang membuatnya menangis, aku akan membunuhnya sekarang juga." Guman pemuda itu, sebelum membalikan tubuhnya dan berjalan mencari orang yang telah membuat gadis itu menangis.
Saat berjalan lurus dengan tatapan dingin, pemuda itu langsung membelah jalan para murid yang lalang dilorong itu. Semua pasang mata masih saja melihat punggung pemuda itu, sampai pemuda itu masuk kedalam ruangan yang langsung membuatnya terkejut, tapi dirinya tidak lihatkan keterkejutannya, karna melihat orang yang sejak dari tadi dirinya cari kini tengah memukuli Aldyan yang tidak melawan sedikitpun. Sedangkan teman-temannya yang lain berusaha untuk menghentikan aksi pemuda itu yang tengah memukuli Aldyan. Tapi sayangnya tidak ada yang bisa menghentikan sosok Gandhi, sampai sebuah pukulan yang begitu keras mendarat dirahang Gandhi yang langsung tersungkur dibawah. Membuat mereka semua langsung menatap bingung pemuda itu. "Bukankah sudah kukatakan untuk melindunginya. Tapi kenapa kau malah membuatnya menangis?"
"Kau sudah mengetahuinya?" Gandhi tersenyum pahit seraya duduk diatas lantai itu, membuat pemuda itu langsung berjongkok didepan Gandhi dengan tatapan yang sulit diartikan. "Seharusnya kau membunuh ku sekarang bukan, karna membuat gadis itu menangis."
Tanpa diduga pemuda itu langsung melayangkan pukulan tepat disudut bibirnya Gandhi, membuat sang empu tersungkur kembali dengan darah segar yang keluar dari bekas pukulan dari Arsya yang kini berjalan pergi meninggalkan ruangan itu, dengan amarah yang menyelimuti ditubuh pemuda itu. Dirinya juga tidak akan tega melampiaskan amarahnya kepada teman-temannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
About Us
Teen FictionCOMPLETED Hidup bersama sendari kecil didalam panti. Mereka tidak tahu dari mana asal mereka. Tidak ada satupun juga yang ingin mengadopsi keenam gadis itu, sampai pengurus panti menghembuskan napas terakhirnya pun mereka masih menepati panti itu. S...